Malam berlalu tanpa kejadian.
Keesokan harinya, 12 September.
Pagi-pagi sekali, kamar Fang Ping sudah didatangi tamu.
Beberapa wanita muda berpakaian rapi masuk hendak memandikan Fang Ping. Dengan tegas dia menolak, Golden Body-nya bergetar menghilangkan semua kotoran.
"Sudah berapa lama aku tidak mandi?"
Saat keluar kamar, Fang Ping tiba-tiba terpikir hal ini.
Terakhir kali mengejek Liu Polu 10 tahun tidak mandi... Dirinya sendiri sudah 1-2 bulan?
"Bukan manusia biasa!"
Fang Ping dalam hati menghela nafas. Petarung yang mencapai realm tinggi benar-benar bisa disebut bukan manusia biasa.
Mandi... Buang-buang waktu saja.
Tubuh digetarkan sedikit, semua najis langsung hilang.
Para wanita yang hendak melayani tamu lainnya juga ditolak oleh Lao Wang dkk. Tapi orang-orang Zhenxing sudah terbiasa, tidak menolak.
"Fang Ping juga tidak menghiraukan mereka. Setiap orang punya kebiasaan masing-masing. Jiang Hao dan Su Ziyu bahkan masih harus cuci muka... Ternyata bangsawan tinggi memang urusan loe apa semua."
"Kita yang cuma bakpao ini, sudah lama tidak gosok gigi atau cuci muka."
……
Sejenak kemudian, yang hadir berkumpul di lobi penerimaan tamu kemarin.
Jiang Chao, petarung puncak Tingkat Enam ini, kedua matanya hitam legam seperti jelaga. Bengkaknya belum juga mengempis sampai sekarang. Entah bagaimana cara Qin Fengqing memukulnya.
Qin Fengqing sendiri tidak ada lingkaran hitam. Tapi saat Fang Ping menyapu pandangannya, orang ini terus memegangi celananya, entah sedang apa.
Para hadirin malas mempedulikan mereka. Su Ziyu membuka mulut: "Tuan Fang, apa kita mulai bergerak sekarang?"
"Baik, maaf merepotkan."
Fang Ping mengangguk sambil penasaran: "Kota Zhenxing ada di sekitar sini? Kemarin malam kemampuan spiritual saya sempat memindai area ini. Dalam radius beberapa li, sepertinya tidak ada tanda-tanda segel apa pun."
Fang Ping tak sungkan mengatakannya. Nyatanya mereka semua memang sudah memindai area itu tadi malam.
Mustahil kalau tidak penasaran dengan Kota Zhenxing.
Sorot bangga terpancar dari mata Su Ziyu: "Persis di sekitar sini. Kalian semua akan langsung paham setelah sampai."
Usai bicara, mereka berjalan keluar bersama.
Di pintu, beberapa petarung berdiri dengan sikap penuh hormat, menyaksikan kepergian rombongan.
……
Kota Zhenxing terletak di belakang Kota Xingyuan. Area belakang kota itu berupa hutan pegunungan, setidaknya secara kasat mata.
Petarung tingkat tinggi biasa yang melayang melewatinya mungkin tidak akan memperhatikan.
Di depan hutan pegunungan, terdapat bagian dari Pegunungan Taihang. Jaraknya tidak jauh dari pegunungan.
Namun ketika benar-benar mendekati hutan, yang hadir mulai menyadari keanehan.
Wang Jinyang yang biasanya tenang tiba-tiba berhenti melangkah, sorot matanya menunjukkan keanehan. Setelah lama baru berkata: "Palsu!"
Yao Chengjun sebenarnya sudah lebih dulu menemukan, dengan suara berat berkata: "Halusinasi... Tidak, ini interferensi kemampuan spiritual. Orang biasa mustahil mencapai tempat ini."
Fang Ping mengamati beberapa saat, lalu perlahan berkata: "Skala yang luar biasa! Kemampuan spiritualku tidak bisa mencapai ujungnya, bahkan lebih besar dari Universitas Bela Diri Kota Iblis!"
Seberapa besar Universitas Bela Diri Kota Iblis?
3 juta mu (2000 hektar), 20 kilometer persegi.
Dengan luas seperti itu, kampus yang menampung 10.000 lebih mahasiswa masih terasa sangat lapang.
