Bersamaan dengan masa bertapa Fang Ping yang tak keluar-keluar.
Di jalan tol Ibu Kota menuju Shanghai, sebuah bus melaju kencang.
Di dalamnya duduk lebih dari sepuluh orang - pria-wanita tua-muda.
Saat ini, seorang pemuda pendek gemuk di barisan depan menoleh ke siswi di belakang sambil tertawa: "Susu, di Shanghai nanti kita jalan-jalan ya, bertahun-tahun terkungkung. Shanghai kan kota paling megah di Tiongkok..."
Siswi di barisan belakang, rambutnya dikepang kecil, terlihat masih muda, posturnya mungil, tapi dadanya montok.
Jika Fang Ping ada di sini, mungkin akan membandingkan dengan Ling Yiyi.
Tinggi badan hampir sama, lihat bagaimana tubuh mereka bisa seperti itu?
Siswi yang dipanggil Susu mengedipkan mata, menggelengkan kepala: "Jangan, kita ke sini untuk tarung latihan jalan pedang."
Pemuda gendut berkata santai: "Hasil latihan itu tak penting, menang atau kalah tak masalah..."
"Jiang Chao!"
Si gendut belum selesai bicara, pemuda di belakangnya bersuara tegas: "Siapa bilang hasil tak penting? Kalau pikiranmu seperti itu, lebih baik jangan ikut, jangan mempermalukan kita!"
Jiang Chao yang gendut, mendengar perkataan pria itu, mencibir: "Aku memang tak bisa mengalahkan mereka, mau apa lagi? Mentor dari Universitas Bela Diri Kota Iblis mana yang belum bertempur di liang bumi..."
Dia melanjutkan: "Ya, kita juga pernah bertempur di sana... Tapi ada level delapan yang mengawasi, kita level enam lawan level lima, masih mengandalkan dukungan... Pokoknya aku yakin tak bisa mengalahkan para penjahat itu. Kalau benar-benar naik panggung, apa yang harus dilakukan jika terbunuh?"
Pipi pemuda tegas itu berdenyut, menggigit gigi: "Belum bertarung sudah menyerah? Karena terlalu banyak sampah sepertimu, kita jadi diremehkan!"
Jiang Chao berkata malas, "Li Fei, jangan sembarangan lempar tanggung jawab ke aku. Lagian, ide pergi ke Universitas Bela Diri Kota Iblis buat duel latihan juga bukan dariku. Aku sih nggak berniat cari masalah di sana."
Jadi anak pejabat ya jadilah anak pejabat yang baik, ngapain nekat-nekat sampai dipukuli nanti?
Aku dengar kabar, anak-anak Universitas Bela Diri itu susah dihadapi... Eh salah, yang biasa sih masih mending, yang dari Universitas Bela Diri Kota Iblis lebih galak.
Waktu itu para master dari Universitas Bela Diri Kota Iblis langsung terbang ke Ibu Kota buat berantem, yang level delapan malah nekat lawan Level Puncak...
Daripada ke sana, mending kita ke Universitas Bela Diri Ibu Kota saja. Ngapain ke Universitas Bela Diri Kota Iblis? Mereka nggak peduli siapa leluhurmu!"
"Kamu!"
Saat mereka hendak bertengkar, siswi pendek itu kesal, "Udah, udah! Berantem mulu, ngeselin! Jiang Gendut, jangan lagi-lagi bilang menyerah atau nggak bisa menang! Aku marah lho!"
Belum bertarung, mana tahu pasti kalah?
Mungkin mereka juga nggak terlalu kuat. Kita punya jurus warisan leluhur dan teknik tempur kelas atas.
Lagian senjata dan zirah kita yang terbaik. Harus bertarung dulu baru tahu hasilnya, kan?"
Jiang Chao mengeluh, "Terserah kalian. Soal turnamen pemuda ini... Ngapain kita ikut? Dasar, bikin pusing!"
Dia terus merengek, "Aku nggak mau ikut. Aku cuma pengin hidup santai tanpa tujuan."
