4 Oktober, Qin Fengqing mencapai level tujuh, menyebut diri "Dewa Hijau".
Ini menjadikannya pejuang ke-5 di universitas bela diri di bawah 30 tahun yang mencapai gelar master tahun ini.
Tapi hebohnya tak seberapa.
Setelah Fang Ping dan Li Hantong cs, kejadian bibit unggul muda mencapai breakthrough berturut-turut sudah tak segempar dulu.
Apalagi timing-nya kurang tepat.
Tanggal 10, Fang Ping siaran langsung breakthrough level delapan - dunia baru setelah level tujuh. Jarak begitu singkat, Fang Ping lebih muda beberapa tahun dari Qin Fengqing, jadi sorotannya tak tinggi.
……
Beberapa hari berikutnya, Fang Ping bertapa untuk stabilisasi tingkat pemahaman.
Mengenai Tanaman Siluman Kasta Sembilan, Fang Ping juga menyerahkannya kepada Wu Kuishan dan kawan-kawan untuk membantu membuatkan Senjata Dewa. Saat senjata itu selesai ditempa, Fang Ping tinggal menyelesaikan langkah terakhir.
……
Pada saat yang sama.
Liang bumi.
Sebuah kota raksasa yang menyerupai istana kristal berdiri megah di wilayah luas ini, sangat mencolok mata.
Di pusat kota kristal tersebut, bangunan istana yang membentang puluhan li juga memancarkan kemilau mempesona.
Di area tengah istana, berdiri patung raksasa yang memandang jauh ke depan dengan kedua tangan di belakang punggung, seolah sedang mengerutkan kening.
Inilah lokasi Kerajaan Tumbuhan Surgami - Kota Tumbuhan Surgawi!
Zona Terlarang yang sangat luas dipimpin oleh Empat Kerajaan Besar dengan kota-kota tak terhitung.
Namun ibu kota tiga kerajaan lainnya tak secantik Kota Tumbuhan Surgawi.
Selain menyerupai istana kristal, tembok kota yang membentang ini dipenuhi sulur-sulur tumbuhan hijau, memberikan pesona tambahan pada kota kristal.
Musim dingin telah tiba di Zona Terlarang, serpihan salju berhamburan di langit.
Berbeda dengan salju di Bumi, kristal es ini disertai energi tak terhitung yang seolah hanya turun di ibu kota kerajaan.
Gerbang istana kerajaan.
Ji Yao mengulurkan tangannya menyambut serpihan salju yang segera melebur menjadi energi dalam tubuhnya. "Skala yang luar biasa!" bisiknya lembut.
Di sampingnya, seorang Pejuang berzirah emas berkata lembut: "Yang Mulia, ini bukan gangguan salju, melainkan Energi kehidupan yang setiap tahun dihadiahkan Dewa Kayu Penjaga Kerajaan Tumbuhan Surgawi kepada penghuni istana kerajaan."
Ji Yao mengangguk halus, menatap langit sejenak sebelum berkata: "Di antara bangsa monster, pejuang tanaman siluman memiliki lebih banyak metode dibanding pejuang monster liang bumi. Makhluk suci penjaga Kerajaan Takdir kami tidak memiliki kesaktian seperti Dewa Kayu."
Usai kata-kata itu, tawa kaku terdengar di telinga Ji Yao.
"Gadis kecil memuji berlebihan. Meski tanaman siluman punya banyak kesaktian, batasannya juga banyak. Orang tua seperti aku justru iri pada Xuanlong. Apakah Xuanlong masih baik-baik saja?"
Ji Yao memberi penghormatan singkat: "Tuan Xuanlong dalam keadaan baik. Beberapa hari lalu bahkan mengunjungi Kerajaan Penjaga..."
"Kerajaan... Sudah lama tidak kembali."
Suara tua penuh renungan bergumam: "Zaman berlalu, hampir lupa diri ini siapa..."
"Tuan..."
"Masuklah!"
Suara itu menghilang. Ji Yao menatap istana megah dengan gerbang utama terbuka lebar. Di kedua sisi, para Pejuang berzirah emas berteriak: "Yang Mulia Ji Yao dari Kerajaan Takdir Surgawi menghadap!"
Gema suara bergulung-gulung di dalam istana raksasa, sambung-menyambung tak putus.
