"Bab 461: Persahabatan Nomor Satu, Kompetisi Nomor Dua"

　　"Fang Ping dan kawan-kawan asyik berdiskusi sambil tertawa riang." 　　"Sebenarnya, Qin Fengqing hampir mengumpat. Setelah bercanda sebentar, dia berbisik: 'Kasih aku obat penyembuh!'" 　　"Fang Ping mengabaikannya, lalu bertanya pada Wang Jinyang: 'Teknik menempa tubuh menjadi golok ini maksudnya menjadikan bagian tubuh tertentu sebagai senjata yang ditempa?'" 　　"'Ya.'" 　　"'Dia menempanya di bagian kepala ya?'" 　　"'Benar.'" 　　“Dia kan belum menempa tulang tengkorak, kalau mau meningkatkan kekuatan kepalanya… Harus nabrak-nabrakkan kepala ke baja setiap hari, ini cara latihan yang paling tepat ya?” 　　“Kurang lebih begitu.” 　　Fang Ping manggut paham: “Pantasan! Tadinya heran kenapa otaknya makin tumpul, ternyata akar masalahnya di sini!” 　　Wajah Qin Fengqing menghitam, menggigit gigi: “Laozi emang sengaja nabrak baja, lu ga terima?” 　　Ngomong-ngomong… Perkataan Fang Ping bener juga, ide gila ini bener-bener khas si doi. 　　Dalam hati Qin Fengqing menggerutu, sinting betul orang-orang ini. Aku rela jadikan tubuh sebagai golok, bukannya kagum malah ngeledek! 　　Kalau orang lain yang tahu cara dia melatih kekuatan kepala, pasti bakal kagum setengah mati. 　　Ga heran hidup di tengah orang-orang brengsek begini bikin stres! 　　Qin Fengqing dalam hati mengelus dada. Lagian mereka juga sering babak belur, nabrak kepala ke baja mah biasa buat mereka. 　　Fang Ping itu waktu itu katanya sampe jadi kerangka tulang belulang, sayang banget ga nonton langsung. 　　Luka sampai darah-daging hancur lebur dibahasnya kayak becanda, padahal rasa sakitnya ga kebayang orang biasa. 　　Coba bayangkan kalau yang mengalami itu orang-orang di depan… 　　Sorot mata Qin Fengqing memancarkan sikap merendahkan. Meski Fang Ping suka ngejailin dia, tapi dibandingkan mereka, doi itu baja tulen. Kalau mereka yang alami, mungkin udah langsung tewas kesakitan. 　　Qin Fengqing masih berpikir, Fang Ping menghela napas, "Pakai otakmu sedikit!" 　　Qin Fengqing dengan wajah berkerut berkata, "Laozi menang!" 　　"Anda menang?" 　　Fang Ping dengan ekspresi tak berdaya, "Mata mana yang melihat Anda menang?" 　　Tak mau berdebat, Fang Ping melanjutkan, "Berapa lama luka parahmu bisa pulih?" 　　"Kalau dikasih obat bagus, dua minggu. Tapi kalau enggak, mungkin sebulan lebih." 　　"Apa Anda idiot?" 　　Fang Ping berbisik lemah, "Di panggung utama ada dua level delapan. Selain itu ada Menteri Wang. Dia pejabat Kementerian Pendidikan, bisa dipanggil Guru." 　　"Bawa tangan kerangkamu ke sana, goyang-goyangkan ratusan kali sampai hampir lepas. Pakai sedikit materi abadi, menurutmu Menteri Wang akan peduli?" 　　"Lah ini bukan luka berat. Sehari juga bisa pulih." 　　"Kalau dia nggak nolongin, jangan pergi. Terus berdiri di sampingnya sambil angkat lengan kerangka. Siapa yang malu?" 　　"Anda peduli malu?" 　　"Dapet materi abadi buat obatin luka sekaligus kuatin badan, asyik kan?" 　　"Idiot! Daripada ngomong kosong di sini, minta muka minta obat luka?" 　　Fang Ping mengumpat. Ekspresi Qin Fengqing tiba-tiba tersadar! 　　"Gua pergi!" 　　"Fang Ping si licik ini, benar-benar jahat!" 　　"Walau gua juga pinter dan wajahnya tebal, tapi ternyata masih kalah tipis sama Fang Ping." 　　Di sisi lain, Qin Fengqing langsung bangkit hendak kabur. Fang Ping menggelegar, "Tunggu sebentar!" 　　Qin Fengqing menoleh, wajahnya kosong kebingungan. 　　