"Dasar pecundang!"
Li Fei mendengus, berkata dingin: "Kau takkan mencapai level delapan, ingin hidup santai tanpa tujuan saja sulit! Jika hari itu benar-benar tiba, meski kau bisa kabur, sebagai tingkat enam, tak bisa menemukan habitat, kau akan terkurung di kabin luar angkasa seumur hidup! Setelah level delapan, meski kabur, setidaknya masih bisa keluar dari kabin..."
Jiang Chao menguap: "Urusan kabur nanti saja, aku cuma ingin bersenang-senang dulu. Tak perlu kabur juga tak apa. Jika benar-benar diserang, aku akan bertahan sampai mati, mati dengan senang."
Seluruh penumpang mobil wajahnya menghitam, si ini... benar-benar tak punya ambisi sampai ke batas!
Li Fei tak lagi menghiraukannya, tapi Su Zisu protes: "Kau sama sekali tak mirip Kakak Jiang, benar-benar mempermalukan kakakmu!"
Jiang Chao kesal: "Jangan sebut dia lagi, Susu. Kau juga jangan mengincar si itu, dia itu psikopat suka membunuh untuk kesenangan. Kudengar, kali ini dia menyiksa sampai mati petarung wanita tingkat tujuh di sana, sangat kejam..."
"Membunuh petarung liang bumi itu tindakan heroik!" Su Zisu langsung membantah, mulai kesal.
Jiang Chao menggerutu: "Bunuh biasa tak apa, tapi ini penyiksaan! Si gila itu cepat atau lambat pasti dibabat habis."
"Tidak mungkin!"
"Nanti kita lihat." Jiang Chao mencibir, melanjutkan: "Ngomong-ngomong, Li Fei, kalau hebat kenapa tak ke sana?"
Li Fei mendengus: "Aku pasti akan pergi!"
"Sudahlah! Sudah berapa tahun kau bilang begitu? Takut mati ya ngaku saja, sok jago. Paling meremehkan orang sepertimu."
Jiang Chao menyeringai sinis, lalu menoleh ke pemuda yang tak bersuara di baris belakang, menyipitkan matanya: "Zheng Nanqi, kudengar paman jauhmu, Master Zheng, pernah dipukuli rektor Universitas Iblis. Apa kau kali ini pergi untuk balas dendam?""
Di baris belakang, pemuda berbaju setelan hitam ketat menarik kembali pandangannya dari jendela, menoleh ke Jiang Chao dan berkata datar: "Menurutmu aku akan menantang master level delapan untuk balas dendam?""
"Bukan Rektor Universitas Bela Diri Kota Iblis yang kumaksud, maksudku... Fang Ping itu. Katanya orang ini sangat arogan. Paman jauhmu itu dikendalikan sepenuhnya olehnya. Bagaimana kalau kita serang dia kali ini?"
Zheng Nanqi mengerutkan alis: "Dia baru level lima. Lagipula, hubungan Master Zheng Minghong dengan keluarga kami sudah sangat jauh. Mengapa aku harus membalas dendam?"
"Dia dijuluki pembunuh ahli tingkat enam puncak! Tidak ingin menguji kemampuannya? Sejujurnya, aku agak ragu dengan para mentor itu. Tapi mahasiswa universitas bela diri ini, yang bahkan lebih muda dariku, benar-benar tidak ragu-ragu."
Jiang Chao tertawa sinis: "Untung tidak ada mahasiswa tingkat enam. Kalo ada, pasti kutantang mereka duel langsung! Berapa usia mereka? Berapa kali mereka turun ke liang bumi? Sehebat apa mereka sebenarnya?"
Kita baru saja melihat darah, fondasi ada di sini, pengalaman pun belum tentu kalah dari mereka, baru inilah yang menarik.
Mencari mentor yang sudah membunuh ribuan orang untuk dikerjakan, aduh, semakin dipikir semakin pesimis."
