Di dalam kuil.
Setelah berdiskusi sebentar dengan Yuan Gang dan menyepakati beberapa syarat, Raja Kun menghentikan pemblokiran informasi dan berseru: "Panggil semua petarung level di atas dewa sejati masuk ke aula!"
Pejuang sejati selalu tegas dan cepat mengambil keputusan.
Selama ada peluang, takkan ada yang melewatkannya.
Mengetahui hal ini, Raja Kun tak lagi ragu-ragu dan harus segera bertindak.
……
Tak lama kemudian, sejumlah besar pejuang memasuki aula.
Untuk pertama kalinya, Fang Ping menyaksikan kekuatan sebenarnya Gereja Dewa.
Tiga Raja Langit, delapan master level suci.
Selain itu, ada enam Kaisar, tidak termasuk Fang Ping.
Fang Ping mengenal beberapa Kaisar, termasuk Pelindung Air Tianyun - tempatnya menyamar sebagai Yun Sheng dulu.
Lima Kaisar lainnya berasal dari Tianwaitian dan pulau-pulau immortal di laut.
Kekuatan pulau-pulau immortal dan Tianwaitian kini telah dicaplok oleh berbagai pihak.
Tiga Raja, delapan Suci, enam Kaisar... serta hampir seratus dewa sejati!
Benar, hampir seratus.
Termasuk 72 Zhenjun sisa Gereja, pejuang hasil taklukan Raja Gen, pengikut Raja Qian, serta dewa sejati dari pulau immortal dan Laut Terlarang.
Inilah kekuatan Gereja Dewa.
Jelas bukan kekuatan lemah, malah sangat perkasa - setidaknya melebihi kekuatan umat manusia.
Dan di tengah semua ini... Fang Ping ternyata melihat seorang kenalan lama.
Raja Gunung Datar!
Ya, Raja Gunung Datar.
Raja Gunung Datar yang sebelumnya memihak Pulau Naga ini mengira dengan bergabung ke Pulau Naga, dirinya akan aman.
Tak disangka, Long Yu dalam sekejap membawa Pulau Naga bergabung dengan kerajaan siluman.
Sebelumnya, Long Yu sebenarnya bergabung dengan Gereja Dewa.
Raja Gunung Datar bukan anggota bangsa monster. Ia tak berani ke kerajaan siluman. Tapi saat ini, dia juga tak bisa kembali ke liang bumi. Tidak ingin pulang karena lebih berbahaya.
Akhirnya dia memilih tinggal di Gereja Dewa.
Saat ini, Raja Gunung Datar hampir tak terlihat karena terlalu Low-Profile.
Tidak berdiri di pinggiran karena tahu posisi tepi justru menarik perhatian.
Dia menempati posisi kelima atau keenam dari belakang, sama sekali tidak mencolok - tidak di depan maupun belakang.
Bagaimanapun, para pejuang takkan terlalu memperhatikannya.
Jika ada keuntungan, belum gilirannya.
Jika ada kerugian, karena kekuatannya rendah dan tak mencolok, mungkin tak ada yang menyadarinya.
Saat ini, bagaikan setetes air yang melebur ke lautan - tanpa pengamatan teliti, bahkan takkan terdeteksi keberadaannya.
Meski Fang Ping baru bergabung dengan Gereja Dewa, sebagai Kaisar kelas atas posisinya cukup depan.
Di sisi lain tempat Raja Gunung Datar dan para dewa sejati berada, Fang Ping melirik sekilas orang ini dan tak bisa menahan decak kagum: "Sungguh hidup yang tangguh!"
Dari ratusan Raja Sejati di liang bumi sebelumnya, hampir semuanya tewas.
Banyak yang gugur di Makam Langit palsu, kemudian mati dalam beberapa pertempuran berikutnya. Sebagian besar monster telah bergabung dengan kerajaan siluman.
"Kini, ditambah dengan kekuatan Kerajaan Langit Kuno, Dinasti Suci Kaisar Bumi, dan Dua Raja di masa lalu, hingga saat ini jumlah dewa sejati di bawah Hong Yu tidak sampai seratus."
"Banyak korban berjatuhan."
