Setengah jam kemudian, Shen Haotian keluar dari level kekuatan inti.
Saat ini, energi Shen Haotian mengalami perubahan, sangat tidak stabil, fisiknya terus-menerus meledak.
Dia bahkan belum mendekati level Dewa, apalagi menjadi Dewa. Jalan kekuatan intinya sebenarnya belum jauh, hanya sedikit lebih panjang dari Fang Ping, kekuatannya benar-benar terbatas.
Saat ini, setelah mengganti Jalan Dewa, adaptasinya tidak akan secepat itu.
Fang Ping meliriknya, melihat kondisinya yang seperti ini, lalu memberikan sedikit materi abadi untuk membantu veteran ini memperbaiki fisiknya.
Dewa Perang dari Surga Para Dewa, setelah pertimbangan matang, akhirnya memilih untuk tidak mengganti Jalam Utamanya.
Dia adalah penguasa level Dewa, di Kerajaan Langit hanya dia dan Dewa Matahari yang mencapai level ini.
Saat itu dia hendak meleburkan Jalannya, namun Dewa Matahari lebih dulu melakukannya. Mirip dengan situasi di Kota Zhenxing dulu, dimana Raja Perang hendak meleburkan Jalan tapi didahului Raja Pedang dari Keluarga Su.
Dewa Perang sebenarnya tidak terlalu jauh dari level Dewa, namun memilih untuk menyerah.
Fang Ping juga tidak memaksa. Untuk generasi Gulat Baru lainnya, Fang Ping tidak meminta mereka mengganti Jalan Utama, lebih baik tidak dilakukan.
Untuk para veteran, bagaimanapun ini adalah Jalan Dewa yang jumlahnya terbatas. Fang Ping harus bijak dalam pembagiannya.
Tidak ada yang protes, benda ini tetap sangat berharga.
Ming Ting harus menjadi tentara bayaran untuk Fang Ping demi gelar Dewa, baru mendapat kesempatan ini. Tanpa kontribusi besar, Fang Ping takkan mudah memberikannya.
Setelah menyelesaikan semuanya, Fang Ping akhirnya memahami situasi aktual di lokasi ini.
Di pihak manusia, jumlah Pejuang Level Puncak semakin menyusut.
Sebelumnya saat Fang Ping mengunjungi Kota Zhenxing, masih ada 35 orang disini termasuk Lao Zhang dan Raja Penahan.
Tapi sekarang... tetap 35 orang!
Termasuk Fang Ping dan Tian Mu yang baru bergabung belakangan. Ini berarti dua Pejuang Level Puncak telah gugur dalam pertempuran akhir-akhir ini.
35 orang!
Ditambah dengan Pak Li dari pasar luar dan Wu Kuishan, jumlah Pejuang Level Puncak manusia justru lebih sedikit dibanding sebelumnya, meski kekuatan tempur keseluruhan meningkat signifikan.
Semakin banyak orang yang gugur di sini, membuat Fang Ping merasa tidak nyaman di hati.
Daerah ini dipenuhi petarung-petarung kuat.
Seperti Fang Ping, kadang orang lain yang berpapasan juga akan mengeksekusi beberapa musuh secara spontan.
Pertukaran serangan ini pada akhirnya menimbulkan korban yang mengerikan di kedua belah pihak.
Setiap faksi mengalami kerugian!
Level Puncak paling banyak terbunuh, sementara level Dewa relatif lebih aman karena tingkat kesulitan membunuh mereka jauh lebih tinggi.
"Aku tidak tahu apakah Su Yunfei dan yang lain sudah naik level atau belum..."
Fang Ping pun tidak memahami situasi. Saat itu ia bergegas pergi, jadi tidak jelas apakah beberapa orang itu berhasil naik level. Lao Zhang mungkin bisa merasakan sebagian, tapi Fang Ping belum mampu.
Bahkan Lao Zhang sekalipun yang sekarang meningkat kekuatannya dengan cepat, belum tentu bisa mendeteksi jika ada individu tertentu yang naik level.