Meski jangkauan kemampuan spiritual Fang Ping terbatas, radius pemindaiannya cukup luas. Namun kali ini tidak bisa mencapai dasar.
Di samping, Jiang Chao tertawa berkata: "Kota Zhenxing memang tidak kecil. Awalnya tidak terlalu besar, tapi para leluhur terus memperluas dengan menyelimuti pegunungan kecil di Taihang.
Jadi lingkungan Kota Zhenxing sekarang cukup bagus, tidak monoton seperti dulu. Sekarang ada gunung dan air.
Luasnya... Sekitar 20.000 meter panjang dan lebarnya."
Pupil Fang Ping dan yang lain langsung menyempit!
Kedengarannya biasa saja, tapi panjang dan lebar 20.000 meter berarti 400 kilometer persegi!
Jangan bandingkan dengan kota besar yang luasnya ribuan kilometer persegi - itu sudah termasuk wilayah suburban dan distrik administrasi.
Wilayah yang benar-benar termasuk dalam pusat kota, bahkan metropolis besar seperti Shanghai, jika dihitung dari area dalam jalur lingkar luar, hanya lebih dari 600 kilometer persegi.
Mendengar ini, Fang Ping membuka mulut, "Para Tuan, bolehkah aku mencoba teknik levitasi untuk melihat sekeliling?"
Su Ziyu tersenyum, "Silakan, Tuan Fang boleh bertindak sesuai keinginan."
Tanpa banyak bicara, Fang Ping segera melesat ke langit dan berputar mengelilingi area.
Beberapa saat kemudian, Fang Ping mendarat dengan ekspresi kagum, "Kekuatan Level Puncak akhirnya bisa kurasakan juga. Sebuah wilayah seluas kota besar tertutup benteng spiritual, tapi sama sekali tidak terasa keanehan yang berarti. Senior di Kota Zhenxing benar-benar luar biasa!"
Su Ziyu tertawa, sementara Jiang Hao berkata tenang, "13 leluhur menghabiskan bertahun-tahun untuk ini, wajar saja. Yang benar-benar hebat justru Tanah Pertempuran Raja. Sebuah wilayah tercipta dari satu pertempuran saja - itu bukan soal waktu. Pertempuran di Tanah Pertempuran Raja dulu lebih dahsyat dari benteng yang dibangun 13 Level Puncak selama bertahun-tahun, artinya... kekuatan gabungan para petarung saat itu jauh melampaui 13 Level Puncak."
Su Ziyu tidak setuju, "Tapi belum tentu. Para leluhur hanya mengerjakannya di waktu senggang. Dalam pertempuran, semua pihak mengerahkan seluruh tenaga - pengorbanan kedua belah pihak berbeda."
Jiang Hao tidak membantah, mengakui kemungkinan itu.
Setelah beberapa saat berdiskusi, sebuah token Kota Zhenxing muncul di tangan Jiang Hao!
Tertera karakter '' di permukaannya.
Melihat token ini, ekspresi Fang Ping tiba-tiba berubah.
Bukan hanya dia, Lao Wang dan yang lain juga menunjukkan reaksi serupa.
Mereka baru teringat sesuatu!
Dulu, setelah Yang Daohong dan mereka gugur, mereka pernah menemukan token seperti ini.
Kemudian... kemudian sepertinya mengembalikan Senjata Dewa Kasta Sembilan, token ini menurut Fang Ping tidak terlalu penting, dia bahkan tidak terlalu memperhatikan, sepertinya terbuang di sudut ruang penyimpanan.
Saat ini, Jiang Hao mengeluarkan token, energi vital membanjiri token tersebut, dalam sekejap token berubah menjadi warna giok merah.
Saat token berubah warna, tiba-tiba muncul pintu kristal di depan semua orang.
Hutan pegunungan yang asli, sekarang bergelombang lembut seperti air.
Jiang Chao menjelaskan pada Fang Ping yang penasaran: "Ini adalah pass Kota Zhenxing, semua suka melakukan hal seperti ini, Domain Kuno juga sama. Benteng spiritual hanya mengenali token dan aura darah keturunan 13 institusi. Untuk masuk ke kota, pertama harus punya token, kedua harus ada koordinasi aura darah keturunan 13 institusi..."