"Tapi Raja Gunung Datar ini masih tetap hidup, inilah yang disebut nasib baik."
……
"Di kerumunan, Raja Gunung Datar tidak menundukkan kepala karena hal itu mudah menarik perhatian orang lain. Ia juga tidak berani menatap langsung Tiga Raja di atas agar tidak terpantau."
"Raja Gunung Datar bersikap sangat low-profile, sorot matanya mengarah ke samping bukan ke tengah."
"Pertama melihat Raja Huai, ekspresi Raja Gunung Datar menjadi kaku."
"Orang ini sampai datang juga!"
"Katanya dia sebelumnya menyergap Raja Takdir Surgawi sampai tewas, sementara dirinya sendiri memiliki kekuatan Orang Suci. Raja Gunung Datar tidak bisa tidak menggerutu: Si licik!"
"Sungguh keji!"
"Dia tak pernah menyangka Raja Huai punya kemampuan sehebat ini."
"Orang ini sampai datang... Rasanya daerah arwah ini jadi tidak aman!"
"Dalam hati Raja Gunung Datar mengumpat: Pembawa sial."
"Pergi ke mana, maut menyusul ke mana!"
"Banyak pejuang liang bumi tewas, tapi orang ini selamat. Konon majikannya Raja Feng tewas, sebelumnya majikannya Raja Perintah juga sudah tiada."
"Salah satu dari Dua Raja yang menjadi majikan Raja Feng mati karena jebakannya."
"Sisa Raja Tumbuhan Surgawi itu mungkin juga akan mati suatu hari nanti."
"Sekarang malah datang lagi Gereja Dewa, mau mengacau siapa lagi?"
"Gereja Dewa sebelumnya pernah dia jebak sekali, hasilnya... seluruh pasukan binasa!"
"Sekarang datang lagi!"
"Dalam hati Raja Gunung Darat mengutuk, saat ini juga mendengar bisikan beberapa dewa sejati lainnya."
Kali ini, kekuatan Gereja Dewa melonjak drastis.
Hari ini datang tujuh orang suci, seorang Kaisar kelas atas.
Tujuh orang suci itu, meski Raja Gunung Datar tidak kenal, setidaknya pernah mendengar, tidak terlalu aneh.
Tapi ketika mendengar Niu Meng disebut sebagai pemimpin pulau Niu Shen...
Raja Gunung Datar tak tahan melirik.
Pulau Dewa Sapi?
Tak pernah dengar!
Katanya masih kenal dengan Raja Huai. Tempat-tempat yang pernah dikunjungi Raja Huai, menurutnya masih diketahui. Kapan ada Pulau Dewa Sapi di sekitar lautan?
Itupun seorang Kaisar kelas atas!
Kalau Raja Huai benar-benar kenal pejuang level ini, sejak dulu pasti tidak akan bergaul dengan Raja Feng.
Kaisar kelas atas adalah pejuang terkuat di liang bumi pada masanya.
Kalau benar kenal pejuang seperti ini, mungkinkah Raja Huai menipu orang lain tapi tidak menipu dia?
Dengan lirik sekilas, Raja Gunung Datar melihat Fang Ping, tiba-tiba tertegun... Apakah dia... sedang mengamati dirinya?
Dia tidak yakin!
Dirinya sudah bersikap low-profile seperti ini, siapa yang akan memperhatikannya?
Raja Gunung Darat terdiam sejenak, semakin berhati-hati mengamati Niu Meng, meneliti dengan saksama.
Setelah mengamati cukup lama, tak ditemukan keanehan.
Dia juga tidak berani menyelidiki pejuang-pejuang ini, itu sama saja mencari masalah sendiri.
Apa yang diucapkan Raja Kun di atas tidak terlalu diperhatikannya. Raja Gunung Datar tetap mengamati Niu Ming dengan lirikan, sesekali juga melirik Raja Huai dengan hati-hati.
Tentu, harimau kecil itu juga dia perhatikan.
Lumayan seru.
"Melihat situasi, Raja Gunung Datar tiba-tiba sorot matanya berkilat, merasa ada ketidakpantasan."
"Ketidakpantasan?"
Raja Gunung Datar ragu sejenak, ketidakpantasan apa?