Tanpa banyak bicara, Ji Yao berjalan menyusuri pejuang berzirah emas menuju aula utama.
Tak lama, sebuah bangunan suci megah muncul di hadapannya.
Begitu masuk, Ji Yao berseru lantang: "Ji Yao dari Kerajaan Takdir Surgawi bersujud menghadap Sang Raja!"
Di tengah aula utama, seorang pria paruh baya berwajah pucat mengenakan jubah panjang putih salju tanpa mahkota, rambut terurai di bahu, tersenyum lembut berkata: "Sudah bertahun-tahun tak bertemu, Ji Yao juga sudah dewasa... Silakan duduk."
Ji Yao membungkuk mengucapkan terima kasih, lalu bersama pejuang berzirah emas di sampingnya berjalan ke sisi kiri atas dan duduk.
Di kedua sisi aula utama, sejumlah pejuang duduk berjejer menghadiri pertemuan.
Setelah Ji Yao duduk, pria paruh baya berwajah pucat itu berkata lembut: "Dulu ketika Raja Kegelapan hendak mencapai realm Raja Sejati, hanya Kerajaan Tumbuhan Surgawi yang melakukan antisipasi. Kini, hanya seorang komandan yang mencapai realm Venerable, tapi malah membuat utusan Kerajaan Takdir Surgawi datang ke Wangting..."
Sambil tersenyum tipis, pria paruh baya itu melanjutkan: "Sayangnya, kondisi tubuhku yang sedang sekarat ini. Kalo nggak, pasti ingin melihat seperti apa bintang berbakat yang bisa menarik perhatian begitu banyak Raja Sejati."
Saat berbicara, sorot mata yang mulai meredup di wajahnya tiba-tiba memancarkan kilatan semangat samar.
Di bawah, beberapa pejuang merasakan sensasi aneh yang tak terungkapkan.
Dulu, saat Raja Kegelapan hendak melakukan terobosan, Sang Raja secara pribadi memimpin para pejuang top ke Gunung Penjagal untuk menyingkirkannya guna memotong mata rantai penularan.
Tak disangka, Raja Kegelapan justru melakukan terobosan saat dikeroyok, menghancurkan jalan kekuatan inti Sang Raja dalam sekejap. Andaikan tidak diselamatkan para Raja Sejati, Sang Raja pasti sudah menemui ajal dalam pertempuran itu.
Banyak orang tergugah oleh perasaan pilu dalam hati. Sang Raja juga merupakan legenda sejati. Jika bukan karena Raja Kegelapan yang menghancurkan jalan intinya saat sedang dalam proses peningkatan level, mungkin hari ini Sang Raja sudah berhasil naik ke realm Raja Sejati, dan tidak perlu terpaku menjaga istana sambil menanti datangnya maut.
Jika bukan karena perintah dari Kuil Raja Sejati, dan jasa Sang Raja terhadap Wangting, mungkin setelah kembali kala itu, bahkan posisi sebagai Raja pun tidak bisa dipertahankan.
Di atas singgasana, pria paruh baya itu cepat kembali tenang. Dengan senyum tipis ia berkata: "Kabarnya Saudara Ji Hong akan memasuki realm Raja Sejati. Aku mungkin tidak sempat memberikan ucapan selamat. Setelah Yao kembali, sampaikanlah salam selamatku."
"Yao pasti akan menyampaikannya!"
Ji Yao kembali memberikan penghormatan singkat. Matanya melirik sekilas ke arah pria paruh baya itu, melihat wajahnya yang pucat pasi. Meski sebelumnya mereka berada di pihak yang berseberangan, saat ini hatinya dipenuhi kepedihan.
Dia pernah mendengar ayahnya menyebutkan tentang Raja ini. Di masa lalu, ia juga merupakan manusia luar biasa.
Di puncak kejayaannya, bahkan ayahnya sendiri pun sedikit kalah.
Tidak hanya memiliki kekuatan individu yang luar biasa, selama memimpin Kerajaan Tumbuhan Surgawi, ia terus melakukan tekanan. Membuka banyak penghubung ke Tanah Kebangkitan, seratus tahun lalu mulai mempersempit ruang hidup para petarung kebangkitan. Bahkan sempat memulai perang antar Raja Sejati, hampir menghancurkan garis pertahanan petarung kebangkitan di Gunung Penjagal.