……
Saat Fang Ping sedang memikirkan Su Yunfei dan kawan-kawan...
Liang bumi.
Pertempuran besar pecah!
Area Gunung Penjagal.
Pak Li berdiri tegak di puncak gunung, menggendong pedang panjang tanpa sepatah kata pun.
Tidak jauh darinya, Wu Kuishan menampakkan ekspresi muram, sama-sama terdiam.
Di seberang, Gu Chuan dan beberapa orang lainnya juga berdiri kokoh di puncak gunung mereka.
Kedua pihak menyaksikan pertempuran sengit yang terjadi di bawah.
Dari faksi liang bumi, Hua Qidao memimpin dari depan, kini sedang bertarung sendirian melawan tiga pejuang terkuat: Li Deyong, Jiang Yuanhua, dan Su Hao-ran.
Pertempuran semakin berubah menjadi pertumpahan darah yang mengerikan.
“Fang Ping sebelumnya berencana menyamar sebagai Pejuang dan menantang Hua Qidao, namun pihak Sekte Segel Langit datang terlalu cepat. Fang Ping terpaksa menghadapi Sekte Segel Langit, sehingga urusan Hua Qidao diserahkan ke Lao Wu dan kawan-kawan untuk diselesaikan.”
“Saat ini, Hua Qidao bertarung hingga menunjukkan gejala kegilaan. Aura energinya goyah tidak stabil, seolah akan naik level kapan saja.”
“Li Deyong bertiga seluruh tubuhnya berlumuran darah!”
“Dua orang lainnya tidak tahu situasi, namun Li Deyong yang memahami kondisi hanya bisa memancarkan sorot mata kompleks, bingung harus bagaimana.”
“Kehilangan fokus di tengah Pertempuran besar seperti ini sangat berbahaya.”
“Tepat saat Li Deyong lengah, Hua Qidao menusuk dengan tombak panjangnya. Bruk! Tombak itu menembus kepala Li Deyong. Dengan gerakan mengangkat, tubuh tanpa kepala Li Deyong terlempar dan menghantam Gunung Penjagal hingga tulang emasnya meledak berkeping-keping!”
“Deyong!”
“Terdengar teriakan panik. Di Gunung Penjagal, banyak penonton yang menyaksikan. Beberapa Pejuang dari komando militer langsung berubah ekspresi wajahnya.”
“Tak lama, Bei Gongjian menatap Wu Kuishan sambil bergumam: "Menteri, izinkan kami bertempur!"”
“Wu Kuishan memandangnya, lalu melihat Li Deyong yang sedang memulihkan Golden Body dengan aura yang semakin melemah, alisnya berkerut halus.”
“Sebenarnya, keputusannya mengikutsertakan Li Deyong dalam pertempuran mengandung maksud tersendiri.”
“Li Deyong tahu status Hua Qidao. Di saat krusial, jika menang, dia tidak akan mengambil nyawa Hua Qidao.”
Tapi Bei Gongjian tidak tahu apa-apa, begitu pertempuran ini dimulai, jika Hua Qidao dihancurkan, mungkin pasti akan membunuh!
Manusia melawan petarung liang bumi, tak pernah memberikan belas kasihan!
Tidak ada istilah seperti itu!
Tapi Li Deyong punya keraguan, bahkan dikalahkan oleh Hua Qidao, kini dua petarung Kasta Sembilan tak mampu menahan Hua Qidao, jika begini terus bisa-bisa terbunuh.
Di samping, Fang Yu yang baru pulih dari lukanya menggerutu: "Aku maju! Menteri, brengsek ini nyaris membunuhku waktu itu, bunuh dia!"
Wu Kuishan menatap beberapa pejuang Level Puncak di seberang, pihak lawan juga punya pejuang pengawas.
Sekarang, semua diam-diam sepakat.
Pertempuran ini bertujuan untuk melatih pejuang di bawah komando.
Memberi harapan mencapai Tao bagi beberapa orang!