Semua terlihat sangat pantas!
Tiba-tiba, jantung Raja Gunung Datar berdebar kencang... Dengan lirikan sekilas ke Jago Ganas, dia cepat-cepat menarik pandangannya, mata memancarkan kepanikan!
Dia!
Aku pergi!
Bukan si pembawa sial raksasa ini?
Apakah itu dia?
Itu dia!
Dia melihat, melihat ketidakpantasan yang mungkin terlewat oleh yang lain - model sepatu orang ini!
Ya, itu sepatu yang terbuat dari kulit binatang.
Tak ada yang aneh!
Tapi Raja Gunung Datar sangat berhati-hati. Kekuatannya lemah, observasinya lebih detail daripada yang lain.
Setiap zaman punya gaya khas masing-masing.
Petarung Kerajaan Langit kuno, pejuang Dinasti Suci Kaisar Bumi, petarung liang bumi, master manusia, Tianwaitian, pulau-pulau immortal di laut...
Pejuang dari zaman dan kekuatan ini sebenarnya punya perbedaan dalam kebiasaan hidup, gaya personal, dan dekorasi.
Yang paling mencolok tentu gaya rambut, hiasan kepala, dan pakaian.
Sepatu termasuk yang perbedaannya kecil.
Para pejuang lebih suka langsung memakai sepatu kulit binatang atau Sepatu Dewa, terutama untuk memudahkan pertarungan.
Perbedaan gayanya juga tidak terlalu mencolok.
Sangat halus. Dalam situasi biasa, takkan ada yang khusus memperhatikan model sepatumu.
Tapi...
"Raja Gunung Datar justru panik dalam hati. Ini gaya sepatu tempur manusia. Tentu saja, praktisi bela diri manusia terutama memakai sepatu militer. Yang dipakai Fang Ping bukan sepatu militer."
"Namun, gaya khas itu meski diubah modelnya, setelah diperhatikan seksama oleh Raja Gunung Datar, tetap bisa dirasakan ciri khas manusia."
"Dia terlalu familiar!"
"Karena manusia semakin kuat, dia tak henti mempelajari budaya manusia. Sebenarnya Raja Huai juga demikian. Orang-orang ini sangat memahami manusia."
"Itu pasti sepatu tempur manusia!"
"Dewa baru yang muncul tiba-tiba, sepatu tempur manusia, membawa seekor harimau kecil... Raja Huai mengenali..."
"Saat ini, Raja Gunung Darat hampir langsung teringat Fang Ping!"
"Dia!"
"Benar, inilah mesin kematian yang membawa maut ke mana pun dia pergi."
"Pasti dia! Raja Gunung Datar yakin, dirinya tak mungkin salah."
"Sebelumnya tidak terpikirkan, dia belum merasakan apa-apa. Sekarang, semakin dilihatnya si Jago, semakin yakin itu Fang Ping!"
"Sorot mata itu, senyuman itu, punggung itu..."
"Bagaimana pun dilihat, tetap Fang Ping!"
"'Harimau itu... bukanlah Kucing Liar? Seharusnya iya, malas-malasan, seperti mengantuk terus. Kalau bukan Kucing Liar, lalu apa?'"
"'Fang Ping saja belum cukup, sampai berani membawa Kucing Liar, apalagi Raja Huai...'"
"Saat ini, Raja Gunung Datar panik setengah mati."
"Bahaya!"
"Bahaya yang luar biasa besar!"
"Gereja Dewa akan sial, kemalangan besar, kemalangan berdarah!"
Fang Ping telah beberapa kali menyamar sebagai orang lain, setiap kali selalu menimbulkan masalah besar dan badai darah.
Saat menyamar sebagai Feng Miesheng, Kota Tumbuhan Surgawi di masa lalu nyaris hancur.
Setelah kejadian itu, hampir semua keturunan Raja Sejati tewas.
Saat menyamar sebagai anggota Gereja Dewa, gereja tersebut langsung dimusnahkan. Hingga kini, dia masih bisa mendengar beberapa orang mengeluh bahwa Fang Ping terlalu kejam, semua pejuang yang bertahan di Gereja Dewa dibunuhnya habis.