Setelah pertempuran itu, barulah muncul Era Seni Bela Diri Baru di Tanah Kebangkitan.
Pria inilah tokoh utama yang mengakhiri Era Zhenxing di Tanah Kebangkitan.
Sayang, lebih dari sepuluh tahun lalu terluka parah, gagal menghalangi Raja Kegelapan menjadi Raja, sehingga gagal di detik terakhir. Kala itu, seandainya berhasil menjadi Raja Sejati, mungkin sudah menguasai Kuil Raja Sejati Kerajaan Tumbuhan Surgawi sebelum penghubung selesai terbuka.
Selama belasan tahun, melalui aliansi strategis, para Raja Sejati di Kuil Raja Sejati mungkin sudah terbujuk olehnya, tidak lagi membiarkan Raja Sejati Kebangkitan mengunci Gunung Penjagal.
Sayang!
Saat Ji Yao sedang merenung, pria paruh baya itu tersenyum: "Fang Ping yang diduga reinkarnasi Dewa Iblis, pantas dibunuh! Dulu Raja Militer dan Raja Kegelapan berturut-turut mencapai tingkat Raja, sudah di luar dugaan. Belum lama ini Raja Bulan mencapai terobosan, ancamannya semakin besar.
Seorang Pejuang Raja Sejati yang mungkin menguasai tiga jalan harapan, kini bahkan Tak Terkalahkan di Benua Dewa.
Tapi sekarang di Kuil Raja Sejati, banyak Raja Sejati sedang mengembara di Benua Dewa, beberapa bahkan bertapa tidak keluar, tahun-tahun tak terlihat jejaknya.
Dalam situasi terburu-buru, Kerajaan mungkin sulit mengendalikan Raja Sejati Kebangkitan dengan maksimal..."
Ji Yao mendengarkan ucapannya, lalu membalas: "Kerajaan Takdir Surgawi awalnya tak ingin ikut campur urusan Tanah Kebangkitan, tapi Fang Ping harus disingkirkan!
Fang Ping sangat memusuhi penduduk Benua Dewa, punya potensi mengancam...
Kali ini, kesempatan langka. Kerajaan memiliki lima Raja Sejati Tuan yang bersedia turun tangan ke Gunung Penjagal untuk mengendalikan Raja Sejati Kebangkitan."
"Lima orang..."
Pria paruh baya itu bergumam, tersenyum tipis: "Apakah Raja Perintah akan turun tangan?"
Ji Yao buru-buru menjelaskan: "Leluhur Raja sudah bertahun-tahun tidak keluar dari Kuil Raja Sejati."
“Raja Perintah tak akan turun tangan...Raja Penahan mungkin juga tak akan bertindak. Untuk mengendalikan 14 Raja Sejati Tiongkok lainnya agar mereka tak bisa mempedulikan urusan lain, minimal diperlukan 20 Raja Sejati yang turun gunung sebagai pengalih perhatian...”
Ji Yao menunjukkan keraguan, "Butuh sebanyak itu?"
Pria paruh baya itu tersenyum dingin, "Kita juga harus mengantisipasi campur tangan Raja Sejati Kebangkitan dari zona lain."
Ji Yao mengangguk sedikit setelah mendengarnya. Pria itu melanjutkan, "Kerajaan Takdir Surgawi sudah memiliki lima Raja Sejati yang bersedia turun tangan. Jumlah itu seharusnya cukup."
Ji Yao merenung sejenak lalu bertanya, "Paduka, tentang Tanah Kebangkitan... Apakah sekte sesat itu benar-benar bisa menyingkirkan Fang Ping?"
"Aku pernah mempelajari karakter Fang Ping. Dia sangat licik dengan segudang trik."
"Begitu lolos dari bahaya ini dan dibiarkan berkembang, dia mungkin akan menjadi ancaman besar bagi Benua Dewa..."
Pria itu tersenyum, "Seharusnya bisa."
Ji Yao mengerutkan alisnya, "Dengan segala hormat, untuk membunuh Fang Ping, kita harus menggunakan keunggulan mutlak dan kekuatan yang benar-benar menghancurkannya, membuatnya tak bisa melarikan diri... Lagipula Fang Ping punya banyak cara, dia bisa menyembunyikan aura, mengubah karakteristik energinya, dan mudah lolos dari pengejaran."
"Aku juga pernah mendengar kabar itu."