Ekspresi Su Ziyu benar-benar gelap!
Saudara Jiang ini sebenarnya di pihak mana?
Semua omongan dibocorin keluar!
Jiang Chao mengabaikannya, dia sangat tidak suka pada Su Ziyu. Dulu dia pernah tertarik pada Su Zisu, orang ini terus membicarakan keburukannya di depan Su Zisu.
Hanya karena tidak bisa mengalahkannya, kalo nggak Jiang Chao sudah memukulinya sampai mati.
Dia bicara sesukanya, Su Ziyu juga tidak bisa mengintervensi.
Jiang Chao terus melanjutkan: "Token semua dibuat sendiri oleh leluhur, orang luar tidak bisa menirunya. Barang ini sebenarnya cuma dimiliki petarung tingkat tinggi."
Kita yang belum mencapai tingkat tinggi bahkan tidak bisa keluar.
"Kita ingin keluar, ingin berlatih, semua itu tidak bisa disembunyikan dari petarung tingkat tinggi, karena harus memberi tahu mereka untuk membuka pintu."
"Hanya ada satu gerbang ini?" Fang Ping bertanya sambil lalu.
"Bukan, total ada 4 gerbang, tersebar di berbagai pihak. Area lainnya adalah benteng alam terkristalisasi kemampuan spiritual murni yang ditempatkan oleh 13 leluhur Level Puncak dengan kerja sama, tak ada yang bisa menghancurkannya."
Saat berbicara, gerbang seperti gelombang air semakin jelas terlihat.
Di depan, Jiang Hao menggema: "Bisa masuk sekarang!"
Yang hadir segera maju, Fang Ping melalui gerbang transparan telah melihat kondisi dalam kota, namun seperti kristal, masih terasa kurang nyata.
……
Kota Zhenxing.
Penduduk Kota Zhenxing tidak banyak, wilayahnya luas, tata kota sangat indah.
Tanah yang diaspal batu hijau, jejak zaman masih jelas terpelihara.
Meski terletak di wilayah utara, Kota Zhenxing memiliki keanggunan kota kuno selatan.
Jembatan kecil dengan aliran air, rumah kuno dengan halaman luas.
Sebuah sungai jernih membagi kota kuno menjadi dua, mengalir menuju gunung di kedalaman.
Di tepi sungai, tumbuh beberapa pohon osmanthus.
Kebetulan musim berbunga, aroma osmanthus memenuhi kota.
Di ujung jalan besar batu hijau, saat ini berkumpul banyak orang.
Ada tua-muda, yang kuat maupun lemah.
Di kerumunan, beberapa pemuda berkumpul di barisan belakang.
Seseorang melirik beberapa orang tua yang berdiri tegak di depan, berbisik: "Kakek Su dan yang lain akan menjemput tamu, siapa yang begitu penting? Apakah Raja Militer akan datang?"
"Bukan, katanya Fang Ping dan kawanannya, pernah dengar?"
“Fang Ping？”
Ada yang tampak bingung, banyak orang di Kota Zhenxing yang seumur hidup tak pernah keluar kota karena belum mencapai level enam.
Mendengar nama ini, awalnya mereka bingung, lalu tersadar tiba-tiba dan berteriak, "Maksudmu si pembunuh Yang Feng?"
"Ya, dia!"
"Kenapa Kakek Su mengizinkannya... mengizinkannya datang ke Kota Zhenxing?"
"Entah, mungkin ada urusan penting."
"Bagaimana dengan keluarga Yang..."
"Aku juga tak tahu. Tadi tidakkah kau lihat? Yang Jingjing sejak pagi sudah mengunjungi keluarga-keluarga, sepertinya ingin meminta dukungan untuk membela keluarga Yang."
"Oh begitu, tadinya kukira Jingjing menangis karena merindukan Leluhur Yang dkk."
Si pembicara yang masih muda ini wajahnya memerah berkata, "Dua tahun terakhir Jingjing terus menangis! Pertama Leluhur Yang celaka, lalu Kakek Yang, Paman Kedua... kemudian Kakek Yang He, Yang Feng juga tewas."
"Kakak Yang Qing pun lama tak kembali, katanya... mungkin juga sudah celaka."
"Sudah begini parahnya, masih juga mengundang Fang Ping ke sini!"