Sisanya, Feng Yun dan Di Xing juga membelot dari Gereja Dewa.
Kini, Fang Ping datang lagi!
Raja Gunung Datar bahkan ingin berbalik kabur, hatinya terasa getir. Kenapa orang ini bisa keluar begitu cepat?
Bukannya katanya sedang bertapa?
Siapa yang bertapa cuma beberapa hari setiap kali!
Meski cemas, saat ini Raja Gunung Datar menahan napas tak berani bersuara. Dia takut Fang Ping tahu kalau statusnya sudah ditebak, lalu membunuhnya untuk menutup mulut.
Raja Gunung Datar panik!
……
Saat ini, Fang Ping justru tidak banyak berpikir.
Menurutnya penyamarannya cukup baik. Kecuali sengaja mencurigai ke arah ini, seharusnya identitasnya tidak terbongkar.
Penyamarannya memang sempurna.
Tapi Fang Ping tak menyangka, sepasang sepatu kecil ini malah membuka kedoknya.
Sepatu ini dibuatnya sendiri meniru gaya liang bumi, tapi tetap membawa sedikit gaya dan kebiasaan khas manusia.
Meski sangat lemah, Fang Ping sendiri tak pernah memikirkannya.
Dia tak tahu, Raja Gunung Datar langsung mengenalinya. Karena selain Fang Ping, tak ada yang punya kemampuan dan keberanian seperti ini.
Fang Ping tidak tahu, jika tahu pasti akan berkata: Orang yang takut mati, kemampuan observasinya tidak lemah.
Raja Huai juga begitu!
Sebelumnya saat makan bersama Kucing Liar, meski penyamaran Fang Ping tidak terlalu dalam, Raja Huai langsung mengenalinya - ini menunjukkan kemampuannya.
Kini di hadapan Raja Kun, penyamarannya lebih hati-hati lagi. Namun tetap mencolok, dengan cepat dikenali oleh Raja Gunung Datar.
Fang Ping yang belum menyadari identitasnya terbongkar masih mendengarkan ucapan Raja Kun.
Saat ini Raja Kun sedang melakukan panggilan nama.
Ya, panggilan nama.
Meski semua dewa sejati sudah hadir, Raja Kun tidak langsung membahas inti masalah, melainkan memilih orang.
Tak lama, Raja Kun memanggil nama lagi: "Ping Shan!"
"Tuan!"
Raja Gunung Datar kaget, seluruh tubuhnya gemetar, wajahnya pucat seolah baru saja diteror.
Raja Kun sedikit mengerutkan alis tapi tidak berkomentar. Dia tidak tahu bahwa Raja Gunung Datar sebenarnya ketakutan karena Fang Ping, mengira orang ini pengecut karena kaget dipanggil mendadak.
Raja Kun tidak banyak bicara, berkata datar: "Kamu juga tetap di sini!"
“……”
Raja Gunung Datar sama sekali tidak paham situasi, tapi terpaksa mengangguk setuju.
Raja Kun memanggil beberapa nama lagi, lalu bersabda: "Yang dipanggil, tetap! Yang lain, mundur!"
Begitu perintah keluar, sejumlah besar dewa sejati mulai dievakuasi.
Jumlah orang di aula utama kembali menyusut.
Dari delapan orang suci, tidak semuanya tinggal.
Tian Ji, Yuan Gang dan dua lainnya, Raja Huai, Tian Bai tetap. Dua orang suci yang datang bersama Tian Ji pergi.
Ditambah tujuh Kaisar termasuk Fang Ping, tiga di antaranya juga pergi.
Dewa sejati memang banyak yang tersisa, mendekati 20 orang.
6 Orang Suci, 4 level Dewa, 20 dewa sejati.
30 orang tetap tinggal, ditambah 3 pejuang Raja.
Pada saat ini, Raja Kun baru berkata dingin: "Hari ini, Marsekal Yuan Gang memberitahuku bahwa di luar Makam Langit ada daerah berharga, lokasi peluang! Mungkin tempat yang dulu tidak sengaja dimasuki Dewa Iblis Mo Wenjian.
Masalah Mo Wenjian, kalian semua seharusnya sudah tahu.