Pria paruh baya itu menjawab dengan yakin, "Ji Yao, tak perlu khawatir. Kali ini Fang Ping takkan bisa lolos."
Melihat keyakinan dalam ucapan pria itu, Ji Yao memilih tak melanjutkan diskusi.
Setelah berbincang sebentar, Ji Yao segera meninggalkan aula utama.
Begitu perempuan itu pergi, seorang Pejuang Berzirah bangkit dari kursi bawah dan memberi hormat, "Paduka, mengapa Paduka tak... menyebutkan tentang Yang Mulia Miesheng?"
Pertanyaan ini membuat sorot mata banyak orang di ruangan itu tiba-tiba berubah aneh.
Pria paruh baya berkata dengan tenang: "Ji Yao adalah keturunan Raja Perintah, putri Ji Hong, memiliki sifat sombong dan angkuh. Semakin dipaksa, semakin sulit urusannya. Jika Feng Miesheng sungguh berminat, lebih baik ia berusaha sendiri. Jika aku yang mengusulkan, justru akan membuat Ji Yao semakin memusuhi."
Suara pria paruh baya baru saja berhenti, dari bawah aula utama terdengar suara tenang: "Feng Miesheng sebelumnya dikalahkan Fang Ping, tekad jalan pedangnya goyah. Selama Fang Ping belum mati, kegelapan hati Feng Miesheng takkan sirna. Masa depannya masih belum jelas. Sebelum Fang Ping mati, usulan ini sia-sia belaka. Tuan Raja Perintah dan Penguasa Kerajaan Takdir Surgawi takkan menyetujui."
"Benar, Fang Ping telah menjadi kegelapan hati Feng Miesheng. Beberapa waktu lalu, Feng Jiucheng ditipu mati oleh Fang Ping, semakin memperparah kegelapan hatinya. Timing-nya belum tepat."
“……”
Yang hadir serentak bersuara. Jenderal Dewa yang sebelumnya mengusulkan hal ini mengerutkan alis, berkata dengan berat: "Asalkan kita berhasil menyingkirkan Fang Ping kali ini, kegelapan hati akan sirna dengan sendirinya. Yang Mulia Miesheng juga akan naik level..."
Pria paruh baya menekan tangannya perlahan, tersenyum: "Bicarakan lagi setelah Fang Ping mati. Urusan ini tidak mendesak. Kesediaan Kerajaan Takdir Surgawi untuk bekerja sama kali ini sudah merupakan kejutan tak terduga. Jangan membuat masalah baru yang bisa memengaruhi kepentingan yang lebih besar."
"Bawahan mengerti."
"Semua boleh mundur."
Pria paruh baya mulai terlihat kelelahan. Hati semua yang hadir kembali menghela napas, lalu segera berpamitan.
Setelah semua pergi, aula utama hanya menyisakan pria paruh baya dan seorang pemuda.
Pemuda itu sorot matanya tajam, kini naik ke singgasana dari bawah, bertanya dengan penuh perhatian: "Ayahanda, lebih baik Yang Mulia beristirahat..."
Pria paruh baya melambaikan tangan dengan lembut, menepuk-nepuk kursi pelan. Di empat penjuru aula utama, tirai transparan berangsur terangkat.
Pemuda itu menyipitkan mata fokus. Pria paruh baya itu bernapas berat sambil berujar, "Ingat, tujuanmu ke wilayah selatan ketujuh adalah mengawasi pertempuran... Dengarkan baik-baik! Di saat krusial, carilah cara membiarkan Li Changsheng dan Wu Kuishan pergi, kembali membantu Fang Ping..."
"Ayahanda!"
Wajah pemuda itu dipenuhi keheranan. Pria paruh baya itu mengerutkan kening sambil berseru pendek, "Dengarkan aku!"
"Fang Ping tak boleh mati! Abaikan omongan kebangkitan Dewa Iblis. Keberadaan Fang Ping-lah fondasi kerjasama dua Wangting. Kali ini Kerajaan Takdir bahkan rela mengerahkan lima Raja Sejati - hal yang mustahil di masa lalu."
Wangting telah bertempur bertahun-tahun dengan Tanah Kebangkitan, menanggung korban parah. Sedangkan Kerajaan Takdir tetap utuh, ini bertentangan dengan keuntungan Wangting."