"Lihat pria gendut di sebelah sana?" 　　Qin Fengqing melirik Jiang Chao sekenanya, mengejek, "Kulihat, si pengecut itu!" 　　"Apa kau ini tolol?" 　　Fang Ping mengumpat lagi, berbisik, "Dia tajir! Orang kaya! Lihat apa yang dilakukannya?" 　　Qin Fengqing melirik, tak kuasa menahan diri menelan ludah. 　　Dasar bangsat itu sedang minum obat, makan buah energi, lalu... sialan, bahkan meneteskan sedikit esensi kehidupan! 　　Cuma luka kecil tapi diboros-borosin begini, gila kali! 　　Fang Ping menghela napas, "Permusuhan jadi pertemanan. Meski kau pukuli dia, tapi anak-anak pejabat ini paling kagum sama pria keras kepala... Bukan penampilan kau yang sekarang, tapi gaya tadi! 　　Dekati, puji secukupnya. Jangan kentara. Kau pasti tahu caranya. 　　Berlagaklah seperti pertarungan mempertemukan kalian. Puji-puji, lalu pura-pura muntah darah tiga liter. Dengan kekayaan mereka, pasti bisa dapetin obat gratis kan? Kita miskin. Aku masih mending, kau Qin Fengqing punya apa? 　　Masih peduli soal gengsi receh? 　　Kalau hubungan baik, mereka yang tajir-tajir ini mungkin bakal kasih sumber daya dari tingkat lima sampai enam untukmu. 　　Ngomong-ngomong, lihat cewek kecil Su Zisu itu. Dia mudah iba. Fokuskan sasaranmu padanya. 　　Kalau mentok, coba jual pesona tubuhmu untuk merayunya. 　　"Benar-benar ingin merayu Anda, nak masa depanmu akan punya sandaran diri besar." 　　"Mengenai Zhou Qiyue... ehem, kalau kamu punya kemampuan menguasai semuanya, ini bukan urusanku." 　　"Orang biasa, saat ini mungkin sudah mengumpat, Anda pikir saya Qin Fengqing orang macam apa?" 　　"Tapi Qin Fengqing... mengusap dagu, kontemplasi sejenak, berbisik bertanya: 'Itu... sebelumnya saya bilang saya sangat kaya, bukankah ini merusak citra?'" 　　Fang Ping santai berkata: "Bilang saja kali ini menang atau kalah, semua barang di tubuh disumbangkan ke Universitas Bela Diri Kota Iblis, pria sejati tidak membawa harta berlebih, hal yang sederhana." 　　"Seperti ini?" 　　Qin Fengqing paham, seketika, tak perlu petunjuk Fang Ping lagi, dengan penuh semangat dan percaya diri berjalan ke arah pihak lain. 　　Wang Jinyang dan yang lain, melirik Fang Ping. 　　Lama kemudian, Wang Jinyang datar berkata: "Dari mulutmu tak ada satu kata jujur pun." 　　Fang Ping mencemooh: "Jangan begitu, saya tanya, di pihak lain ada siswi yang naksir berat padamu, leluhur mereka berjanji membantumu mencari gurumu, membantumu membangkitkan Nanwu, maukah kamu menjual fisikmu?" 　　"Siap!" 　　Lao Wang menjawab tegas, berpikir lagi: "Sepertinya nanti saya harus memukulinya habis-habisan!" 　　Pukul dulu baru bicara, para keturunan bangsawan ini, kalau tak punya kemampuan, mereka takkan menghargaimu. 　　Bikin mereka tersayat, baru tunjukkan kebaikan, mungkin mereka malah anggapmu jagoan, pahlawan. 　　Soal menjual pesona fisik... terserah, pria ngapain peduli hal begituan. 　　Kalau mereka benar-benar bisa membujuk leluhurnya, semua ini bukan masalah. 　　Di samping, Yao Chengjun mendengus kesal, beberapa sampah masyarakat di Universitas Bela Diri! 　　Li Hantong tampak berpikir dalam-dalam, "Menurutku Qin Fengqing masih punya kesempatan... Lao Wang, kamu... kurang level. Menurutku aku juga layak... Tapi kalau mereka tertarik pada kita gimana?" 　　"Ehem, ehem, ehem!" 　　Fang Ping nyaris tersedak, si Tengkorak Besi ini mulai jahat rupanya! 　　Lelucon sinis macam apa ini! 　　…… 　　Di sisi lain. 　　