"Keterlaluan!"
"Apa yang dipikirkan Kakek Su mereka?"
"Bukankah ini menyiksa Jingjing?"
Matanya berbinar tiba-tiba, "Jangan-jangan diundang ke sini untuk dibunuh sebagai tumbal keluarga Yang?"
Seorang di sampingnya berbisik lesu, "Jangan asal ngomong. Kabarnya Raja Militer sedang membinanya, Kakek Su pasti takkan membunuhnya."
"Sungguh keterlaluan!"
Banyak pemuda terlihat wajah geram!
Tiba-tiba, seseorang berbisik: "Yang Jingjing datang!"
Di generasi Yang Qing, garis darah keturunan langsung Keluarga Yang tidak banyak. Yang Feng dan Yang Mu sebenarnya bukan keturunan resmi. Garis darah keturunan langsung Keluarga Yang di generasi ini hanya Yang Qing dan Yang Jingjing.
Kini, seluruh petarung tingkat tinggi Keluarga Yang telah gugur.
Yang terkuat justru menjadi Yang Mu.
Namun sepertinya Yang Mu tidak berminat menggantikan posisi kepala keluarga. Sejak kompetisi pemuda berakhir, dia terus bertapa dan enggan muncul.
Di situasi ini, Yang Jingjing yang berada di puncak tingkat lima justru mengambil alih kepemimpinan keluarga.
Ini juga menjadi kasus khusus satu-satunya di antara 13 institusi dimana petarung tingkat menengah mengambil alih posisi kepala keluarga.
Di ujung lain Jalan Batu Hijau, sekelompok pemuda berjalan mendekat. Di depan, seorang wanita muda dengan rambut hitam pekat terurai di bahu, matanya yang besar terlihat sedikit bengkak.
Tidak seperti yang lain yang mengenakan pakaian biasa, dia justru memakai jubah putih salju.
Beberapa veteran yang masih menunggu pembukaan gerbang di depan kerumunan menoleh sebentar, alis mereka berkerut.
Di samping Yang Jingjing, Su Zisu berbisik: "Jingjing, kumohon pulanglah."
Mata Yang Jingjing merah membara, dia menggigit bibir: "Aku bukan lawannya! Aku juga tidak akan membalas dendam! Aku hanya ingin tahu, di mana kakakku?"
"Kakak Yang Qing masuk ke Tanah Pertempuran Raja..."
"Tapi waktu lalu dia juga pergi! Setelah dia pergi, kakakku tak pernah kembali!"
Yang Jingjing matanya semakin merah, tersedu-sedih: "Leluhur sudah mati, kakek mati, Paman Kedua dan mereka semua mati! Kakek Kedua, Kakak Feng... semuanya tewas!
Sekarang kakakku juga hilang... Susu, Keluarga Yang sudah bubar!
Aku hanya ingin bertanya padanya, mengapa memperlakukan Keluarga Yang sekejam ini?
Apakah kakakku masih hidup atau sudah mati?
Raja Militer memang kuat, tapi tak perlu menunjukkan wibawa dengan mengorbankan Keluarga Yang kami..."
"Jingjing, sebenarnya bukan begitu, ini..."
"Susu, aku tahu yang ingin kau katakan." Yang Jingjing memotong: "Kalian semua bilang Kakak sepupu ingin membunuhnya, Kakek Kedua ingin membunuhnya... Semua ini sudah berlalu, Keluarga Yang tak punya kemampuan balas dendam. Aku hanya mau bertanya, apakah kakakku benar-benar tewas!"
Su Zisu wajahnya dipenuhi kebingungan, tapi tak bisa berkata lebih.
Tiba-tiba, seseorang berbisik: "Gerbang Selatan terbuka!"
Seketika, yang hadir segera menoleh ke ujung Jalan Batu Hijau.
Jiang Hao melangkah masuk, namun yang muncul berikutnya bukan Su Ziyu, melainkan seorang pemuda asing.
Pemuda itu mengenakan setelan hitam ketat, sepatu bot kulit hitam panjang, dengan potongan rambut pendek yang tegas.
Saat ini, senyuman lebar menghiasi pipinya.
Begitu masuk, ia segera memberi penghormatan singkat: "Master Su, Master Jiang... Murid mana berani merepotkan para master menunggu di sini, sungguh tersanjung."