Sementara beberapa orang ini berbicara, seorang pria paruh baya yang selama ini diam di samping tiba-tiba tersenyum ringan: "Jiang Chao, jangan meremehkan murid Universitas Bela Diri. Kalau bukan orang lain, Fang Ping yang kau sebutkan itu bisa menempati peringkat pertama daftar level lima, bukanlah ketenaran kosong. Saat pergi ke Universitas Bela Diri Kota Iblis, usahakan jangan cari masalah dengannya. Sifat si nak ini agak sulit..."
"Sifatnya tidak baik?"
Jiang Chao langsung tertawa: "Masa dia berani memukulku?"
Menteri Wang menatapnya sejenak, lama kemudian berkata dengan suara melankolis: "Selama tidak membunuhmu... itu tidak masalah. Dia petarung tingkat 5 yang memukulmu setengah mati. Walau Senior Jiang melindungimu, tidak akan sampai ke tingkat itu."
Jiang Chao bergumam: "Menteri Wang, saya tidak suka dengan perkataan Anda. Saya tidak bermaksud mengandalkan leluhur keluarga saya. Maksud saya, sebagai petarung tingkat enam pertengahan, masak saya takut dengan dia yang cuma tingkat lima? Anda salah paham."
Menteri Wang menatapnya setelah mendengar ini, melihat yang lain juga memperhatikan, lalu berpikir sejenak sebelum berkata: "Ke Universitas Bela Diri Kota Iblis untuk tarung latihan adalah usulan kalian. Jadi ikuti prosedur, bertarunglah dengan baik."
"Para mentor di sana adalah guru-guru profesional. Selama kalian mengikuti aturan, mereka pasti akan memberikan bimbingan tanpa ragu."
"Harus kalian ketahui, para mentor ini adalah pejuang yang bertempur di garis depan, memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam mengajar jalan pedang. Bukan seperti orang gegabah di komando militer yang bisa menyaingi."
"Para gegabah itu mungkin jago bertempur sendiri, tapi dalam hal membimbing orang lain, jauh ketinggalan."
"Tapi jika kalian berniat mencari masalah atau punya pikiran lain, lebih baik berhati-hatilah."
"Universitas Bela Diri Kota Iblis memang tidak memiliki Pejuang Kasta Sembilan... Tapi universitas bela diri berada di bawah Kementerian Pendidikan, Menteri Zhang juga tidak akan membiarkan Universitas Kota Iblis dipermalukan di depan pintu sendiri. Apakah kalian semua mengerti maksudku?"
Li Fei mengerutkan kening: "Menteri Wang terlalu berlebihan."
"Kalau begitu lebih baik."
Menteri Wang tersenyum melanjutkan: "Selain itu, untuk turnamen bela diri pemuda kali ini, kalian harus lebih serius. Ini bukan ajang hiburan atau sekadar pertandingan biasa.
Alasan kalian dikirim bertarung adalah atas permintaan para senior. Kalian juga yang terbaik di antara rekan-rekan.
Para senior merasa mahasiswa universitas bela diri dan petarung militer tidak bisa mewakili kehendak mereka. Hanya keluarga inti seperti kalian yang dipercaya.
Tapi jika benar-benar kalah... kerugiannya akan sangat besar."
Jiang Chao menyeringai: "Apa sih yang besar? Cuma kuota Zona Terlarang. Aku juga tidak mau pergi, hilang ya hilang saja."
Sudut mulut Menteri Wang berkedut. Li Fei dan beberapa orang lain di sampingnya melototi Jiang Chao.
Tidak punya ambisi!
Idiot!
Dasar otak udang!
Untuk memperebutkan kuota-kuota ini, betapa besar pengorbanan para leluhur di garis depan?
Jika benar-benar ada yang terbuang, membabat mati bajingan ini pun tidak akan menggantikan kerugian!
Su Zisu juga menunjukkan ketidaksenangan: "Jiang Gendut, dengan sikapmu ini, seumur hidup jangan harap bisa mendekatiku!"