Melihat Qin Fengqing mendekat dengan wajah dewa perang yang kejam, Li Fei dan yang hadir berkerut wajahnya, apa dia datang untuk pamer kekuatan? 　　Beberapa orang melototi Jiang Chao yang masih rakus menyantap makanan, dasar bangsat ini, mempermalukan diri! 　　Qin Fengqing melangkah mendekat, melihat semua memandangnya dingin, tiba-tiba menatap Jiang Chao dan berkata datar: "Gendut, kau sedikit lebih kuat dari perkiraanku. Kukira aku bisa menang, ternyata tetap kalah." 　　Jiang Chao kebingungan, menatapnya sambil mengangkat kepala. 　　Qin Fengqing melanjutkan: "Kau turun panggung lebih awal itu bijak. Aku tidak tega ke orang sendiri. Yao Chengjun yang lulusan komando militer itu haus darah. Kalau dia naik, wajar saja kau langsung dibunuh. Laozi suka orang bijak sepertimu. Mulai sekarang kau kategorikan setengah temanku!" 　　"Tidak tega?" 　　Jiang Chao tertegun, wajahnya seperti ingin menangis: "Berarti... sebelumnya... itu bukan tindakan brutalmu?" 　　Qin Fengqing tidak menganggap serius, "Ini disebut tindakan brutal? Dalam situasi normal, jika bertemu petarung seperti kamu yang lebih kuat dariku, aku pasti akan meledakkan jembatan alam, tewas satu ya sudah. Tapi mengingat kalian tidak terlalu jahat, kali ini aku maafkan." 　　Beberapa orang tertegun! 　　Kita hanya sedang tarung latihan! 　　Tarung latihan, mengerti tidak? 　　Melihat mereka menatapnya, Qin Fengqing menggelegar, "Di panggung pertarungan tidak ada latihan! Naik panggung, tentukan kemenangan, tentukan hidup mati! Jangan anggap turnamen panggung hanya untuk main-main! Dalam pertarungan petarung, kecelakaan bisa terjadi kapan saja! 　　Perlakukan setiap pertempuran, baik di panggung resmi, latihan, atau lainnya, sebagai pertarungan hidup-mati! 　　Dengan pola pikir seperti ini, tanpa bimbingan senior, cepat atau lambat kalian akan binasa! Dari grup ini, sebagian pasti tewas sebelum akhirnya mengerti logika ini!" 　　Ucapan ini membuat yang hadir seketika terdiam. 　　Qin Fengqing tidak melanjutkan, berbalik hendak pergi tiba-tiba tubuhnya limbung, darah memancur deras dari mulutnya! 　　"Si Botak, kau baik-baik saja?" 　　"Ada apa?" 　　"Lukanya kambuh?" 　　"Jiang Chao, kau terlalu kejam!" 　　"Sudah, jangan ribut! Masih ada esensi kehidupan? Beri dia minum..." 　　“……” 　　Keributan terjadi. Seseorang mengeluarkan esensi kehidupan. Qin Fengqing yang berpura-pura "setengah pingsan" langsung menjulurkan mulut ke botol, "Cepatlah beri aku minum, sialan! Masih ngobrol saja!" 　　…… 　　Di panggung utama. 　　Menteri Wang yang sedang bersiap mengumumkan pertarungan kedua, melirik ke bawah panggung dengan ekspresi kaku yang tak terkira! 　　Di samping, Lü Fengrou menoleh menghindari pandangan, sementara Pak Li bergumam, "Berapa banyak siswa yang akan direkrut tahun ini? Sumber daya sekolah agak terbatas, jumlah penerimaan tidak boleh terlalu banyak ya..." 　　Keduanya seolah sama sekali tidak melihat kehadiran Qin Fengqing di sana, juga tak menyadari kondisi "luka parah yang mengancam nyawa"-nya. 　　Li Mo memandang mereka bergantian, lalu menatap Qin Fengqing. Setelah lama terdiam, ia akhirnya tersenyum kecut, "Murid Universitas Bela Diri Kota Iblis... menarik." 　　Sebelumnya, raut wajah Li Mo tampak muram. 　　Jiang Chao yang baru saja terjatuh dari panggung membuatnya merasa sangat mempermalukan diri. 　　Tapi sekarang... rasa malunya semakin menjadi! 　　Beberapa tolol ini benar-benar tak terselamatkan kebodohannya. 　　