Belakangan ini pertempuran lapisan bawah antara liang bumi dan manusia berkurang, tapi pertempuran Kasta Sembilan terus beruntun, berharap melalui pertempuran terus-menerus agar orang bisa naik level.
Soal bisa naik level atau malah terbunuh dalam pertempuran, itu tergantung takdir.
Wu Kuishan mengamati pertempuran di bawah, Hua Qidao sangat tenang, menghancurkan Li Deyong, kini sedang mengikis Jiang Yuanhua dan satu lagi, jika begini terus mereka pasti kalah.
Petarung Kasta Sembilan manusia dulu bisa satu lawan dua atau tiga...
Tapi hari ini Hua Qidao malah satu lawan tiga, bahkan mengalahkan pimpinan komando militer sekarang, ini pukulan berat bagi manusia.
Terkait kekuatan Hua Qidao, tapi juga karena keraguan Li Deyong.
Sorot mata Wu Kuishan berubah-ubah, berseru pendek: "Bei Gongjian, turun ke medan perang!"
"Siap!"
Bei Gongjian berseri-seri, dia adalah ketua rombongan Pasukan Wu'an, juga pejuang yang lahir dari pertempuran sengit. Hari ini, melihat tiga pejuang dihancurkan Hua Qidao, dia sangat kecewa!
Melesat ke langit, saat melintasi Li Deyong, mendengus keras menyatakan protes!
Li Deyong hari ini kurang semangat bertempur, membuatnya kecewa. Kini giliran Bei Gongjian yang unjuk gigi!
Li Deyong menghela napas, tak berkata-kata. Tubuhnya berbalik lalu terbang menuju Gunung Penjagal.
Di dalam hati, kekhawatiran menggelayut: Bei Gongjian bukan lawan sembarangan.
Jika pertempuran berlanjut hingga Hua Qidao tewas, apa akibatnya?
Kedatangan Bei Gongjian berbeda dengan Li Deyong. Jendral Pasukan Wu'an ini ahli tombak panjang, pemimpin sejati pasukan tersebut. Di era kepemimpinan Zhang Tao, dialah pejuang terkuat Kementerian Pendidikan selain Zhang Tao sendiri.
Zhang Tao kerap membimbingnya. Kini, jurus maut langsung dilancarkan!
Tombak panjang bagai naga yang lincah, berubah menjadi cambuk misterius. Ujung tombak menerobos udara, dalam sekejap menancap di tenggorokan Hua Qidao yang terbelenggu!
Pu!
Darah terciprat. Bei Gongjian menyeringai: "Satu lawan tiga... Hua Qidao, kau belum cukup level!"
Tiga jenderal Kerajaan Tumbuhan Surgawi dulu sangat perkasa. Qi Huanyu dari Kerajaan Takdir Surgawi juga dikenal sakti mandraguna. Hua Qidao masih kalah kelas dibanding mereka. Mana mungkin berani menghadapi tiga pejuang top manusia sekaligus!
Tiga orang ini semuanya adalah Kasta Sembilan berpengalaman. Jiang Yuanhua dan Su Hao-ran yang telah seumur hidup berperang, ditambah Bei Gongjian, seketika membalikkan situasi.
Situasi Hua Qidao semakin memburuk!
Tiga Pejuang bekerja sama dengan kesepahaman sempurna. Tanpa sepatah kata, mereka berhasil membatasi pergerakan Hua Qidao di setiap sisi sementara lukanya terus terkumpul.
……
Di seberang.
Di puncak gunung.
Gu Chuan mengerutkan kening. Awalnya dia cukup senang melihat Hua Qidao menghancurkan Li Deyong. Tapi begitu Bei Gongjian turun ke medan perang, Hua Qidao menjadi terkekang dan tertekan dengan susah payah.
Jika ini berlanjut, kemungkinan besar dia akan tersingkirkan!
Di sampingnya, Raja Huai berkedip-kedip matanya sambil tersenyum: "Sepertinya Hua Qidao agak segan. Saat mengalahkan Li Deyong tadi tidak banyak hambatan, tapi menghadapi Bei Gongjian yang kekuatannya tidak lebih unggul dari Li Deyong..."