Jiang Chao menguap: "Dulu aku belum pernah keluar, belum lihat dunia, belum lihat banyak cewek cantik, jadi agak tertarik padamu. Sekarang setelah ke luar, katanya di Kota Iblis banyak sekali cewek cantik. Jangan menganggap dirimu istimewa!"
“Susu, nanti kalau aku bisa deketin cewek cantik, jangan cemburu ya. Sekarang kamu anggap aku tidak baik, tapi nanti kamu bakal tahu, kalau Jiang Chao ini pria baik yang langka.”
“Saat itu datang… kamu bakal menyesal!”
“Kamu……”
Ekspresi Su Zisu memerah karena marah, brengsek ini keterlaluan!
Di dalam mobil, beberapa pemuda dan wanita lain segera memarahi Jiang Chao.
Jiang Chao pura-pura tidak peduli, “Umpatlah, anggap saja aku tidak dengar.”
Menteri Wang dan seorang master pejuang di sebelahnya saling memandang dengan perasaan campur aduk, menggelengkan kepala pelan.
“Para bocah ini… jangan sampai menimbulkan masalah.”
“Kalau kalah di kompetisi, ya sudah. Para senior itu yang memaksa keturunan mereka turun ke medan perang, konsekuensinya tanggung jawab mereka sendiri.”
“Di satu sisi, para senior ini berharap keamanan keturunan mereka.”
“Di sisi lain, tidak rela melihat penerusnya jadi sampah, ingin mengasah mereka.”
“Liang bumi terlalu berbahaya. Prajurit tingkat enam lainnya sudah berpengalaman di medan perang dan usianya tidak muda lagi, tidak bisa memberi stimulasi ke para pemuda.”
“Dengan mengadakan Turnamen Bela Diri Pemuda Dunia, mengumpulkan petarung dengan status, usia, dan kekuatan seimbang untuk bertanding, setidaknya bisa menambah pengalaman dengan jaminan keamanan.”
“Kekalahan akan memotivasi mereka untuk latihan lebih giat, tidak sia-sia jerih payah para senior.”
“Yang lain masih punya ambisi.”
Pandangan Menteri Wang tertuju pada si gendut Jiang Chao, “…Dia benar-benar nol ambisi. Entah bagaimana bisa mencapai tingkat enam.”
“Tingkat lima ke bawah tak perlu dibahas, mampu menutup satu pintu Sanjiao, juga bukan sampah, tapi kenapa begitu tidak andal?”
Menteri Wang mengusap pelipisnya, berharap kunjungan ke Universitas Bela Diri Kota Iblis kali ini berjalan lancar.
Dia pernah bertemu Fang Ping, para anggota delegasi ini sebaiknya juga jangan mengusik para penyerang dari universitas bela diri.
Terakhir kali, Fang Ping di hadapan begitu banyak master, dengan santai menipu Zheng Minghong.
Si nak ini, nekat melawan langit.
Liang bumi Nanjiang dan liang bumi Shanghai keduanya dibuat gaduh karena ulahnya.
Jika benar-benar membuatnya marah, dia tak peduli siapa leluhur kalian.
Lagipula jika benar dipukuli Fang Ping, leluhur mereka para anggota delegasi ini takkan berani protes - sumber daya terbaik, senjata dan zirah terbaik, ditambah teknik tempur yang paling sesuai, tingkat pemahaman juga lebih tinggi dari lawan...
Jika tetap tak bisa menang, maka pantas disebut sampah.
"Masalahnya... benar-benar belum tentu bisa menang..."
Menteri Wang bergumam dalam hati.
Tapi mengingat karakter Fang Ping yang dia pahami, si itu juga orang cerdas, tindakan brutal mungkin tak sampai... tapi anggota delegasi yang datang kali ini, hati-hati sampai harus menggadaikan celana baru bisa pulang.
"Mereka semua orang kaya! Jika benar bisa ditipu si nak itu, sepertinya juga bagus."
Menteri Wang terus bergumam, mungkin, aku harus mengambil inisiatif membuat masalah untuk mereka?
