Fang Ping memamerkan wajah polosnya!
Kali ini aku benar-benar tak berkata apa-apa!
Lao Yao yang baik-baik saja ini tiba-tiba datang mengaku keluarga, harus bagaimana aku?
Sangat panik!
Untungnya Li Hantong membantu berbicara, sambil menyeringai ia berkata: "Lao Yao, benar! Dan kali ini kau tak tahu, kami bahkan pergi ke rumah musuh bebuyutanmu..."
"Ehem!"
Fang Ping batuk kecil, Li Hantong langsung tersadar lalu tertawa: "Nanti akan kuceritakan, sangat menarik! Kukira kau akan terus bertapa dan melewatkan kesempatan ini, tak disangka kau datang tepat waktu. Akhirnya kita bisa bekerja sama lagi!"
Yao Chengjun hanya bertanya sekali lalu terdiam, saat ini berdiri di samping dengan keheningan yang mencekam.
Fang Ping ingin berbicara namun akhirnya tak berkata-kata, hanya menepuk-nepuk bahu Yao Chengjun.
Yao Chengjun tak memperhatikan, sementara Wang Jinyang di sebelah melanjutkan menatap langit.
Diam... itu lebih misterius daripada omong kosong.
Sudahlah, anggap saja diri ini tuli dan buta, di masa depan jadilah orang tuli dan buta. Jika tidak, cepat atau lambat kita akan hancur.
“Beberapa orang ini sedang berbisik-bisik.” Di sisi lain, para master telah mengonfirmasi masalah kuota baru.
Yao Chengjun memanifestasikan kemampuan spiritualnya. Serangan sebelumnya saat melawan Li Yiming, meski dipadamkan oleh Li Deyong, tetap membuat para master merasakan kekuatan luar biasa Yao Chengjun.
Tidak perlu menyebut lebih hebat dari Li Yiming, setidaknya kekuatan bertarungnya setara petarung puncak Tingkat Enam biasa.
Ditambah pernyataan dari Nanyun Yue, Li Deyong pun tak bisa berkata-kata.
Sebenarnya, kuota ini sejak awal memang disiapkan untuk Yao Chengjun.
……
Para master selalu datang dan pergi dengan cepat. Beberapa master kembali menghilang.
Kali ini, yang lain pun tak sempat melanjutkan praktik bertapa mereka.
Li Yiming mendekat, menatap Fang Ping sejenak lalu beralih ke Yao Chengjun.
Akhirnya, memandang Li Hantong dan yang lain sambil menggaruk dagu: "Kalian berdua, sudah mencapai materialisasi kemampuan spiritual?"
"Belum." Li Hantong menggeleng.
Li Yiming menghela lega, lalu bertanya lagi: "Sudah mencapai Golden Body?"
"Belum."
"Bisa mencapai Level Tujuh dalam semalam?"
"Tidak bisa."
"Bagus, bagus."
Li Yiming kembali lega. Tampaknya dia tak perlu lagi melanggar janjinya sendiri.
Janji mengalahkan Yao Chengjun dalam satu serangan pedang - gagal.
Janji menghajar Fang Ping - gagal.
Li Yiming yang biasa membunuh musuh layaknya memotong rumput di medan perang, kenapa di sini selalu gagal?
Melihatnya tenang, Fang Ping tersenyum: "Saudara Yiming, kita semua sekutu. Kuat atau lemah sama saja."
Saat berbicara, Fang Ping menepuk bahunya. Li Yiming secara refleks ingin menghindar, tapi merasa tak perlu takut, akhirnya tetap diam.
Sementara Fang Ping, setelah menepuk, sedikit mengangkat alis.
Sumber daya berharga!
Benar-benar sumber daya berharga!
Inikah zirah dalam Level Puncak?
Sebenarnya dia menggunakan kekuatan cukup besar, tepukannya terlihat ringan tapi sebenarnya sangat kuat.
Tapi meski begitu, tidak menyebabkan luka sedikitpun pada Li Yiming.
"Zirah kulit Level Puncak... Apakah Li Zhen pernah membunuh monster Level Puncak dari bangsa siluman?"
Atau... Fang Ping merasa agak mual, jangan-jangan Li Zhen membunuh pejuang Level Puncak dari liang bumi, lalu menguliti kulitnya?
Seharusnya tidak mungkin kan?