Gu Chuan meliriknya tapi tak membuka mulut.
Raja Huai melanjutkan: "Bei Gongjian mewarisi beberapa teknik tempur Raja Militer... Menurutku, apakah Hua Qidao takut pada reputasi Raja Militer sehingga gentar sebelum bertarung?"
Gu Chuan mendengus: "Mana mungkin Qi Dao seperti itu? Teknik tempur Bei Gongjian yang licik mirip Raja Militer, Qi Dao hanya butuh waktu untuk beradaptasi."
Setelah berkata, dia menambahkan: "Hari ini setelah Qi Dao mengalahkan dan menyingkirkan ketiganya, pasti akan mencapai tingkat Raja Sejati!"
Dari Tiga Jenderal Dewa era sebelumnya, Jenderal Dewa Kiri telah gugur.
Kini, Li Zhu telah menunjukkan kekuatannya, sementara Gu Chuan sendiri juga telah menjadi Raja Sejati.
"Sekarang, Hua Qidao memiliki harapan untuk mencapai realm Raja Sejati, mewarisi wasiat ayahnya. Gu Chuan masih menaruh harapan besar."
Raja Huai tersenyum, tak melanjutkan pembicaraan.
Namun matinya kembali melirik ke arah Hua Qidao, lalu beralih ke Bei Gongjian.
Keduanya sama-sama menggunakan tombak. Saat ini, dia secara samar merasakan kemiripan dalam aliran tombak kedua orang ini.
Bukan teknik tempurnya yang mirip, tapi gaya bertarungnya agak serupa.
Setelah mengamati beberapa saat, Raja Huai tetap tak berkata apa-apa.
Urusan ini tak ada hubungannya dengannya, apalagi ini hanya dugaan semata.
Tapi di dalam hati muncul pemikiran: Zaman ini adalah era arus deras di mana banyak orang mulai mencapai Tao, Generasi baru sedang bangkit.
Di wilayah liang bumi, Hua Qidao bukanlah satu-satunya yang berusaha mencapai realm Raja Sejati.
Beberapa keturunan Raja Sejati kini menunjukkan performa luar biasa.
Cucu Raja Hua yaitu Hua Yu, putri Ji Hong yaitu Ji Yao, serta beberapa ketua kuil senior, jendral perbatasan, dan penguasa kerajaan belakangan menunjukkan tren kemajuan pesat.
Bahkan para Raja Sejati senior pun merasakan bahwa latihan kini tak sesulit dulu!
Raja Huai sendiri telah mencapai realm ini beberapa tahun lalu, meski tak sehebat dewa sejati lain, setidaknya lebih awal dari Ji Hong dkk.
Tapi kesan yang dia berikan selalu seperti sampah - hingga kini tetap Raja Sejati lemah.
Saat dia mencapai realm Raja Sejati dulu, di dunia manusia bahkan belum ada satu pun Pejuang Level Puncak baru.
Saat ini, tatapan Raja Huai ke Li Changsheng di seberang - meski tanpa memancarkan energi - tajam bagai pedang. Yang terlihat bukan manusia, tapi sebilah pedang!
"Pendekar Pedang Panjang Umur..."
"Raja Huai melirik, Li Changsheng seakan merasakan kehadirannya, seketika membuka mata, menatapnya dengan Semburan Pedang berkilauan di pupil yang mengerikan."
"Raja Huai tersenyum, tetap diam, menghindari kontak pandang."
"Sejenak kemudian, tatapannya beralih ke Wu Kuishan yang juga melihatnya sambil mengerutkan kening tanpa bersuara."
"Raja Huai kembali menyungging senyum. Inilah dua-satunya Pejuang Kasta Sembilan yang dimiliki manusia saat ini."
"Adapun Jiao, Kucing Liar, Pohon Langit..."
"Bangsa monster itu hanyalah pendatang baru, bukan praktisi bela diri manusia."
"Manusia bangkit... Di semua medan perang, tak pernah terdesak."