Kementerian Pendidikan, juga miskin.
Jika Fang Ping bisa menipu lebih banyak, pembagian keuntungan 50-50, apakah ada harapan?
“Fang Ping seorang diri belum tentu cukup…… Bagaimana kalau panggil Li Hantong juga? Dua pejuang puncak tingkat lima melawan gerombolan ini, tak ada yang protes…… Wang Jinyang tingkat pemahamannya masih rendah, baru tingkat lima fase menengah, mungkin bukan lawan mereka…… Bagaimana kalau panggil dia juga untuk dicoba?”
Menteri Wang tenggelam dalam kontemplasi, semakin dipikirkan, semakin merasa ini mungkin bisa dilakukan.
Kementerian Pendidikan miskin, Universitas Bela Diri juga miskin, sama-sama orang melarat.
Anak-anak muda di mobil ini benar-benar orang kaya baru.
Meski tak membawa barang, membuat surat utang pun, dengan status mereka, keluarga pasti takkan ingkar janji kan?
“Dapatkan puluhan jin esensi kehidupan, tambahkan beberapa sumber daya bagus untuk mengasah kemampuan spiritual…… Para senior itu pasti punya banyak stok cadangan di tangan?”
Menteri Wang telah sepenuhnya memasuki status fantasi, semakin dipikirkan semakin yakin pertimbangannya masuk akal.
Pemerintah memang memiliki beberapa hal, tapi bubur sedikit mulut banyak, tak cukup dibagi.
Banyak barang sudah tak berguna bagi senior-senior itu, tapi memaksa mereka menyerahkan secara sukarela juga keterlaluan, mana ada pejuang level tinggi tanpa harta pribadi, sistem egaliter tak bisa diterapkan.
Tapi keturunan langsung mereka yang kalah, seharusnya takkan wanprestasi kan?
……
Kota Iblis Bela Diri.
Perpustakaan Area Selatan.
Fang Ping bilang mau bertapa, tapi tak pergi ke ruang energi maupun Kolam Energi Vital, dia memang tak butuh itu.
"Bertapa"-nya si ini cuma baca buku, pelajari data, tinjau dokumen, amati peta.
Hampir tak pernah ke perpustakaan sebelumnya.
Dulu dianggap tak perlu, tapi setelah beberapa hari membaca, Fang Ping baru sadar memang perlu banyak membaca.
"Tentang jalan pedang, tentang cerita-cerita misteri, bahkan beberapa buku sejarah, legenda rakyat, semuanya bisa dibaca."
"Penentuan posisi tiga pintu Jiao, ternyata bisa dilakukan seperti ini, membuka wawasan!"
Saat ini, Fang Ping memegang sebuah catatan kuno dengan halaman menguning.
Menurut penjelasan dalam buku ini, penentuan posisi tiga pintu Jiao tidak harus dilakukan dengan eksplorasi bertahap sendiri.
Pernah ada pejuang tingkat lima yang mencapai penyatuan dengan alam semesta di tingkat lima, membuat tiga pintu Jiao muncul dengan sendirinya.
Konsep "penyatuan dengan alam semesta" menurut pemahaman modern adalah saat energi vital, semangat, dan keyakinan mencapai puncak, menyatu dalam satu wadah, mirip dengan konsep penyatuan tenaga tinju di tingkat tiga.
Penyatuan trinitas energi ini ditambah kabut darah menembus langit, akan langsung menarik keluar tiga pintu Jiao.
Tentu saja persyaratannya sangat tinggi, umumnya petarung tingkat 5 tidak mampu melakukannya.
Petarung tingkat lima zaman sekarang harus perlahan mengeksplorasi, merasakan, dan menarik keluar tiga pintu Jiao sedikit demi sedikit - ini pekerjaan yang memakan waktu.
"Mungkin aku bisa mencoba... Tapi kendali kekuatanku masih terlalu lemah, kemampuanku saat ini belum sepenuhnya teraktualisasi. Kalo nggak, dengan fondasiku, pasti sudah bisa melakukan ini semua."