Meski geram, Li Mo tetap tersenyum, "Anak-anak ini memiliki watak murni, mengutamakan persahabatan di atas kompetisi..." 　　Menteri Wang pura-pura tuli, mengabaikan penghiburan diri pria itu. 　　Mau bilang murni ya terserah, yang penting kau senang sendiri. 　　Keberadaan para nak ini di Universitas Bela Diri Kota Iblis mungkin merupakan kesalahan terbesar mereka. 　　Mengabaikan keributan di bawah panggung, Menteri Wang mengguntur, "Pertarungan kedua dimulai!" 　　Di satu sisi, Yao Chengjun turun dari panggung sambil masih memegang tombaknya. 　　Di sisi lain, Qin Fengqing akhirnya berhasil meneteskan esensi kehidupan. Hatinya dipenuhi sukacita, namun saat bangun ia mengerutkan kening, "Berlebihan sekali! Luka kecil begini saja kalian ribut? Ayo lanjutkan kompetisi! Aku akan naik panggung dulu, kalau ada jodoh kita bicara lagi nanti!" 　　Setelah membuang ucapan ini, si dia langsung berlari ke arah Menteri Wang. 　　Kalau bisa dapat sedikit materi abadi, pertarungan hari ini tidak sia-sia, untung besar. 　　Di sisi Li Fei, Jiang Xiyan belum turun lapangan, Qin Fengqing sudah mengayun-ayunkan lengan bertulang putih di depan Menteri Wang. 　　Lewat mulut melaporkan ke Li Changsheng dan kawan-kawan, "Cedera ringan", "Bisa diabaikan", "Tak masalah, harus tunjukkan reputasi Kementerian Pendidikan dan Universitas Bela Diri"... 　　Tapi tangannya terus bergerak, hampir menyodorkan tangan ke muka Menteri Wang. 　　Ekspresi Menteri Wang hitam legam, tidak melototi Qin Fengqing, tapi melotot tajam ke Pak Li. Atap yang bengkok membuat tiang bawah ikut miring! 　　Universitas Bela Diri Iblis jadi seperti apa karena didikan kalian?! 　　Pak Li juga merasa tersakiti. Ini bukan salahku! Kalau bukan perintah Fang Ping, aku rela namanya dibalik! 　　Menteri Wang mengumpat dalam hati. Tapi si nak ini terus mengayun-ayunkan lengan tulang putih di depannya dengan sikap "sembuhkan atau aku ganggu terus", membuatnya tak berdaya. 　　Dengan gerakan tangan, ia menyemburkan pancaran emas ke tangan Qin Fengqing. Darah dan daging di lengan itu mulai pulih terlihat oleh mata telanjang. 　　Barulah Qin Fengqing berhenti mengganggu. 　　Setelah tenang, dia tidak kembali ke Fang Ping, malah mendatangi Jiang Chao dan kawan-kawan. Li Mo hendak mengulurkan tangan... cepat ditarik lagi. Sudahlah, jangan mempermalukan diri. 　　Biar para nak itu dapat pelajaran. 　　Namun, Li Mo masih berkata dingin: "Qin Fengqing ini... Wataknya memang banyak akal." 　　Pak Li tersenyum tipis: "Qin Fengqing masih cukup polos." 　　Benar, orang tua, kau harus percaya bahwa Qin Fengqing adalah anak yang berhati polos. 　　Dengan kejelian matamu yang begini, bahkan tak bisa melihat siapa dalangnya. Buat apa jadi level delapan? Jangan mempermalukan diri. 　　…… 　　Qin Fengqing masih terus menyusup ke dalam barisan musuh. Di lapangan, pertarungan kedua telah dimulai. 　　Di pihak Li Fei, tiga siswi - Jiang Xiyan adalah satu-satunya siswi yang mencapai tingkat enam pertengahan. 　　Perempuan ini menggunakan pedang panjang Senjata Dewa. 　　Belajar dari pelajaran Jiang Chao sebelumnya, Jiang Xiyan langsung melancarkan jurus andalan begitu mulai. Setelah ledakan jurus, dia buru-buru pergi dari tempatnya, khawatir Yao Chengjun akan menerobos jurusnya dan memaksakan pertarungan jarak dekat seperti yang dilakukan Qin Fengqing sebelumnya. 　　Jiang Chao masih baik-baik saja saat ditabrak, tapi dia kan siswi. Jika sampai ditabrak seperti itu, sungguh memalukan. 　　