"Pembuat Dewa yang mengawasi manusia, bahkan Sembilan Dewa pun tak berani sembarangan turun tangan..."
"Kini, pertarungan antara manusia dan Benua Dewa mulai mereda. Kedua pihak saling menahan diri, pertempuran besar mungkin tak akan mudah meletus."
"Latihan Jalan Inti... Sulit!"
Raja Huai terharu dalam hati: Latihan ini sulit, sulitnya seperti memanjat langit!
Bagaikan eceng gondok tak berakar, semakin sulit dilatih.
Bertahun-tahun ini, menipu kesana kemari cuma dapat sumber daya receh. Susah payah mencapai realm Raja Sejati, tapi latihan malah semakin ruwet.
Meski Benua Dewa kaya sumber daya, itu hanya untuk orang lemah. Pejuang sejati tak butuh ini.
"Yang kubutuhkan bukan ini... Peluang lebih besar!"
"Jalan Utama perlu perkembangan, Golden Body harus ditempa. Mengandalkan ini takkan cukup."
“Di benak Raja Huai muncul ribuan ide, dengan lirikan sekilas ke Gu Chuan, si bodoh ini beruntung dapat perhatian Li Zhu, mudah mencapai Tao Raja Sejati, tapi cuma segitu.”
“Aku harus lebih giat, begini tidak boleh... Sekarang para Suci menguasai langit, Raja Surgawi muncul, Pra-Bela Diri menampakkan diri... Jika terus begini, akan kembali berjuang!”
Raja Huai kembali merancang rencana di hatinya, setelah menjebak selama bertahun-tahun, saatnya menuai hasil.
Masih kurang sesuatu!
“Jalan Utama terlalu tercerai-berai... Ingin melebur dan menyambungnya, sangat sulit! Aku butuh energi inti yang besar, materi abadi untuk menempa tubuh, senjata kuat untuk menekan Jalan Utama, menyatukannya!”
“Relik Suci...”
Raja Huai kembali melirik Li Changsheng, Pedang Penghakiman Surgawi!
Tapi... sulit dihadapi.
Praktisi bela diri manusia banyak, Fang Ping dan kawan-kawan mudah tersulut, rumit.
“Relik Suci... siapa lagi yang punya?”
Kucing Liar itu juga sangat merepotkan.
Lalu siapa lagi yang memiliki Relik Suci?
Stempel Raja Langit dan Piagam Suci sebenarnya bisa, tapi sekarang dikuasai Sembilan Dewa, terlalu sulit.
Sesaat kemudian, Raja Huai tiba-tiba menatap Pak Li lagi. Di seberang, sorot mata Pak Li dingin tajam, keningnya berkerut.
Raja Huai tersenyum, tiba-tiba berkata: “Pedang Abadi, kau masih berani muncul sekarang? Banyak yang ingin membunuhmu, tidak takir tumbang di sini?”
Pak Li menjawab dingin: “Silakan coba!”
“Aku memang tak mampu!”
Raja Huai tertawa: "Tapi... banyak orang yang punya kemampuan ini! Pedang Abadi, kabarnya kau punya kekuatan setara orang suci, bisakah kau mengalahkan mereka?"
Pak Li mendengus kecil, tak mau menjawab.
Raja Huai tak tersinggung, melanjutkan: "Kurasa kau tak sekuat orang suci, mungkin hanya setara dewa. Walau kuat, kau tak bisa menaklukkan segalanya..."
Pak Li mengabaikannya.
Di samping, Gu Chuan mengerutkan kening. Ia bingung mengapa Raja Huai memprovokasi Li Changsheng tanpa alasan.
Raja Huai tersenyum: "Pedang Abadi, daripada menganggur, bagaimana kalau kita bertransaksi?"
"Apa maksudmu?"
Raja Huai menjawab: "Aku tertarik pada petarung jenius sepertimu! Aku tawarkan 10 tambang kehidupan untuk secercah energi inti pedangmu."
Wajah Pak Li berubah dingin: "Kau mencari kelemahanku lewat energi inti? Mimpi di siang bolong!"