"Ada yang demi kepentingan pribadi nekat membunuh Fang Ping, bahkan rela mengorbankan pejuang domain luar... Ini luka terbesar bagi Wangting!"
"Selain itu, Raja Feng mati-matian ingin membunuh Fang Ping demi membuka jalan bagi Feng Miesheng - menghilangkan kegelapan hatinya dan menjadikannya penguasa Wangting berikutnya, melahirkan Pejuang Raja Sejati kedua di keluarga Feng!"
"Kali ini mereka bahkan memakai persiapan cadangan kita di Tanah Kebangkitan, benar-benar sialan!"
"Hidup atau matinya Fang Ping sama saja bagi kita."
"Jika aku tewas, kau yang sendirian akan jadi target pembunuhan keluarga Feng untuk menyingkirkan saingan!"
"Selagi aku masih bisa bertahan, munculnya bintang petarung seperti ini di Tanah Kebangkitan adalah kesempatanmu..."
Semakin kuat dia, semakin menarik perhatian yang hadir, Anda semakin aman. Bersembunyi beberapa saat sampai Pertempuran besar meletus, takkan ada yang mengawasimu lagi.
Jadi bagi yang lain, Fang Ping harus mati.
Bagi kita ayah dan anak, Fang Ping tak boleh mati. Jika dia mati, kita ayah-anak pun takkan bertahan lama..."
Pria paruh baya bernapas lebih berat, menghela napas: "Sudah ingat?"
"Ayahanda, aku sudah ingat!"
"Ya, pergilah... Sambil Ji Yao masih di Wangting, jalin kontak. Dibanding sampah Feng Miesheng, kau jauh lebih unggul. Atas dasar apa Feng Miesheng layak menikahi keturunan Raja Perintah?
Aku belum mati, keluarga Feng sudah tak sabar. Sungguh sialan!
Dalam pertempuran dulu... Raja Feng sebagai Pejuang Raja Sejati di belakangku, malah membiarkanku dihancurkan energi inti oleh Raja Kegelapan, beralasan dihalangi sehingga tak bisa menyelamatkan...
Sejak itu, Raja Feng mengincar posisi Raja. Awalnya ingin Feng Jiucheng menggantikan, tapi konyolnya Feng Jiucheng sudah menemukan jalur energinya sendiri, kehilangan kesempatan.
Lalu ingin memasukkan Feng Qing ke Wangting, tapi Feng Qing malah tewas di tangan Fang Ping, lebih konyol lagi!
Sekarang sampah Feng Miesheng ini juga ingin masuk, tapi diri sendiri tak kompeten. Tak bisa menyingkirkan Fang Ping, menyebut nama Fang Ping sampai menunjukkan gejala kegilaan... Atas dasar apa dia layak jadi Raja?"
Pria paruh baya menyeringai dingin: "Kali ini, rencana menyingkirkan Fang Ping dipimpin oleh Raja Feng dan beberapa lainnya. Begitu rencana gagal, Kerajaan Takdir Surgawi mungkin akan meremehkan Raja Feng tiga bagian, sementara Raja-Raja Sejati lain yang terlibat juga akan kecewa padanya."
"Dengan kegagalan beruntun, apa hak Raja Feng untuk mendukung keturunannya sendiri menjadi Raja?"
"Selain itu, selama pengawasan pertempuran nanti, tunjukkan performa yang tidak kompeten. Awalnya aku tak ingin kau pergi sendiri, tapi sejak aku pulang terluka, Wangting sudah tak punya orang tepercaya lagi..."
Pemuda itu berpikir sejenak lalu bertanya: "Ayahanda, meski membiarkan orang-orang Universitas Iblis kembali, apakah Fang Ping bisa selamat? Hamba mendengar..."
Pria paruh baya mengangkat tangan memberi isyarat, berkata lembut: "Ayahanda punya pengaturan. Oh ya... Saat mengawasi pertempuran di Wilayah Selatan Ketujuh nanti, usahakan ajak Feng Miesheng bersama. Jangan pergi sendirian! Feng Miesheng yang ambisius itu mudah dibujuk - dia lebih banyak merusak daripada membantu, akan lebih mudah menciptakan kekacauan!"
"Hamba mengerti."
"Pergilah."
"Hamba pamit!"