Dia juga belum pernah dengar Li Zhen membunuh monster Level Puncak. Pertarungan paling legendaris Li Zhen adalah melawan tiga Kasta Sembilan dari Zona Terlarang yang merupakan manusia liang bumi.
Soal prestasi lain, Fang Ping benar-benar tidak tahu.
Secara logika, meski Li Zhen punya kemampuan membunuh Level Puncak, seharusnya tidak akan dilakukan.
Kalo nggak, pejuang Level Puncak runtuh, bukankah liang bumi akan berperang?
Lalu dari mana asalnya zirah kulit Level Puncak ini?
Lagipula, apakah kemampuan bertarung Li Zhen sudah mencapai level bisa membunuh Level Puncak?
Fang Ping memikirkan banyak hal, tak berkata lagi. Melihat Li Yiming, akhirnya bertanya: "Pedang Wanggu Changye-mu..."
Li Yiming ceplas-ceplos: "Cuma ngomong apaan buat nama, ada masalah?"
Wang Jinyang melirik Fang Ping, lalu melihat ke Li Yiming.
Yang lainnya juga demikian, saling bertatapan.
Ini... Bukankah ini gaya Fang Ping?
Li Yiming melanjutkan: "Dalam pertarungan, terkadang aku berteriak 'Pedang Malam Abadi', tapi belum tentu benar-benar mengeluarkan pedang. Hanya trik kecil untuk mengelabui lawan. Kalian masih muda, mungkin belum paham. Jangan malu, di liang bumi, menyelamatkan nyawa dan membunuh musuh adalah yang utama."
Li Yiming yang berpengalaman turun ke liang bumi, tersenyum sambil berbagi pengalaman.
Intinya satu: jangan terlalu peduli muka. Bisa bertahan hidup dan membunuh musuh, itulah pejuang sejati.
Seolah khawatir mereka masih gengsi, Li Yiming menambahkan: "Rahasia kecil, kadang kalau benar-benar menghadapi lawan tak terkalahkan, menyerah pun tak masalah. Jangan memaksakan diri sampai terbunuh, habis semuanya."
Tahukah kalian arti Nayagukali?
Kadang pejuang liang bumi yang tolol, jika kau teriakkan kata menyerah dan berpura-pura jadi cucu... mungkin mereka akan mengabaikanmu.
Sungguh, dulu aku pernah mencoba. Ada level tujuh tolol yang langsung melewatiku, bahkan tak kentut sekalipun.
Karena itu, aku sengaja berkeliling ke berbagai departemen untuk memberi penyuluhan..."
Ekspresi Fang Ping tampak mengerikan aneh!
Kalau begitu... kaulah orang beruntung yang lolos itu?
Dan kau malah berkeliling memberi penyuluhan... Apakah ini berarti... nasihat Pak Li dulu padaku berasal darimu?
Tak disangka-sangka!
Pantas saja Pak Li merasa ada harapan bisa menyelamatkan nyawa, ternyata ada preseden sebelumnya.
Mengingat masa lalu saat pertama kali memasuki liang bumi, tidak mengerti apa-apa, langsung meneriakkan ini ke petarung liang bumi, Fang Ping merasa malu luar biasa.
RAHASIA NEGARA!
Semua yang tahu rahasia sudah dibunuh. Aku tidak seberani Li Yiming yang berani menyebarkan cerita kemana-mana.
Li Yiming melanjutkan dengan serius: "Itu hanya untuk menghadapi pejuang tak terkalahkan, satu-satunya cara melarikan diri. Tapi kalau lawan selevel, meski tak bisa dibunuh tetap harus dilawan! Jangan sampai kita dipermalukan. Kalian masih muda, banyak hal belum paham..."
Li Yiming bertingkah seperti kakak sulung. Fang Ping ingin berkata: "Aku sudah melakukan ini ribuan kali!"
Cuma males aja menjatuhkan semangatmu, kalau nggak semua omonganmu ini kek anak TK.
Setelah mengobrol sebentar, semua orang bubar.
Setelah Li Yiming pergi, Li Hantong mencibir: "Orang ini banyak bacot, sok jadi kakak. Fang Ping, kamu nggak punya pendapat?"
Fang Ping tertawa ringan: "Pendapat apa? Mau jadi kakak? Boleh! Asal kasih kita masing-masing zirah Level Puncak, senjata dewa, plus harta karun penahan spiritual."
Kalau bisa memenuhi, jadi adiknya juga nggak masalah.