Meletakkan catatan kuno tersebut, Fang Ping mengambil buku lain sambil bergumam: "Level tujuh menempa tulang tengkorak, level delapan menempa Golden Body. Dulu tak pernah tahu apa yang dilatih di level sembilan... Sekarang baru sedikit paham. Menarik... Apakah masih bisa disebut manusia saat mencapai tingkat itu?"
"Meski Fang Ping merasa dirinya sekarang sudah tidak bisa dianggap manusia, tapi belum sepenuhnya keluar dari kategori manusia."
"Tapi Kasta Sembilan... menurut catatan dalam buku, benar-benar tidak bisa dianggap manusia."
"Wu Chuan dan Kasta Sembilan lainnya... sama sekali tidak mencapai level yang disebutkan dalam buku... Apakah aku belum melihat implementasi kekuatan sebenarnya mereka, atau mereka memang lemah?"
Fang Ping mengusap dagunya, sekarang dia merasa para Kasta Sembilan seperti Wu Chuan... mungkin palsu.
"Level Puncak Kasta Sembilan belum pernah kulihat, mungkin baru level puncak ini yang sesuai deskripsi dalam buku."
"Selain itu, dulu Pak Li pernah menduga kalau dunia sektarian mungkin menyembunyikan banyak Golden Body level delapan... Bisa jadi benar! Beberapa orang kolot masih hidup."
Fang Ping kembali bergumam, ada sebuah buku yang mencatat seorang mentor dari Universitas Bela Diri Kota Iblis pernah bertemu pejuang Golden Body level delapan di Bumi.
"Alasan mencurigai berasal dari sektarian hanya karena orang kolot itu berambut panjang dan berpakaian kuno, berbeda dengan petarung zaman sekarang."
"Untuk petarung liang bumi, kemungkinan menyusup ke Bumi sangat kecil, pejuang level tinggi seperti itu sulit disembunyikan."
"Semakin banyak tahu, semakin merasa diri kecil. Dan masih banyak informasi krusial yang kurang... Mengapa tidak ada yang mau memberitahuku?"
Fang Ping menggelengkan kepala, seketika muncul kata "delegasi pertukaran" dalam pikirannya.
"Aku memang tidak tahu, tapi bagaimana dengan mereka?"
"Jika mereka benar-benar orang dari Rencana Pelestarian Bibit yang jarang muncul di publik dan fokus pada latihan, mungkin secara relatif lebih polos."
"Bisa nggak ya, aku membujuk beberapa dari mereka untuk membocorkan sedikit informasi?"
"Lagipula, pasti mereka punya banyak uang, kan?"
Saat ini, ide Fang Ping tiba-tiba selaras dengan Menteri Wang.
Dengan leluhur yang sehebat itu, pasti aset keluarganya sangat rendah.
Sampah di mata Kasta Sembilan puncak, mungkin adalah harta karun baginya.
Dulu saat masih bukan petarung, sebutir pil darah biasa saja Fang Ping anggap harta berharga.
Sekarang, kalau pil darah biasa jatuh... mungkin Fang Ping masih akan memungutnya, tapi memberikannya ke orang lain tanpa ragu.
Jika dia saja begitu, para pejuang top mungkin juga demikian?
"Sepertinya perlu ada pertukaran dan komunikasi dengan mereka."
Fang Ping mengusap dagunya. Sebelumnya dia malas mengurus rombongan pertukaran ini - lebih baik gunakan waktu untuk latihan daripada berurusan dengan mereka yang cuma membuang waktu.
Tapi sekarang, mungkin memang harus menemui mereka.
"Tujuan latihan teknik tempur adalah melatih kendali kekuatan. Ini butuh kesabaran... Mungkin bertarung habis-habisan adalah peluangku untuk naik ke tingkat enam."
Seketika itu juga, Fang Ping berbalik meninggalkan perpustakaan. Bertapa meriset tingkat pemahaman perlahan-lahan bukanlah gaya Fang Ping.