Sekarang, lokasi ini terbuka, tapi belum ada yang pernah pergi, tidak tahu apakah berbahaya, tidak tahu apakah ada batasan.
Beberapa lokasi pelatihan rahasia sangat misterius, bahkan penguasa tunggal pun minim pengetahuannya.
Kemungkinan hanya dewa sejati yang bisa merebut peluang, mungkin Kaisar, mungkin Orang Suci...
Jadi, kali ini aku mengumpulkan kalian semua, mempertahankan kalian di sini, semata untuk ekspedisi Makam Langit ini.
Kalian mungkin bukan yang terkuat, bukan petarung terbaik di level yang sama, tapi kalian masing-masing punya keunikan khusus.
Karena itu aku mengumpulkan kalian, untuk mempersiapkan perjalanan ke Makam Langit..."
Begitu kata-kata ini keluar, keributan terjadi di bawah.
Para dewa sejati itu, antara gelisah dan penuh harapan.
Raja Gunung Datar justru berekspresi kaku tak tertahankan, Aku... Mengapa ada di sini?
Dia tidak tahu, dia punya keunggulan terbesar.
Ya, keunggulan terbesar.
Misalnya... Tidak punya keunggulan, ini juga termasuk keunggulan. Low-Profile hingga hampir diabaikan, Raja Kun merasa ini juga bisa dianggap sebagai kemampuan.
Gereja Dewa sudah beberapa kali perang besar, tapi selalu mengabaikan Raja Gunung Datar, sepertinya dia sama sekali belum pernah bertempur.
Bukankah ini sebuah kemampuan?
"Kali ini akhirnya berhasil melihat Raja Gunung Datar, Raja Kun merasa perlu membuat orang ini juga bergabung. Tidak mencolok di antara Pejuang, ini kabar baik, merupakan keunikan khusus."
"Situasi sebenarnya di daerah itu, Yuan Gang juga tidak terlalu paham."
"Tapi mungkin ada beberapa batasan."
"Raja Kun juga khawatir, takut kalau Raja terbatas masuk, itu akan menjadi masalah besar."
"Ini bukan mustahil, jika Ruang Dimensi terlalu rapuh, masuknya Raja mungkin menyebabkan pelatihan rahasia hancur bahkan menghilang."
"Dia belum pernah pergi, wajar jika harus melakukan lebih banyak persiapan."
"Bawa beberapa orang dari berbagai tingkat pemahaman. Apapun tingkatannya yang bisa masuk, di fase manapun, Gereja Dewa bisa memastikan masuk dan memperoleh keuntungan - inilah keberhasilan."
"Raja Kun mengabaikan pikiran mereka, melanjutkan dengan tertawa: 'Peluang selalu disertai bahaya, ini sudah pasti! Tapi tiga alam sekarang dalam momentum pertempuran besar. Kalian tidak berjuang, sementara orang lain berjuang, akhirnya kalian semua mungkin sulit lolos dari malapetaka."
"Kalian sudah masuk Gereja Dewa, Aku berharap kalian bisa bertahan hidup sampai akhir."
"Apa isi pelatihan rahasia ini, Aku juga tidak tahu. Satu-satunya yang diketahui adalah Mo Wenjian dulu hanya dewa biasa. Sebelum gugur, sudah ada tanda-tanda menembus Delapan."
"Jika tidak reinkarnasi, mungkin sudah menembus Delapan."
"Dari saat dia masuk ke sini, baru dua ribu tahun."
"Itu masa lalu. Sekarang, jalan utama lebih mudah dipahami. Jika di masa kini, mungkin Mo Wenjian sudah lama berhasil menembus Delapan!"
"Kalian semua, berjuang atau tidak, sepenuhnya ada di tangan kalian sendiri!"
Raja Kun berkata dengan tenang: "Peluang jarang ada, aku juga bukan orang serakah seperti itu. Apa yang berguna bagi kalian, tidak berguna bagiku. Benda tak berguna tidak akan kuperhatikan.
Apa yang berguna bagiku, belum tentu berguna bagi kalian. Kalian tidak akan sanggup menerimanya.
Kalau begitu, ini adalah kerja sama saling menguntungkan!
Saling memenuhi kebutuhan masing-masing.