Jadi adiknya, kita bisa memanfaatkan nama besar dua Level Puncak - Ditambah Menteri Zhang, dua pejuang terkuat yang sekarang melindungi kita. Di Tiongkok, siapa yang berani tidak menghormati?"
Setelah bercanda, Fang Ping menatap Yao Chengjun, mengerutkan alim seraya bertanya: "Materialisasi kemampuan spiritual, manifestasi apa yang muncul?"
"Reruntuhan."
Yao Chengjun menjawab singkat, setelah berpikir sejenak menambahkan: "Reruntuhan pertempuran besar, peperangan para pejuang tak terhitung! Akhirnya para pejuang menghilang, hanya menyisakan reruntuhan."
Fang Ping tampaknya mulai memahami.
Li Hantong terkejut: "Adegan pertempuran para pejuang? Lao Yao, obsesimu cukup mendalam ya. Tampaknya meski sudah mati sekali, di kehidupan ini pun kau tak melupakan pertempuran terakhir itu."
Fang Ping pernah mengatakan, dalam pertempuran terakhir zaman dulu, semua pejuang Kerajaan Langit runtuh.
Kembali cocok!
Mendengar ini, Fang Ping terdiam menatap langit!
Laozi (Aku) benar-benar mengoceh kosong.
Tentu sebenarnya sederhana, jika semua pejuang benar-benar mati, pasti karena ledakan pertempuran besar, sepertinya tidak ada alasan lain.
Mungkinkah mereka mati karena usia tua?
Jadi pernyataan ini berlaku untuk siapapun, kalau bisa suruh Fang Ping menjelaskan detailnya.
Bagi generasi mereka, kematian pejuang selalu terjadi dalam pertempuran.
Bertahun kemudian, jika ada petarung modern yang bangkit kembali dan diberitahu bahwa dulu kalian mengalami pertempuran besar hingga semua runtuh... Masuk akal!
Si Tengkorak Besi (Li Hantong) yang memaksakan diri mengidentifikasi, aku tak bisa berbuat apa-apa.
Fang Ping dalam hati menggerutu, materialisasi adegan pertempuran oleh Yao Chengjun sebenarnya membuatnya terkejut namun juga tidak.
Yang mengejutkan adalah obsesi Lao Yao yang begitu dalam, juga pertanyaan: dengan siapa sebenarnya dia bertarung sampai mati?
Dia menduga, adegan termanifestasi ini mungkin berasal dari kehidupan sebelumnya.
Tapi siapa lawannya?
“Petarung liang bumi?”
Mengapa bertarung?
Semua ini kini telah menjadi masa lalu, tidak dapat ditelusuri.
Wang Jinyang mendengar ini, berpikir sejenak lalu berkata, "Jika kita melakukan manifestasi, apakah akan muncul perbedaan?"
"Tidak tahu."
"Cepat atau lambat kita harus pergi ke Kota Zhenxing."
“……”
Fang Ping melirik rombongan Kota Zhenxing yang telah pergi, berbisik, "Boleh pergi, tapi minimal harus level tujuh-delapan. Di Kota Zhenxing ini, selain Yang lainnya, Keluarga Yang sangat membenciku. Mereka masih punkan petarung level delapan di sana. Jika kita di wilayah mereka, pasti akan mencari masalah."
Sorot mata Li Hantong langsung menjadi dingin dan tajam, mendengus, "Keluarga Yang! Berani mereka! Lao Qin sudah bilang, leluhur mereka bertekuk lutut di sana! Masuk ke rumah kita tanpa alasan, mengambil tanpa izin itu pencurian..."
"Diam!"
Wang Jinyang langsung membentak, kesal berkata, "Kalau kau masih ngomong nonsense, berani kubunuh? Li Hantong, kuperingatkan, jangan pernah katakan ini di depanku lagi! Sekarang saja sudah bikin kesal!"
Li Hantong tampak bingung, ada apa denganku?
Apa ucapanku salah?
Itu kan rumah temanku. Leluhur Keluarga Yang melanggar rumah temannya sendiri lalu mati di sana. Menurut Li Hantong... pasti ada niat jahat.
Setidaknya ketika dia dan Qin Fengqing pergi, tidak terjadi apa-apa.
Pejuang Kasta Sembilan sampai mati, pasti mau Gerebek Rumah.
Tapi karena Lao Wang sudah mengamuk, Li Hantong terpaksa menahan diri dan diam.