"Fang Ping... Ah, harusnya Rektor Fang! Baru beberapa hari tak jumpa, Rektor Fang sudah membabat level delapan dan masuk peringkat ketiga daftar level tujuh. Sungguh mengagumkan."
“Dibandingkan kalian, semakin terasa kami benar-benar sudah tua.”
“Ada juga Rektor Wang, Rektor Yao dan beberapa lainnya, yang muda berprestasi, penuh wibawa...”
“……”
Kedua pihak berdiri di pintu, mulai basa-basi.
Sekarang, para pemuda di belakang baru tahu, inilah Fang Ping.
“Dia Fang Ping?”
“Sepertinya iya! Mengeksekusi level delapan... Dia... berapa usianya?”
“Sepertinya 20 tahun.”
“Tidak mungkin!”
“Bukannya sebelumnya masih level enam?”
“Itu catatan usangmu, dengar-dengar Kakek Su dll pernah menghadiri Pesta Master-nya, sudah masuk level tujuh.”
“……”
Yang hadir berbisik-bisik, di belakang lagi, Yang Jingjing hendak maju, Su Zisu buru-buru menariknya dengan wajah campur aduk, berbisik: “Jingjing, bagaimana kalau aku yang tanyakan... Kamu... lebih baik pulang dulu.”
“Tidak, aku harus bertanya langsung!”
Ekspresi Yang Jingjing penuh tekad, dia ingin bertanya sendiri.
……
Ujung Jalan Batu Hijau.
Sambil basa-basi dengan Su Haoran dkk, Fang Ping juga menyapu pandangan ke dalam kota.
Tempat yang bagus, kicau burung dan harum bunga, jembatan kecil dengan aliran air, paviliun lengkap.
Inilah surga dunia, tak ada gangguan orang luar, tak ada keriuhan pasar.
Tapi tempat seperti ini, tinggal sebentar masih bisa, kalau lama, Fang Ping mungkin tidak tahan.
Saat Fang Ping mengamati sekeliling, dia juga melihat wanita muda berbaju putih di kerumunan.
Fang Ping masih basa-basi dengan Su Haoran dkk, wanita berbaju putih melompat ke depan dengan mata berkaca-kaca, bertanya keras: “Kau Fang Ping?”
“Jingjing!”
Su Hao-ran mengerutkan alis tipis, Jiang Yuanhua tetap diam-diam, sementara Wei Yong menghela napas ringan: "Jingjing, kedatangan Fang Ping dan kawanannya hari ini adalah atas undangan kita..."
"Kakek Wei, Jingjing mengerti, Jingjing tak akan membuat masalah untuk semua. Aku hanya punya beberapa hal ingin kutanyakan pada Fang Ping!"
Fang Ping tersenyum tipis mendengar itu: "Silakan bertanya, Nona Yang. Apa yang kuketahui, pasti akan kujawab."
"Anda membunuh sepupu Feng?"
"Benar."
"Gurumu membunuh Kakek kedua?"
Alis Fang Ping berkerut tipis. Saat ini, semakin banyak orang berkumpul di sini, banyak yang menunjukkan ekspresi geram.
Mereka tidak akrab dengan Fang Ping, sementara Keluarga Yang telah tinggal di sini selama ratusan tahun.
Mendengar pengakuan Fang Ping bahwa dia membunuh Yang Feng, dan gurunya membunuh Yang He, bagaimana mungkin mereka tidak marah?
Fang Ping melirik wanita muda yang mirip dengan adik perempuannya ini - jenis wajah bulat yang sama, tapi kali ini sama sekali tidak terlihat menggemaskan.
"Ingin memprovokasi kemarahan publik?"
Fang Ping bergumam dalam hati, wajahnya kembali tenang: "Pembunuh pantas mati! Ini sudah menjadi konsensus umum. Masih ada apa lagi yang ingin Nona Yang tanyakan?"
Yang Jingjing membentak: "Kalau kakakku Yang Qing? Sejak kepergiannya terakhir, dia tak pernah kembali! Fang Ping, apakah Anda membunuhnya?"
"Jingjing!"
Seseorang membentak!
Terakhir kali Fang Ping pergi ke Tanah Pertempuran Raja, dia kembali dengan cepat.