Hasilnya... Begitu dia pergi, Yao Chengjun langsung meledakkan kemampuan spiritualnya! 　　Bukan hanya kemampuan spiritual, kekuatan spiritual dahsyat yang bercampur bau darah menyengat membuat mual, menyembur keluar dari tombak panjangnya! 　　Saat itu juga, pemandangan medan perang berdarah langsung muncul di benak Jiang Xiyan. 　　Anggota tubuh yang terpotong berserakan di mana-mana, darah, usus, otak terciprat. Bangkai manusia bertumpuk membentuk gunung. 　　"Pada sekejap itu, gerakan Jiang Xiyan terhenti, wajahnya pucat, memancarkan bayangan pergulatan batin." 　　"Dia belum pernah menyaksikan situasi seperti ini!" 　　"Saat pikirannya masih menolak pemandangan tersebut, Jiang Xiyan sudah mencium aroma darah yang anyir." 　　"Saat itulah reaksi stres pejuang level enam terlihat. Jiang Xiyan langsung tersadar, dihadapannya sudah muncul siluet Yao Chengjun." 　　"Yao Chengjun saat ini bagaikan Dewa Pembunuh!" 　　"Seluruh tubuhnya memancarkan kabut darah pekat. Sorot matanya yang dingin membuat Jiang Xiyan secara tak sadar ingin menghindar saat bertatapan." 　　"Bunuh!" 　　"Teriakan pembunuhan kejam yang disertai getaran spiritual kembali menyerang pikiran Jiang Xiyan." 　　"Merasakan krisis, Jiang Xiyan mengayunkan pedang panjangnya dengan gagah berani menusuk ke arah Yao Chengjun!" 　　"Tombak Yao Chengjun menyambar ke atas. Getaran dari pedang panjang membuat posturnya gemetar, tombaknya juga mengeluarkan jeritan terakhir." 　　"Yao Chengjun tetap menggebrak dengan kejam!" 　　"Mati!" 　　"Dari awal sampai akhir, Yao Chengjun tetap dingin, kejam, dan sarat aroma darah." 　　…… 　　"Menurut Fang Ping, semua ini cuma taktik Yao Chengjun menakut-nakuti anak kecil." 　　"Area istirahat." 　　"Fang Ping mengeluh: 'Lao Yao keterlaluan. Bertarung ya bertarung, ngapain menakut-nakuti?'" 　　"Aura mematikan, bau darah - hal-hal semacam ini wajar muncul setelah banyak membunuh." 　　Orang lain tidak menyebutkan, dulu saat Fang Ping bertarung dengan Ling Yiyi tingkat tiga, aura mematikan yang dilepaskan Ling Yiyi berhasil menghancurkan kemampuan spiritualnya. 　　Meskipun Liang Bumi Ibu Kota relatif tenang, pertempuran tetap sering terjadi. 　　Ling Yiyi si wanita itu adalah tipe yang sudah bertahun-tahun turun ke liang bumi, juga haus darah. 　　Bagi pejuang-pejuang kuat universitas bela diri, pelepasan aroma darah dalam pertarungan sama sekali tidak berpengaruh. 　　Mereka yang pernah mengalami medan perang sejati, bahkan Fang Ping yang belum banyak turun ke liang bumi pun pernah mengalami pertempuran skala besar level rendah-menengah dengan banyak korban berjatuhan. Siapa yang akan memperhatikan hal ini? 　　Namun harus diakui, aura Bunuh yang dilepaskan Yao Chengjun yang dipadu kemampuan spiritualnya benar-benar menjadi trisula penusuk super bagi Jiang Xiyan. 　　Saat ini, kedua orang telah beberapa kali bertarung di udara, bunyi benturan tombak dan pedang terus terdengar. 　　Namun gemerincing pedang Jiang Xiyan terdengar terputus-putus. 　　Sering terhenti tiba-tiba! 　　Setiap kali terhenti, disusul oleh teriakan menggelegar Yao Chengjun! 　　Meski energi vitalnya kalah, kekuatan fisiknya inferior, dan senjatanya lebih rendah kualitas, setiap benturan justru membuat lengannya yang memegang tombak hancur berdarah-daging. 　　Tapi setiap kali Jiang Xiyan terguncang oleh tekanan spiritual dan aura Bunuh, Yao Chengjun dengan gilanya menusukkan tombak bernuansa darah. 　　