Fang Ping juga tidak berkata apa-apa, Li Hantong yang sekarang bicara ini membuatnya pusing.
Dasar, orang ini sekarang yakin tanpa keraguan. Dia bahkan malu mengulanginya, terus memikirkan kapan mungkin dibunuh orang.
Dan orang yang akan membunuhnya adalah Li Hantong.
Dari tiga orang itu, Yao Chengjun... tidak pernah dibujuknya.
Lao Wang, yang tidak terlalu percaya padanya.
Li Hantong... menyatukan pengalaman pribadinya, perlahan terperangkap, dengan keyakinan mutlak pada semua ini.
Suatu hari jika tahu Fang Ping hanya membujuknya, mungkinkah dia rela tidak menghabisi Fang Ping?
"Harus segera meningkatkan kekuatan. Musuh asing masih ada, internal penuh bom waktu. Tengkorak Besi adalah ranjau darat yang bisa tiba-tiba meninju dan meledakkan kepala tanpa bisa protes."
……
Tanggal 2, obrolan mereka mengisi waktu hingga larut.
3 Juni, hari resmi dimulainya Turnamen Pemuda.
Pagi-pagi, semua orang telah berkumpul di alun-alun tengah.
Li Deyong mengerutkan alis, tidak melihat para pemuda tapi menatap bayangan di atap jauh - apa yang dilakukan orang ini di sana?
Di atas atap, Pak Li bagai patung tak bergeming.
Tidak berkomunikasi atau menyapa para master.
Sejak tiba semalam, dia terus berdiri di atap mengabaikan semua orang.
Siapa pun yang bertanya, tetap diacuhkan.
Tapi beberapa orang masih diresponnya, misalnya... Ketua Asosiasi Jalan Pedang.
"Kalau Ketua pergi, Pak Li langsung ngomong: 'Ganti peringkat, kalo nggak kubabat pakai pedang sampai mati!'"
Begitu dengar kalimat ini, sang Ketua hampir muntah darah.
"Apa semua orang kampus Iblis kalian sebrengsek ini?"
"Ahli bela diri, nggak bisa punya kelas dikit?"
"Kemarin Fang Ping ngotot minta ganti gelar, sekarang si brengsek ini minta ubah peringkat. Kalian nggak ada kerjaan ya?"
Ketua Asosiasi Jalan Pedang sampai malas menghiraukannya. "Mau pura-pura jadi patung? Silakan! Lihat berapa lama bisa bertahan."
Li Deyong melirik Li Changsheng, lalu mengabaikannya.
Di samping, Su Hao-ran hanya bisa menghela napas.
"Berdiri seperti patung" nya Li Changsheng bukan sekadar pura-pura. Energi-nya... terus mengunci satu target.
Bukan dia!
Tapi petarung level delapan di sebelahnya!
Wajah petarung level delapan itu menghitam legam, amarahnya memuncak!
Tekanan energi Li Changsheng semakin menggila, aura pembunuhannya mendidih!
Seolah di detik berikutnya pedangnya akan menyambar, mengeksekusi nyawa!
"BANGSAT!"
"Andai saja leluhur tidak runtuh, kakak tidak gugur, mana mungkin kami diperlakukan begini!"
Kali ini Keluarga Yang mengirim dua petarung puncak Tingkat Enam ke turnamen pemuda. Jika dapat kuota, mungkin segera muncul dua petarung level tujuh.
Kini kekuatan Keluarga Yang nyaris habis.
Hanya tersisa dia dan Yang Qing sebagai petarung tingkat tinggi. Jika bisa dapat dua lagi, punya 4 master pengawas, meski tanpa petarung Kasta Sembilan atau Level Puncak, setidaknya masih lumayan.
“Untuk hal ini, Dia juga memberikan perhatian besar, datang sendiri demi memastikan kuota berhasil direnggut.”
“Di antara keturunan Level Puncak, dua puncak Tingkat Enam, kekuatan ini tidak bisa dibilang lemah.”
“Sayangnya, leluhur keluarganya telah runtuh. Yang dikhawatirkan... penyerang Keluarga Yang bukan keturunan Level Puncak, melainkan petarung seperti komando militer Tiongkok.”
“Memilih target sesuai kemampuan, bukan hanya ide pihak Tiongkok. Semua pihak melakukan hal serupa.”