"Tapi... Yang Qing juga menghilang pada periode itu, belum tentu tidak mungkin."
Fang Ping berkata datar: "Tidak ada!"
Setelah berkata, Fang Ping melihatnya masih ingin berbicara lagi, mengangkat tangan: "Aku Fang Ping yang membunuh, tentu tidak akan menyangkal! Jika bukan aku yang membunuh, maka bukan. Mengingat usiamu yang masih muda, Nona Yang sudah bertanya tiga pertanyaan padaku dan sudah kujawab. Sekarang, untuk pertanyaan tambahan apapun, tidak perlu kujawab."
"Anda!"
"Sombong!"
"Orang ini masih begitu arogan meski sudah sampai di Kota Zhenxing..."
Yang hadir di belakang segera berbisik-bisik. Fang Ping melirik Su Hao-ran dan yang lain, tersenyum tipis: "Master Su, yang tahu mengira kita datang sebagai tamu, yang tidak tahu... mengira kita datang untuk mengakui kesalahan.
Aku Fang Ping tak bersalah, juga tak perlu memohon ampun pada siapapun!
Aku datang ke Kota Zhenxing karena diundang..."
"Fang Ping..."
Fang Ping tersenyum memotong: "Master tak perlu khawatir, aku masih muda dan emosional, kadang bicara langsung. Pejuang Level Puncak yang melindungi umat manusia, sudah sering kukatakan, aku mengagumi dan menghormati mereka. Tapi ini bukan alasan bagi yang lain untuk tidak menghormati kami!"
Suaranya mengguntur: "Aku Fang Ping yang menghancurkan dua kerajaan! Mengeksekusi puluhan cultivator tingkat tinggi liang bumi! Sebagai jendral komando militer! Musuh yang kubunuh lebih banyak dari yang pernah kalian lihat!
Level Puncak boleh menganggapku angin lalu, tapi kalian tidak berhak meragukan Fang Ping!
Aku Fang Ping juga punya keluarga, punya adik perempuan. Jika adikku berani meragukan atau menghina seorang master, aku pasti tidak akan memaafkan!
Kota Zhenxing terus menerus mengecewakanku, generasi muda... sungguh konyol!"
“Sombong！”
Ucapan itu belum selesai, bayangan tinju telah menerobos udara.
Su Hao-ran wajahnya pucat pasi, menggelegar: "Bangsat!"
Baru hendak turun tangan, Fang Ping melesat ke langit, tinju keemasan menghempas.
Di kehampaan, bayangan tinju mengguncang langit, para pemuda-pemudi di sekeliling serentak merasa seperti tercekik.
Bruk!
Dentuman keras menggema, di kejauhan seorang petarung muda terlempar ratusan meter, darah menyembur di udara.
Fang Ping mendarat, melirik ke kejauhan, mendengus ringan tanpa bicara lagi.
Pemuda-pemuda lain pun serentak bungkam.
Penyerang tadi berlevel tujuh tahap tinggi, reputasinya di Kota Zhenxing tak kalah dari Jiang Hao.
Tapi dengan satu pukulan tinju, Fang Ping membuatnya terluka parah. Kini terlempar hingga menghilang, entah terluka cukup parah atau merasa terlalu malu untuk muncul kembali.
Di samping, Su Hao-ran mendesah: "Maaf, kami kurang mendidik. Meng Yue bukan tipe pencari masalah... Barusan mungkin hanya gatal ingin uji kemampuan. Mohon dimaklumi, Rektor Fang."
Fang Ping tersenyum: "Bisa dimengerti. Sebagai petarung level tujuh yang peringkat ketiga, banyak yang tak puas. Meng Yue bisa bertahan dari 30% kekuatanku, cukup hebat untuk generasi muda."
“……”
Senyum Fang Ping tenang, tapi kata-katanya penuh kesombongan.
Para master pun terdiam seribu bahasa.
Fang Ping mengabaikan mereka. Para tua-tua ini... belum tentu sesantun penampilan luarnya.
Sudah kukatakan datang sebagai tamu, masih juga mengujiku. Ada maksud apa?
Apakah reaksi petarung level sembilan bisa sepelan ini?
Secara logika, saat Meng Yue yang bahkan bayangannya tak terlihat itu turun tangan, Su Hao-ran dan yang lain seharusnya langsung bereaksi.