"Ha ha ha!"
Raja Huai tak menyerah: "Kalau begitu yakin, coba saja! Petarung kebangkitan sepertimu butuh sumber daya. 20 tambang bagaimana?"
Pak Li menyeringai: "Kau punya sebanyak itu?"
"Tentu tidak!"
Raja Huai tidak menganggap serius, “Tapi asalkan Anda setuju, aku akan melaporkan ke Sembilan Dewa. Tukar 20 tambang biasa dengan energi pedang inti Pedang Abadi-mu, aku yakin tak ada yang akan menolak!”
Mendengar ini, Gu Chuan memandangnya dengan terkejut, Orang ini... berpikir ini mungkin?
Baru saja selesai berpikir, Lao Li berkata dengan mata berkedip-kedip: “30 tambang! Jika kamu bisa bawa, aku akan tukar!”
“Serius?”
“Konyol!”
Lao Li mencemooh!
“Baik!”
Raja Huai langsung bertindak cepat: “Pengawal! Laporkan ke Kerajaan Langit, ambil 30 tambang kehidupan untuk menukar energi pedang inti Pedang Abadi!”
Begitu perintah keluar, segera ada orang terbang cepat ke inti Zona Terlarang.
Menukar energi pedang inti Pedang Abadi!
Bahkan orang lemah pun tahu ini masalah besar. Apa 30 tambang setara?
Setara!
Bahkan Gu Chuan terkejut, Transaksi seperti ini bisa terjadi?
Jika benar bisa dapat energi inti Li Changsheng, bahkan menurutnya 30 tambang tak berarti apa-apa.
Sekarang ini, siapa yang tak tahu Pedang Abadi punya keanehan?
Jalan kekuatan intinya, seperti apa sebenarnya?
Rahasia apa yang tersembunyi?
Sembilan Dewa sangat memperhatikan!
Tak disangka bisa dapat energi inti Pedang Abadi dengan mudah, di luar dugaan.
Raja Huai tersenyum-senyum, seolah tak merasa ada yang salah.
Manusia, kuat memang, tapi sifat dasar kemiskinan tak berubah.
Orang miskin menjual barang tak penting, wajar saja.
Adapun aku... tidak perlu mengorbankan apa pun, malah bisa melihat energi pedang kekuatan inti Pedang Abadi.
Saat ini, Raja Huai langsung melayang ke udara sambil tertawa, "Pedang Abadi, karena kamu sudah setuju... bagaimana kalau kita berbincang? Bisakah kau berikan secercah energi pedang untuk kulihat dulu?"
Lao Li mengerutkan kening. Dia tidak takut energi pedangnya bocor, "Kalian berencana menyerang kekuatan intiku?"
Di mana kekuatan intiku? Masih adakah? Aku sendiri tidak tahu!
Mana mungkin ada yang menargetkan itu!
Yang paling krusial, apa maksud orang ini Raja Huai?
Ini tidak ada hubungannya dengannya, menghindari masalah lebih baik. Kenapa dia ikut campur?
Meski bingung, 30 tambang bukan jumlah kecil!
Jumlah petarung manusia sekarang meningkat drastis, konsumsinya sangat besar.
Meski energi global mulai bangkit, konsumsi puluhan juta petarung tetap mengerikan!
Sekarang tidak hanya butuh energi murni, tapi juga tambang-tambang yang ditanam di Bumi untuk menjaga perbaikan lingkungan makro.
Kelangkaan energi membuat Bumi sekarang menjadi sangat rapuh.
Atau karena jumlah petarung dan pejuang level tinggi yang meningkat, kekacauan muncul di mana-mana. Kekuatan perusak petarung yang terlalu kuat mudah merusak lingkungan, membuat Bumi terlihat rapuh di tangan pejuang, juga terkait energi yang tidak cukup pekat.
Menanam tambang di bawah tanah bisa secara bertahap mengubah lingkungan, menghasilkan kristal energi yang kokoh tak tertembus, memperkuat Bumi.