“Di pihak Tiongkok, universitas bela diri, pemerintah, termasuk dua anggota Keluarga Yang, menjadi tujuan pengawasan semua pihak.”
“Untuk memastikan mendapat kuota, Dia memang pernah menyebut pada keduanya: Jika situasi genting, sementara yang lain sulit dihadapi, anggota universitas bela diri akan menjadi sasaran.”
“Tapi siapa sangka, Universitas Bela Diri Kota Iblis mengirim Li Changsheng.”
“Apa maksud ini?”
““Petarung dengan kehidupan yang terus bocor, kau pikir aku takut padamu!””
“Pemimpin Level Delapan Keluarga Yang mendengus dalam hati: Orang arogan!”
“Dia juga pejuang level delapan. Jika benar bertarung, meski bukan lawan Li Changsheng, dengan menahan beberapa saat, orang ini akan menguras nyawanya sendiri. Berani apa sombong?”
“Saat pikiran yang hadir bergejolak, Li Deyong tiba-tiba berseru: “Mereka datang! Kalian semua, sebagai tuan rumah, mari sambut!””
“Begitu kata-kata berakhir, belasan master yang hadir segera menuju gerbang Asosiasi Jalan Pedang.”
“Kali ini, cukup banyak master dari pihak Tiongkok yang memberikan dukungan.”
Li Deyong Kasta Sembilan, Su Hao-ran Kasta Sembilan, Ketua Asosiasi Jalan Pedang level delapan, Rektor Akademi Militer Pertama, Menteri Pendidikan Wang, anggota keluarga Yang level delapan. Jika Pak Li dihitung sebagai level delapan, total ada lima master level delapan.
Dua master Kasta Sembilan, lima master level delapan, ditambah tujuh-delapan master level tujuh. Tiongkok juga memberikan perhatian besar pada kompetisi kali ini.
Jumlah kuota yang direbut berarti seberapa banyak master baru yang bisa ditambahkan dalam waktu singkat.
Bahkan jika separuh menjadi korban, jumlah master pejuang baru akan bertambah sebanyak setengah dari kuota.
Kompetisi perebutan kuota tiga tahunan ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan jumlah master pejuang secara cepat. Tak satu pun negara akan melewatkan peluang ini.
Para master pergi, sementara Fang Ping dan rombongan tetap di tempat.
……
Di luar gedung Asosiasi Jalan Pedang, beberapa bus berhenti perlahan.
Satu per satu penumpang turun dari bus.
Ada yang berkulit putih, ada juga yang berkulit hitam.
Begitu turun, mereka saling bertatapan. Tak lama kemudian terdengar teriakan: "Roces, berani-beraninya kau menyebut diri Tak Terkalahkan di level enam! Selama ini tak ada kesempatan, hari ini aku ingin melihat kemampuanmu!"
Orang yang berbicara ini kulitnya tidak terlalu gelap, malah mirip ras Asia.
Memegang tongkat keramat dan mengenakan mahkota biru, energi vitalnya menyembur dengan angkuh.
Roces yang ditantang adalah pria berkulit putih berambut pirang bermata biru, membawa pedang lebar raksasa di punggungnya yang lebih mirip daun pintu.
Petarung pemegang tongkat keramat ini berasal dari Dunia Menara, menggunakan bahasa Mandarin dalam komunikasinya.
"Di Tiongkok, semua komunikasi eksternal menggunakan bahasa Mandarin. Bagi petarung, mempelajari bahasa tidak terlalu sulit, lebih mudah dibanding bahasa liang bumi."
Mendengar provokasi Pejuang Tongkat Keramat, Luo Saisi berkata tenang, "Kamon, kita pasti akan bertarung, tapi bukan sekarang. Jangan lupa urusan resmi."
"Tentu, percayalah! Aku akan menyisakan satu kesempatan untukmu!"
Kamon, pria pemegang tongkat keramat, dengan keyakinan penuh berseru, "Pejuang Jalan Pedang Tiongkok generasi ini tidak ada yang layak kuhormati. Kehebatan leluhur tidak menjamin kehebatan generasi sekarang. Kali ini Tiongkok tak akan dapat 10 kuota!"
Ucapannya dikumandangkan keras-keras meski beberapa master Tiongkok sudah mendekat.
Tapi Kamon tak peduli. Di setiap Turnamen Pemuda, Tiongkok selalu jadi sasaran utama.