Aku boleh masuk, mengambil semuanya. Yang tak berguna akan kuserahkan ke orang yang sesuai.
Kalian boleh masuk, ambil semua yang bisa kalian pakai. Yang tidak bisa kalian manfaatkan, serahkan padaku..."
Yang hadir serentak mengangguk, menunjukkan kegembiraan kecil.
Dengan pernyataan Raja Kun ini, semua orang punya kesempatan.
Raja Kun melanjutkan: "Informasi ini diberikan Yuan Gang, jadi ketiganya akan ikut. Tapi aku tidak bisa sembarangan meninggalkan Gereja Dewa agar tidak menarik perhatian berbagai pihak.
Kali ini, Raja Qian dan Raja Gen yang akan memimpin tim. Aku akan tetap mengawasi Gereja Dewa. Di saat krusial, jika diperlukan, aku akan segera datang.
Selain itu, menurut Yuan Gang, tiga pihak yaitu Kerajaan Langit baru, Pulau Dewa Obat, dan Pulau Dewa Air mungkin juga akan datang. Mungkin terjadi konflik.
Sebelum masuk area pelatihan rahasia, tahan diri sebisa mungkin. Jangan memicu pertempuran skala besar-besaran yang menarik perhatian.
Setelah masuk, jika ada kesempatan... eksekusi semua!"
Saat dia mengatakan ini, yang lain buru-buru mengangguk. Fang Ping ragu sejenak lalu maju, berkata dengan gelisah: "Tuan Kunwang, saya baru masuk Gereja Dewa. Untuk urusan ini... lebih baik saya tidak ikut. Saya tidak terlalu akrab dengan para senior, khawatir akan mengacaukan rencana Tuan..."
Raja Kun tersenyum sinis: "Tidak masalah, peluang sudah ditakdirkan oleh Hari! Anda akan segera mencapai tingkat Suci, ini juga sebuah kesempatan. Latihan keras sulit mencapai kesucian, tapi saat peluang tiba, menjadi Suci bisa terjadi dalam sekejap."
Fang Ping menunjukkan ekspresi kegembiraan dan panik, buru-buru berkata: "Terima kasih atas kebaikan Tuan!"
Sungguh mengharukan!
Rupanya Raja Kun memberi kesempatan padanya untuk mencapai kesucian. Pemimpin seperti ini... benar-benar layak dipihak!
Siap mengorbankan segalanya!
Ini juga tujuan Raja Kun. Saat Pejuang asing datang memihak, sudah seharusnya menunjukkan kelas yang pantas bagi Raja Kun.
Kali ini, cukup banyak yang terlibat langsung.
Para veteran tidak perlu disebut, beberapa generasi baru tetap perlu diberi kesempatan.
Jika Niu Meng berhasil menjadi Suci, apapun yang terjadi nanti, mencapai tingkat Suci tetaplah kesempatan besar. Hutang budi secara alami akan tercipta.
Fang Ping buru-buru berterima kasih, penuh dengan kepanikan.
Di sampingnya, Raja Ping Shan justru semakin panik.
Raja Kun sudah gila!
Dia malah secara inisiatif menyuruh Fang Ping mendekat, sementara dirinya sendiri tidak ikut. Jika Fang Ping menyerang... hancur, mungkin semua akan mati.
Raja Ping Shan benar-benar ingin meneriakkan:
Jangan!
Bahkan jika benar Fang Ping yang pergi, dia tidak mau ikut.
Tapi dia tidak berani berkata!
Dia takut mati.
Daerah peluang, dirinya sendiri sampai tidak berani mendekat. Ini apa?
Masuk Gereja Dewa, apa hanya untuk hidup santai tanpa tujuan?
Sebenarnya benar-benar begitu!
Tapi apakah Raja Kun percaya?
Bisa-bisa mengira dirinya mata-mata yang berkhianat, pengkhianat...
Tapi... ikut dengan Fang Ping dan Raja Huai, dia tidak mau.
Juga tidak berani!
Raja Gunung Datar hampir menangis, tak berani pergi. Pergi berarti hampir mati sembilan kali!