Di sini ada 3 petarung level sembilan, masa tidak bisa menghentikan satu pukulan tinju dari petarung level tujuh?
Konyol!
Tapi mereka memang tidak menghalangi!
Karena mereka bersikap seperti itu, Fang Ping pun tak segan lagi. Dengan senyuman ia melanjutkan, "Untuk tarung latihan selevel, aku selalu siap menemani. Mau tahap tinggi atau puncak, semuanya bisa. Jika kalian semua tertarik, bisa atur beberapa sesi. Tapi sejak hari pertama aku belajar jalan pedang, guruku mengajariku: petarung yang naik ke panggung pertarungan harus menentukan pemenang sekaligus hidup mati!"
Pupil Su Hao-ran dan beberapa orang lain menyempit.
Fang Ping tersenyum lagi, "Bahkan untuk tarung level sembilan sekalipun, meski aku tidak mampu, Universitas Bela Diri Kota Iblis punya dua master Kasta Sembilan yang bisa mengadakan pertandingan persahabatan. Kalau untuk level puncak... lebih baik kalian cari Menteri Zhang, kami di sini tidak sanggup menanggung."
Wei Yong tertawa ringan, "Rektor Fang terlalu serius."
Su Hao-ran menyahut, "Kota Zhenxing tidak bermaksud demikian."
Di samping, Jiang Yuanhua memancarkan senyuman, "Sudah, pertunjukan konyol ini harus diakhiri. Ayo kita ke lobi utama untuk berdiskusi."
Sambil berkata demikian, ia berbalik tubuh dan menggelegar, "Cukup! Bubarkan kerumunan! Jika benar-benar ingin cari mati, atur saja beberapa pertarungan latihan. Lao Fu bisa bantu mengatur, konsekuensi hidup mati tanggung sendiri!"
Begitu kata-katanya bergema, sebagian marah, sebagian lain kecewa, tapi tak ada yang berani bersuara lagi.
Pada momen ini, Fang Ping tidak sengaja menatap Jiang Yuanhua dan beberapa orang lainnya.
Di samping, Jiang Hao berkata dengan malas: "Jangan dilihat, memang sengaja, untuk menghemat masalah. Petarung memang seperti burung, pantas dipukuli! Mereka semua mengira diri nomor satu. Kalau kau pukuli sekali, mereka akan jinak. Menghadang tidak sebaik mengalirkan. Hanya tidak memberi tahu sebelumnya, tapi kami yakin kau pasti bisa mengalahkan mereka."
Fang Ping juga tersenyum: "Kalau begitu, aku sengaja dijadikan contoh hukuman untuk monyet?"
"Salah. Menghukum ayam untuk menakut-nakuti ayam. Monyet tua mereka sudah Kasta Sembilan, sanggupkah kau menakut-nakuti?"
Di sebelah, Wei Yong dan Su Haoran meliriknya.
Jiang Yuanhua langsung mengayunkan tangan, menampar Jiang Hao hingga menghilang, lalu tertawa: "Sudah kebiasaan tidak sopan. Tapi kata Jiang Hao benar. Para junior ini terlalu lama di Kota Zhenxing. Daripada terus ditekan, lebih baik biarkan mereka merasakan kerugian."
"Tadi pukulan lebih keras pun tidak masalah. Karena kau sudah datang ke Kota Zhenxing, di sini, siapa pun yang menantangmu - selama tidak sampai membunuh, semua tanggung jawab Lao Fu yang menanggung!"
"Level delapan-sembilan yang berani menyerangmu... Tenang, tidak perlu Universitas Bela Diri atau Raja Militer turun tangan. Kota Zhenxing tidak punya budaya seperti itu."
"Mengejek junior, selain si tua Yang He, tidak ada yang akan melakukannya."
"Jangan mengira Yang He mewakili Kota Zhenxing. Dia bukan Kota Zhenxing."
"Bahkan kalau leluhur Keluarga Yang masih hidup, kata-kataku tetap sama."
Setelah bicara, Jiang Yuanhua menatap Yang Jingjing yang tidak jauh, berkata tenang: "Pulanglah! Beristirahatlah dengan baik, Kota Zhenxing tidak akan meninggalkan keluarga mana pun, tapi juga tidak akan membiarkan kalian bertindak semaunya! Kamu masih muda, berlatihlah dengan tekun. Jika suatu hari nanti kamu merasa bisa membalas dendam pada Fang Ping..."