Alasannya jelas - populasi Tiongkok terbesar. Agar kuota mereka berkurang, lima pihak lain selalu menyerang lebih dulu untuk uji kemampuan dan pangkas jumlah kuota Tiongkok.
Selama ini, Tiongkok selalu dapat sekitar 10 kuota tiap angkatan.
Sekalipun separuh selamat, berarti Tiongkok akan tambah 5 master dalam waktu singkat... Tapi dari 5 ini, justru sedikit yang dari Kota Zhenxing.
Bertahun-tahun Kota Zhenxing merebut banyak kuota, tapi yang bertahan lebih sedikit dibanding pemerintah dan komando militer.
Inilah alasan Jiang Chao mati-matian minta Fang Ping melindunginya. Orang Kota Zhenxing yang ke Zona Terlarang korbanannya sangat besar - di sana tak ada yang segan membunuhmu meski leluhurmu hebat.
"Pertama target Tiongkok, lalu saling berkelahi memperebutkan kuota, ini konsensus."
"Dan di angkatan ini, petarung Tiongkok yang ikut kompetisi, kekuatannya sepertinya lebih rendah dari angkatan sebelumnya."
"Yang mencapai penyatuan energi vital dan darah hanya 1 orang, puncak Tingkat Enam 8 orang, jumlah ini tidak bisa dibilang sedikit."
"Tapi di bawahnya, ternyata masih ada beberapa petarung tingkat enam pertengahan, ini benar-benar terlalu banyak, dan memberi peluang bagi berbagai pihak."
"Percakapan Karmen dan Roses belum selesai, seseorang lagi dengan bahasa Mandarin kaku tertawa: 'Asosiasi Jalan Pedang Dunia... harus mengeluarkan daftar peringkat global Tingkat Enam! Di daftar dewa, petarung Tiongkok paling banyak, tapi semuanya veteran, mungkin perlu daftar pemuda, baru adil!'"
"'Benar, harus ada daftar pemuda, baru bisa membuktikan generasi baru petarung, institusi mana yang pelatihannya paling efektif! Senior kuat bukan berarti generasi baru juga kuat!'"
“……”
"Para bule ini, saling sahut-menyahut dengan makna tersirat: petarung senior Tiongkok memang kuat, tapi generasi baru payah, hanya mengandalkan warisan lama."
"Pejuang senior yang mendampingi mereka pun tak ada yang menyela, semua tersenyum."
"Petarung, terutama petarung muda, harus seperti ini!"
"Jika karena seniornya kuat lalu takut bersaing, tak berjuang, bagaimana bisa melampaui!"
"Musuh asing tetaplah musuh, tapi tak ada kekuasaan yang tak ingin diri mereka lebih kuat."
"Banyaknya Pejuang Kasta Sembilan Tiongkok berarti wewenang pengambilan keputusan lebih besar."
"Tapi sekarang Kasta Sembilan tak muncul, generasi tua juga kehilangan semangat persaingan seiring usia."
"Namun generasi muda harus seperti matahari pagi, penuh percaya diri."
"Tiongkok yang memiliki Pejuang Jalan Pedang terbanyak, menjadi batu loncatan bagi kekuatan-kekuatan besar. Generasi muda menginjak-injak petarung muda Tiongkok untuk naik jabatan, baru bisa memiliki kepercayaan diri tinggi, acuh pada tekanan, dan melesat drastis!"
Tak jauh dari sana, para master Tiongkok juga tak mempermasalahkan.
Sekadar meneriakkan slogan, tak mungkin melarang mereka berteriak.
Setiap kali, orang-orang ini selalu melakukan hal serupa. Setelah bertahun-tahun, semua sudah terbiasa.
Hanya berharap saat akhirnya pergi, masih bisa menjaga kepercayaan diri seperti itu, baru disebut keras kepala.
"Kalian semua sudah tiba, mari mulai persiapan kompetisi."
Para pejuang juga tak punya niat membuang waktu. Situasi sekarang sedang kacau, bisa menyempatkan diri mengadakan kompetisi ini saja sudah sulit.
Masing-masing keluarga mengirim 3-4 master, yang paling sedikit 1-2 orang.
Hampir semuanya memiliki Kasta Sembilan yang mengawasi!
Kasta Sembilan juga tak begitu bebas. Jika bukan karena takut bibit-bibit muda ini diserang, tak mungkin ada waktu untuk jalan-jalan ke Tiongkok.