“……”
Setelah pemuda pergi, pria paruh baya itu kembali menepuk-nepuk singgasana. Tembok transparan pun menghilang.
Tapi pria itu tak buru-buru pergi. Ia menunggu beberapa saat sampai muncul bayangan manusia.
Meski bayangan itu ilusi, pria itu tak mempermasalahkan: "Kali ini picu perang antar Raja Sejati! Bukan sekadar gentar, tapi ledakan perangan sungguhan! Carilah cara agar beberapa Raja Sejati Kerajaan Takdir terluka parah bahkan runtuh!"
Bayangan ilusi itu diam. Wajah samarnya bergetar.
Pria paruh baya bersuara berat: "Kerajaan Takdir Surgawi telah bersiap dengan persiapan matang bertahun-tahun, ingin memetik keuntungan dari konflik orang lain! Tidak semudah itu! Hanya dengan kematian beberapa Raja Sejati, baru akan terjadi pertumpahan darah dengan Tanah Kebangkitan yang tak berkesudahan!"
"Sebaiknya kita provokasi mereka untuk bertarung habis-habisan melawan Raja Sejati Tanah Kebangkitan. Di wilayah itu, Raja Perang memiliki sifat paling garang. Serahkan wilayah Raja Perang ke Kerajaan Takdir Surgawi."
"Raja Perang juga punya kemampuan untuk menyingkirkan Raja Sejati!"
"Begitu melihat kesempatan, dia takkan melepaskannya."
"Selain itu, upayakan melukai parah Raja Perang. Lebih baik lagi jika bisa membunuhnya!"
"Fang Ping yang tak berarti ini bukan target utama Wangting. Sekalipun dia reinkarnasi Dewa Iblis, butuh berapa lama untuk memulihkan kekuatan kehidupan sebelumnya?"
"Saat pertempuran besar pecah, mampukah dia mencapai tingkat Raja Sejati?"
"Membunuh satu Raja Sejati Kebangkitan bernilai puluhan juta kali lebih penting daripada membunuh Fang Ping!"
"Menguras energi sebanyak ini hanya untuk membunuh Fang Ping... Konyol! Jika dulu punya tekad seperti ini, pasti sudah menghancurkan Tanah Kebangkitan."
"Kali ini, harus membuat semua orang menyadari ancaman yang dibawa Tanah Kebangkitan!"
"Di tengah pertempuran besar, tanpa korban jiwa... Bagaimana mungkin semua paham bahwa Tanah Kebangkitan lebih mengerikan dari bayangan?"
Bayangan samar berkata lembut: "Tantangannya cukup besar, tapi akan kami upayakan. Berapa lama lagi kau bisa bertahan?"
"Selama pertempuran besar belum pecah, aku takkan mati!"
"Saat pertempuran... Saat pertempuran pecah, jika Benih Kebangkitan ditemukan, mungkin bisa menyelamatkanmu."
"Semoga saja."
Bayangan samar terdiam sejenak, lalu melanjutkan: "Jika benar-benar tak mungkin, carilah cara masuk ke Tanah Kebangkitan. Tinggalkan sumber kehidupan di sana, siapa tahu bisa hidup kembali di kehidupan berikutnya..."
Pria paruh baya itu berkata dengan suara berat: "Aku tidak boleh pergi! Jika pergi, semua upaya sebelumnya akan sia-sia!"
"Aduh!"
Bayangan ilusi itu menghela napas, setelah lama diam berkata lagi: "Berapa banyak Raja Sejati yang masih mendukungmu sekarang?"
"Tak banyak... Tapi tidak masalah. Jika aku bertahan hidup, memulihkan kekuatan dan menjadi Raja Sejati, semuanya akan kembali ke jalurnya. Jika aku mati, dukungan sebanyak apapun akan percuma."
Bayangan ilusi itu tak lagi berbicara. Beberapa saat kemudian, menghilang dari tempat itu.
……
9 Oktober.
Universitas Bela Diri Kota Iblis.
Di atas Menara Kristal.
Fang Ping memandang Fang Yuan di bawahnya tanpa sepatah kata, sorot matanya dalam.
Di sampingnya, Chen Yunxi dengan wajah khawatir berbisik: "Fang Ping, biarkan Yuan Yuan beristirahat."
Di bawah, Fang Yuan hampir runtuh. Tanah di sekitarnya basah oleh genangan keringatnya.