Untuk sementara waktu, dia benar-benar menekan sepenuhnya Jiang Xiyan, membuatnya terus terlempar ke belakang. 　　Terkadang, bahkan ketika Jiang Xiyan melakukan serangan balik, dan pedangnya hampir menusuknya, Yao Chengjun tetap tidak menghindar. Dengan tombak di tangan, dia menusuk ke arah kepala lawannya, menunjukkan sikap siap gugur bersama! 　　Mana mungkin Jiang Xiyan berani bertaruh nyawa bersamanya? Pertarungan ini terasa sangat memuakkan baginya, terpaksa dia mulai mundur! 　　Saat ini, perasaannya persis seperti Jiang Chao sebelumnya - semua orang ini adalah orang gila! 　　…… 　　Di panggung utama. 　　Li Mo sudah tidak berbicara lagi, ekspresinya terlihat agak muram. 　　Apakah kita akan kalah lagi? 　　Meski sebelumnya tidak benar-benar kalah, menurutnya hasilnya sama saja dengan kekalahan. 　　Sekarang, Jiang Xiyan terus-menerus ditekan oleh seseorang yang sebenarnya lebih lemah darinya. Kemampuan spiritual Yao Chengjun yang belum mencapai penyatuan energi vital dan darah, hanya memberikan dampak terbatas pada petarung tingkat enam pertengahan. 　　Seandainya Jiang Xiyan memiliki keteguhan hati, seharusnya dia tidak terlalu terpengaruh. 　　Sayangnya, Jiang Xiyan hanyalah seorang siswi yang belum banyak mengalami cobaan hidup. Meski kuat, usianya baru awal dua puluhan. Pengalaman hidupnya mungkin bahkan lebih sedikit daripada perempuan biasa di masyarakat - mana mungkin dia memiliki kekuatan kehendak sehebat itu. 　　Setelah beberapa kali serangan, mental Jiang Xiyan sudah mulai goyah. Di udara, teriakan marahnya terus terdengar sementara pedang panjangnya memancarkan energi dan fluktuasi vital yang dahsyat, namun teknik bertarungnya mulai kacau. 　　Sehebat apapun daya hancur serangan, harus mengenai lawan dulu baru efektif. 　　Yao Chengjun yang sebelumnya garang dan tak terkalahkan, justru sekarang tampil tenang. Memanfaatkan kekacauan teknik lawan, dia lebih banyak menghindar daripada menyerang. 　　Meski tubuhnya hancur berdarah-daging akibat semburan pedang jurus andalan Jiang Xiyan, Yao Chengjun tetap tak bergeming, perlahan menarik lawannya untuk terus meledakkan jurus besar, memancing emosinya. 　　Semburan pedang yang memancar indah terus meledak di udara. 　　Yao Chengjun tidak menjauh, hanya berkeliaran di sekitar zona ledakan agar lawannya tidak berhenti meledakkan jurus. 　　Melihat pemandangan ini, Li Mo menghela napas ringan sambil menggelengkan kepala. 　　Mungkin akan kalah! 　　Petarung dari akademi militer ini sedang mengikis kehendak Jiang Xiyan, menghabiskan energi vitalnya, dan mematahkan kegigihannya. 　　Jika terus begini, selama Yao Chengjun bisa bertahan sampai momentum Jiang Xiyan melemah, lalu meledakkan jurus maut, mungkin satu serangan bisa menentukan. 　　…… 　　Fakta pun sesuai dengan prediksi pejuang puncak level delapan ini. 　　Jiang Xiyan telah meledakkan puluhan jurus, namun Yao Chengjun yang awalnya duel frontal dengannya kini menghindar, membuatnya semakin panik dan kehilangan takaran. 　　Persis saat Jiang Xiyan bersiap meledakkan jurus lagi dan menarik napas, Yao Chengjun yang selama ini menghindar tiba-tiba bergerak! 　　Tombak panjang merah darah beriak seketika. 　　"Bunuh!" 　　Teriakan menggebrak menggema di jagad raya, semburan merah gelap menyambar seperti kilat, menusuk dari samping pedang panjang dan langsung menembus dada Jiang Xiyan. 　　"Bruk!" 　　