Jiang Yuanhua menatap Fang Ping, berkata: "Fang Ping, demi leluhur kami yang telah membelamu beberapa kali, jika hari itu benar-benar datang, biar aku yang mengatur. Kalian berdua bertarung secara adil, setuju?"
Fang Ping tertawa ringan: "Jika Begitu kata Pak Jiang, aku tentu tidak keberatan."
Jiang Yuanhua mengangguk sambil tersenyum, kembali menatap Yang Jingjing: "Kau dengar! Kalau mau balas dendam, petarung tak perlu konspirasi licik. Asal kau lebih kuat dari Fang Ping, maka kau punya kesempatan!"
"Jika tak sekuat dia, berlatihlah dengan tekun di Kota Zhenxing!"
"Yang Jingjing, kau sudah jadi kepala keluarga Yang. Aku tak lagi menganggapmu sebagai anak kecil!"
"Pulang! Jika berani menghasut keributan lagi, jangan salahkan Kota Zhenxing yang tak menghargai hubungan asal-usul sama selama 300 tahun!"
Di kerumunan, mata Yang Jingjing memerah. Ia memandang sekeliling, tak berkata apa-apa, lalu berbalik pergi.
Begitu dia pergi, Jiang Yuanhua berkata pada Fang Ping: "Percayalah, jika dia benar-benar berhasil dalam latihan, itu tak akan menjalar ke siapa pun di keluarga Fang. Kota Zhenxing pun tak akan mengizinkannya!"
Di samping, Li Hantong bergumam kesal: "Berarti hanya dia yang boleh cari Fang Ping untuk balas dendam?"
Fang Ping menekan tangannya, tersenyum: "Ini bukan untuk menjaga harga dirinya, tapi muka Senior Raja Perang. Senior Raja Perang telah melindungiku berkali-kali, tak ada yang bisa kubalas. Untuk seorang wanita lemah yang ingin balas dendam, silakan datang! Utang budi pada Senior Raja Perang harus dikembalikan."
Mendengar ini, Jiang Yuanhua menghela napas ringan.
Entah ini termasuk kerugian atau tidak.
Hanya dengan beberapa kalimat, Fang Ping telah melunasi satu utang budi Raja Perang.
Raja Perang telah melindungi Fang Ping tiga kali: di Nanjiang sekali, di Tanah Pertempuran Raja sekali, dan di liang bumi Shanghai sekali.
Utang jasa baik memang sulit dilunasi.
Fang Ping sangat senang menggunakan cara seperti ini untuk membalas budi, sangat baik.
Berbeda dengan Lao Zhang yang licik. Meski Fang Ping sudah memberikan banyak keuntungan padanya, utang budi yang menumpuk masih belum terimbangi.
Saat ini, utang budi Fang Ping tak memberi manfaat bagi para Level Puncak.
Tapi siapa yang tahu tentang masa depan?
Jiang Yuanhua memaksa Fang Ping pasif menerima balas dendam orang lain - tindakan ini tidak bermoral. Tapi dengan menggunakan nama Raja Perang, satu utang budi pun terlunasi.
Fang Ping cukup puas. Tentang perasaan Jiang Yuanhua, itu bukan urusannya.
……
Di belakang, Jiang Chao melirik kakeknya. Apa kakek tidak waras?
Orang-orang seperti Fang Ping jelas punya masa depan cerah.
Apakah perlu mengorbankan utang budi leluhur demi Keluarga Yang?
Leluhur sudah beberapa kali muncul. Kalau bukan untuk menjual jasa baik, bahkan Jiang Gendut sendiri tak percaya.
“Pertama kali di Nanjiang tidak dibahas, kedua di Tanah Pertempuran Raja juga tidak dijelaskan, ketiga kalinya Zhang Tao bahkan tidak mengundang, Leluhur langsung pergi ke liang bumi Shanghai. Pesannya sudah jelas!”
“Sang tua kepalanya masuk air!”
Jiang Chao menggerutu dalam hati, tapi tak berani mengatakannya. Kalo nggak, sang tua bisa memukulinya sampai kepalanya masuk air.