Fang Ping diam. Perlahan turun dari udara dan mendarat di depan Fang Yuan.
Bibir Fang Yuan pecah-pecah, matanya berkunang-kunang seolah tak melihat kehadiran Fang Ping.
Fang Ping mencubit lembut pipinya: "Kurus kau, gadis bodoh!"
Fang Yuan tetap diam, tak jelas apakah mendengar.
"Bukan hanya tekad yang membuat seseorang layak jadi Pejuang. Di zaman baru seni bela diri, banyak Pejuang bertekad baja. Siapa yang tak punya tekad?"
"Aku tak keberatan kalau kau ingin belajar bela diri, juga tak akan menghalangimu."
"Tapi kau nekat ingin menjadi Pejuang..."
"Apa arti Pejuang?"
"Tanggung jawab! Kewajiban! Penjaga! Pengorbanan! Kompensasi!"
"Apakah kau sanggup memikul beban seberat ini?"
"Apakah kau layak untuk menanggung tanggung jawab sebesar ini?"
“Kamu ingin membantuku, apa yang bisa kamu lakukan untukku?”
“Dalam prosesmu menjadi kuat, yang kamu berikan padaku hanya tekanan dan kekhawatiran. Kamu tidak bisa membantuku sama sekali. Menjadi pejuang bukan sekadar omongan.”
“Sumber daya sebanyak apapun, syarat sebaik apapun, bakat alam sehebat apapun—kalau kamu tidak bertarung, tidak berperang, bagaimana mungkin bisa menjadi pejuang?”
“Menjadi kuat berarti menghadapi bahaya...”
“Aku... aku... tidak takut!”
Suara Fang Yuan serak, berkata dengan lesu.
Fang Ping tersenyum, kembali mencubit pipinya yang mulai mengurus. “Kamu tidak takut karena masih seperti anak sapi yang tak kenal harimau. Tapi aku takut. Seandainya dulu tidak mengizinkanmu belajar bela diri, sekarang sudah terlambat untuk menyesal.”
“Anak dalam fase pemberontakan benar-benar mengerikan. Nasihat apapun tidak didengar.”
“Sudahlah, terserah kamu. Kalau keluar, jangan bilang kamu adikku Fang Ping. Meski sulit disembunyikan, tapi perempuan semakin besar semakin cantik. Beberapa waktu lagi mungkin orang-orang tidak mengenalimu lagi.”
“Jangan keluar Shanghai atau turun ke liang bumi dalam waktu dekat. Tunggu dulu.”
“Kakak... Kamu... kamu setuju?”
“Ya.”
“Bruk!”
Fang Yuan langsung melemparkan batu energi, tubuhnya limbung namun wajahnya bersinar gembira...
Saat dia bersukacita, Fang Ping menghela napas: “Sayang, sembilan hari—tidak bisa bertahan sampai 10 hari...”
“Fang... Ping!”
Pada momen ini, Fang Yuan melepaskan potensi luar biasa yang sebelumnya hampir membuatnya pingsan. Tiba-tiba tubuhnya menjadi lincah, melompat ke tubuh Fang Ping seperti koala, lalu menggigit bahu Fang Ping!
Dia benar-benar darah tinggi!
"Krek..."
"Huu... huu..."
Seketika, Fang Yuan tiba-tiba menangis terisak-isak, sakitnya!
Giginya copot!
Plak... Gigi seri benar-benar copot.
Fang Ping menghela nafas: "Ngapain ngerjain diri sendiri sampai segitunya? Sampai gigi seri aja kau putuskan. Gadis ini, hatinya kejam sekali. Untung kakakmu lebih kejam lagi..."
"Huu... huu..."
Fang Yuan menangis terisak-isak!
Memperlakukan orang seenaknya!
Benar-benar keterlaluan!
Bertarung tak bisa menang, mengumpat pun kalah... Gimana caranya hidup begini!
Di samping, Chen Yunxi yang baru mendarat melihat gigi Fang Yuan copot, memandang Fang Ping dengan wajah tak berdaya: Kau keterlaluan ya?
Terhadap adik sendiri malah mengaktifkan pola dasar rebound. Dia petarung level dua, cuma digetarkan sedikit saja kepalanya bisa meledak.
Fang Ping mengangkat bahu: Aku benar-benar tidak sengaja.
Aku sampai lupa, aku sudah level delapan!