"Pejuang yang bertarung di liang bumi, kekuatan perusak yang dihasilkan biasanya tidak sebesar di Bumi."
Raja Huai telah terbang mendekat, berjarak tak jauh darinya, tersenyum: "Pedang Abadi, Sembilan Dewa pasti setuju! 30 tambang biasa, tidak berarti apa-apa! Bahkan jika mereka menolak... Aku akan cari cara, mungkin masih bisa kumpulkan tambang. Percayalah, aku belum mau cari mati, takkan berbalik melawan manusia hanya untuk beberapa tambang... Bagaimana kalau sekarang kau berikan energi pedang-nya untuk kupelajari, agar nanti saat Sembilan Dewa datang langsung, aku tak kehilangan kesempatan?"
Pak Li menyeringai dingin: "Kau mau lihat? Apa kau bisa paham?"
"Itu bukan urusanmu."
Raja Huai tertawa: "Sebenarnya aku sangat penasaran. Meski tak dapat hasil, mungkin bisa memberi inspirasi."
Pak Li menatapnya lagi, mendengus keras sambil melepaskan semburan energi pedang!
Energi pedang itu menembus kehampaan, memancarkan bunga perak putih di udara!
Lima kelopak!
Hancur Lima!
Pupil Raja Huai menyempit, tubuhnya minggir cepat dengan ekspresi panik: Pedang Abadi benar-benar mencapai Hancur Lima!
Hancur Lima berarti ledakan energi vital di atas 2,4 juta kal!
Pedang Abadi sampai level ini? Menakutkan!
Pak Li tetap tenang, tak berniat membunuhnya. Membunuh sekarang berarti memicu Perang Besar yang belum siap dihadapi manusia.
"Raja Huai berusaha menghindar, namun terlambat. Sesaat kemudian, secercah energi pedang menembus bahunya, meninggalkan lubang. Energi itu meledak, bruk! Lengannya hancur berkeping-keping!"
"Tapi saat ini, sebilah pedang kecil perak putih bagai benda nyata melayang di depan matanya. Energi pedang yang menyengat membuat mata Raja Huai berdarah menetes."
"Wajah Raja Huai pucat pasi, jantungnya masih berdebar-debar. Ia tersenyum kecut: 'Kemampuan yang hebat!'"
"Sambil berkata, ia menyambar pedang kecil itu - ini adalah energi pedang Li Changsheng!"
"Biasanya dalam pertempuran, energi pedang ini akan tercerai-berai setelah meledak. Tapi sekarang tetap utuh."
"Lao Li berkata dingin: '30 tambang. Jika tidak... Lao Fu pasti akan memburu kau sampai hancur!'"
"'Percayalah...'"
"Raja Huai tak peduli lengannya yang patah. Lengan itu cepat pulih. Ia tertawa: 'Pedang Abadi, kau tak seberani Fang Ping, juga tak serakus Raja Militer! Jika mereka... dasar 100 tambang. 30 ini biasa saja.'"
"Entah memuji atau merendahkan, Raja Huai tiba-tiba merasa bertransaksi dengan Pedang Abadi cukup menyenangkan."
"Dari tawaran 20, pihak lain hanya minta 30. Tak banyak tawar-menawar, cepat mencapai kesepakatan."
"Tak tahu harus bilang Pedang Abadi belum pernah lihat dunia, atau pujian atas kelancarannya."
"Pokoknya lebih enak daripada kerja sama dengan Raja Militer!"
"Tentu belum pernah kerja sama dengan Fang Ping. Tanpa perlu tanya pasti tahu, si itu lebih rakus, mustahil diajak kerja sama."
Raja Huai mengusap-usap pedang kecilnya, sorot matanya terus berubah.
Dia telah menukarkan energi inti banyak orang!
Sejak beberapa tahun lalu, dia terus mengincar energi inti Raja Penahan, bahkan berani mempertaruhkan domain luar. Jika menang, energi inti akan ditukar; jika kalah, domain luar akan ditinggalkan. Begitulah Liang Bumi Kota Terlarang berhasil direbut manusia.