Dentuman keras menggema, Jiang Xiyan terlempar ke belakang, darah terus menyembur dari mulutnya. 　　Bersamaan itu, jaketnya hancur lebur, memperlihatkan rompi dalam yang memancarkan kilau emas. Rompi tersebut bertabrakan dengan tombak panjang, memercikkan bunga api. Sesaat kemudian, gaya rekoil dahsyat meledak dari rompi itu, mengguncang tombak Yao Chengjun hingga suara jeritannya semakin nyaring. 　　Yao Chengjun sendiri terus mundur, menginjak-injak kehampaan hingga meledak, darah menetes dari tangannya membasahi tanah. 　　Sesaat kemudian, Yao Chengjun mendarat, menginjak tanah hingga membentuk lubang-lubang. Di seberang, Jiang Xiyan juga terjatuh dengan ekspresi penuh kepahitan dan kemarahan. 　　Mengenai luka... tidak terlalu parah. Tombak gagal menembus rompi dalam yang terbuat dari armor emas monster liang bumi level delapan. 　　Kekuatan energi vital yang menyusup justru mengguncang Yao Chengjun sendiri hingga lukanya cukup serius. 　　Dibanding Jiang Chao, kondisi Jiang Xiyan sedikit lebih baik. Dia tidak menyerah dan masih ingin bertarung lagi. 　　Di panggung, Li Mo menghela napas: "Xiyan, menyerahlah." 　　Yao Chengjun sebenarnya tidak berniat membunuh. Kalo nggak, tusukan tombak tadi pasti diarahkan ke tenggorokannya, bukan dada. 　　"Kakek Li..." 　　"Menyerah." 　　Dengan wajah penuh kekecewaan, Jiang Xiyan akhirnya mengatakannya dengan enggan: "Aku menyerah!" 　　Setelah mengucapkan itu, pipinya memerah padam. Dia berbalik dan langsung pergi. 　　Yao Chengjun mengangguk tipis, tak banyak bicara, lalu berbalik menuju area istirahat. Cedera fisiknya tidak terlalu parah, tapi kemampuan spiritualnya terkuras habis. Jika terus bertarung, hanya akan menjadi bulan-bulanan lawan. Tak perlu memaksakan diri. 　　Lagipula di belakang masih ada beberapa sosok tangguh. Sebelumnya dia sudah pernah kalah dari mereka. Walau sempat mengalahkan Li Hantong dengan susah payah, sekarang Li Hantong sudah mencapai puncak tingkat lima - dua level lebih tinggi darinya. Jika bertarung lagi, pasti bukan lawannya. 　　Dari ketiganya, secara ketat, mungkin hanya Wang Jinyang yang setara dengannya. Fang Ping dan Li Hantong jelas-jelas lebih unggul. 　　…… 　　Yao Chengjun dan Jiang Xiyan telah turun dari panggung. Ekspresi Li Fei dan kawan-kawan bukan lagi masam, melainkan berat. 　　Qin Fengqing di samping malah melebih-lebihkan: "Kami tak berniat membunuh. Tombak Yao Chengjun tadi sengaja tidak menusuk kepala - itu sudah bentuk pengurangan kemampuan. Gendut, kau bijak meninggalkan panggung lebih awal. Andai tidak, walau dia berbelas kasihan pada wanita, tidak akan demikian padamu! Tombaknya akan menembus tenggorokanmu, menguras darahmu!" 　　Jiang Chao menyembunyikan lehernya, berbisik: "Botak, apakah trio di belakang itu lebih kuat?" 　　Qin Fengqing tertawa terkekeh: "Biasa saja. Cuma mengandalkan keunggulan tingkat pemahaman. Fang Ping dan Li Hantong sama-sama puncak tingkat lima. Bagi kami, peningkatan satu level kecil berarti kemampuan tempur naik dua kali lipat. Secara hitungan, mereka cuma 2-3 kali lebih kuat dari Yao Chengjun." 　　"Jiang Chao dengan getir di hati, lalu merasa lega, menepuk-nepuk bahu Qin Fengqing sambil berterima kasih: 'Untung aku berhadapan denganmu yang baru level lima fase awal, terima kasih banyak!'" 　　"Qin Fengqing dengan sorot mata berbahaya: 'Sudahlah, sekarang tak akan kucari masalah. Nanti setelah kita jadi saudara dan kuambil semua hartamu, baru kuhabisi kau.'"