Golden Body kan otomatis punya sistem pertahanan. Untung sempat menarik energinya, kalau tidak si Bundar bisa mati digetarkan.
“Mendengar Fang Yuan menangis terisak-isak, Fang Ping menyeringai pahit. Seberkas materi abadi meresap ke dalam kepalanya. Sejenak kemudian, Fang Ping tertawa: 'Sudahlah, ngapain nangis? Gigi putihmu yang copot satu, kubuatkan gigi emas besar. Jadi lebih cantik!'”
“Hmm hmm... Aku tidak mau gigi emas, aku mau gigiku sendiri...”
“Bodoh atau tidak! Gigi emas jauh lebih kuat. Bagaimana kalau ganti gigi lainnya juga...”
“Aku tidak mau!”
“Kalau begitu, lupakan.”
“Hmm... Aku tidak peduli! Aku sudah bertahan sembilan hari. Katamu aku boleh tetap di Universitas Bela Diri Kota Iblis dan melanjutkan misi... Harus janji ditepati!”
Fang Ping menepuk-nepuk kepalanya sambil menghela napas: “Janji. Masih nangis juga? Pejuang level tinggi mana yang suka nangis? Terserah. Kalau mau teruskan misi, ganti nama saja. Jangan pakai marga Fang, terlalu berbahaya. Nanti panggil Yuan Fang saja...”
“Aku tidak mau! Aku tetap pakai marga Fang!”
“……”
Setelah mengobrol beberapa saat dengan adik perempuannya, Fang Yuan yang kelelahan pun tertidur dalam pelukannya sambil masih terisak-isak.
“Anak besar sudah tak bisa diatur!”
Fang Ping kembali menghela napas, lalu menoleh ke Chen Yunxi: “Gadis kecil ini tolong dijaga baik-baik...”
Ekspresi Chen Yunxi berubah: “Kamu... Apakah ada sesuatu...”
Fang Ping mengibaskan tangan. Setelah lama, ia mengerutkan alis: “Beberapa hal sengaja tidak kubicarakan karena pengetahuanmu belum cukup. Besok jauhi area pulau lepas pantai...”
“Mengapa?”
"Tak ada alasan, jangan pergi... Lupakan, khawatir kau diam-diam menyelinap ke sana. Sangat berbahaya, besok akan ada pertempuran besar di sana! Tolong jaga Fang Yuan baik-baik, gadis ini mungkin berniat menyusup untuk menonton."
"Apa benar bahaya?"
Fang Ping berpikir sejenak: "Mungkin. Menurut perhitungan saat ini, seharusnya tidak ada bahaya. Tapi beberapa hal... sulit diprediksi!"
Fang Ping tidak menjelaskan lebih lanjut, hanya merasa besok mungkin tidak akan berjalan mulus.
Beberapa hal, beberapa kabar, datang terlalu mudah, terlalu lancar.
Sang Paus yang memimpin sekte sesat selama puluhan tahun, benar-benar tidak tahu pemerintah negara-negara atau situs suci telah menyusupkan personel ke sekte?
Hanya orang bodoh yang berpikir begitu!
Bahkan Fang Ping sendiri pernah memiliki keraguan seperti ini, apa Sang Paus tidak tahu?
Dia malah memberikan semua intel ke para tetua penyelamat - berapa jumlah penyerang, kekuatan mereka - dijelaskan secara detail kepada semua orang.
"5 orang... Hehe... Besok mungkin bisa datang 7 orang!"
Fang Ping menyeringai dalam hati. Beberapa hal, kita lihat nanti.
Juga Lao Zhang si dasar bangsat itu, bukan orang baik. Kali ini aku selamat kembali, cepat atau lambat akan kuhabisi dia!
"Memberi kabar palsu padaku... Kira aku akan takut setelah tahu! Konyol!"
Sambil mengutuk dalam hati, Fang Ping mengeluarkan belasan buku kristal dari tangannya, kembali menyunggingkan senyum lebar.
"Lao Zhang ah Lao Zhang, kau memang idiot, dua ratus lima puluh, tolol... Jangan sok tua, kemampuanmu cuma segitu."
Usai berkata demikian, Fang Ping menyimpan kembali buku kristalnya.
Chen Yunxi tertegun melihatnya. Ini... mengumpat Menteri Zhang?