Penjelasan saat itu adalah: setelah mendapatkan energi inti Raja Penahan, masuk ke Domain Kuno.
Kini, Domain Kuno telah sepenuhnya terbuka.
Pertukaran energi inti Raja Penahan tampak gagal, namun sebenarnya berhasil.
Energi inti Raja Penahan ditukarkan ke Zhang Tao, sementara Zhang Tao menukarnya dengan jurus andalan energinya sendiri. Dan energi inti ini... digunakan Zhang Tao untuk menukar Liang Bumi Kota Terlarang!
Benar, Liang Bumi Kota Terlarang adalah hasil pertukaran.
Raja Huai memilih untuk meninggalkannya!
Jika tidak, Liang Bumi Kota Terlarang takkan mudah direbut.
Selama ini, tak hanya Liang Bumi Kota Terlarang, kemenangan dalam beberapa pertempuran besar juga dijadikan alat tukar, memberikan ruang hidup bagi manusia.
Termasuk saat Li Zhen melawan tiga jenderal, mengeksekusi Jenderal Kiri... ada yang mengajukan syarat, menukar beberapa hal sebagai kompensasi untuk tinggal diam.
Bukan orang lain, dialah Raja Huai yang selalu aktif di garis depan Gunung Penjagal!
Saat ini, Raja Huai mengusap-jejak energi pedang inti Pak Li, seolah sedang merenungkan sesuatu. Kadang mengerutkan kening, kadang tersadar tiba-tiba, kadang ekspresinya berat...
Pak Li mengerutkan kening memandangnya, merasa ada yang tak beres dengan orang ini!
Sangat menyebalkan!
Pada saat ini, Raja Huai tiba-tiba membuka mata menatapnya, sorot matanya berubah drastis, bergumam: "Alangkah agungnya Pedang Abadi!"
Usai bicara, telapak tangannya meremukkan energi pedang, mendengus: "Berani-beraninya kau menggunakan energi inti pedang palsu untuk membohongi aku..."
Lao Li baru hendak meledak, saat energi pedang meledak, getaran kehampaan bergema bersamaan, suara Raja Huai terdengar di telinganya: "Bagaimana jika kita lanjutkan pembicaraan kerja sama lebih jauh? Aku sedang diawasi sekarang, tak bisa bicara sewenang-wenang... Mari manfaatkan kesempatan ini. Aku suka bekerja sama dengan orang polos..."
Di kedalaman mata Raja Huai memancarkan senyum tipis, ya, orang polos!
Aku memang menyukai kerja sama dengan orang polos macam Pedang Abadi!
Nyaman!
Tidak seperti Raja Militer, sudah berkali-kali bekerja sama, setiap kali harus ekstra hati-hati, sedikit saja lengah... Langsung rugi total, tak dapat apa-apa.
Contohnya waktu itu, janji tukar energi inti Li Zhen, tapi Raja Militer malah memberikan energi inti Li Deyong untuk menipunya... Dia benar-benar tertipu!
Orang itu adalah maestro pemalsuan!
Tipuan semacam ini bukan sekali dua kali kualami, mustahil dihindari!
Bekerja sama dengan Raja Militer, perlu kewaspadaan 120%, mana senyaman kali ini!
Yang diberikan Li Changsheng asli!
Beberapa orang licik dari ras manusia telah pergi, Raja Huai tiba-tiba merasa manusia-manusia itu jadi ramah dan jujur, tidak sesulit dulu.
Kabar baik!
Pada detik ini, Lao Li mengerutkan alis, kenapa merasa diremehkan?
Bekerja sama dengan orang polos...
"Membicarakan siapa?"
"Ini membahas aku?"
Sorot mata Pak Li tajam bagai pedang, dia diremehkan oleh Raja Sejati sampah!
Apakah Raja Huai baru saja melontarkan sindiran padanya?
Ya!
Sindiran!
Saat ini, keinginan membunuh Pak Li hampir tak terbendung!
Aku memberimu energi pedang inti asli, malah kau mengejekku? Mental apa ini, harus kuhajar baru kapok?