Raja Kun tidak memandangnya, melanjutkan: "Kalian semua jangan meninggalkan Benua Gereja Dewa dalam dua hari ini. Beristirahatlah dan bersiaplah. Dua hari lagi, kita berangkat ke Makam Langit!"
Larangan keluar dari Benua Gereja Dewa bertujuan mencegah kabar bocor.
Untuk hal lain, dia tidak punya permintaan khusus.
Dia menambahkan: "Yang lain boleh mundur. Tian Bai, layani tamu-tamu terhormat. Tian Ji, Bayangan Huai, dan Jago Mengerikan yang telah bergabung dengan Gereja Dewa adalah bagian dari kita. Jika ada kesempatan tepat, aku tak akan membeda-bedakan perlakuan..."
Setelah berbicara cukup lama, Raja Kun mengayunkan tangan memberi isyarat agar semua mundur.
Tak lama kemudian, semua orang telah keluar dari aula utama.
Tiga Raja Langit tetap duduk.
Raja Kun bertanya lembut: "Raja Qian, menurutmu tempat apa itu?"
Raja Qian menggeleng: "Banyak lokasi rahasia di Tiga Alam. Ada serpihan langit, mungkin ada tempat latihan Sang Penguasa. Tempat latihan pejuang, tanah kuno Kerajaan Langit... Semua mungkin! Tapi yang bisa membuat Mo Wenjian cepat mencapai level tujuh puncak, pasti tempat tak biasa."
Raja Kun mengangguk halus.
Raja Qian berpikir sejenak lalu melanjutkan: "Kali ini ada beberapa kelompok lain. Kita harus waspada! Semua pihak akan menahan diri agar tak diambil untung pihak lain. Tapi... beberapa pendatang baru ini..."
Yuan Gang dkk tak bicara. Raja Huai, Jago Mengerikan, dan Tian Ji juga ada di sini. Raja Qian merasa jumlah orang luar ini mungkin terlalu banyak.
Raja Kun tertawa: "Tidak masalah! Justru karena mereka baru datang, kalau mati pun tidak disayangkan! Tempat itu belum tentu tenang, kematian dan keruntuhan adalah hal biasa. Para petarung dari luar ini perlu menguji jalan, mencari jebakan-jebakan. Lebih baik daripada menyuruh rekan-rekan lama kita yang sudah bertahun-tahun bertempur untuk mengorbankan diri."
Raja Qian mengangguk, "Ini ada benarnya juga."
"Para pendatang baru yang belum lama masuk, belum punya rasa memiliki. Kalau dikirim masuk dan mati, tidak masalah. Kalau hidup, mereka harus menerima eksploitasi Gereja Dewa."
Raja Gen menambahkan: "Bagus juga. Kalau ada batasan untuk Raja Surga, biar mereka yang memimpin. Kalau tidak ada batasan, orang-orang ini bisa jadi batu uji jalan untuk mengurangi bahaya."
Raja Qian kali ini mengangguk setuju, lalu setelah berpikir berkata: "Asal-usul yang lain jelas. Tapi Niu Meng dan Pulau Dewa Sapi ini, Lao Fu bertahun-tahun tidak pernah mendengarnya."
"Lao Fu juga pernah menjelajahi perbatasan lautan berkali-kali, tapi tidak pernah menemukan Pulau Dewa Sapi ini..."
"Hong Kun, bagaimana pendapatmu..."
Hong Kun segera tersenyum: "Tidak masalah, hanya seorang Kaisar! Tidak akan membuat gelombang besar. Orang ini mendekati level Suci, begitu mencapai terobosan, Gereja Dewa juga akan memiliki satu petarung suci tambahan."
"Kekhawatiranmu tentang Laut Pahit yang luas ini - sebuah dimensi kecil yang disembunyikan di kehampaan, mungkin sulit kamu temukan."
"Pulau Dewa Sapi... Aku akan menyuruh orang menyelidikinya."
"Tapi kalian juga harus berhati-hati, jangan sampai dikalahkan oleh taktik licik Bayangan Huai dan kawan-kawannya."
Raja Qian tertawa: "Aku ini mencapai level tujuh puncak, mana mungkin mudah dikelabui! Kalau menurutmu ini masuk akal, baiklah! Jika ada yang level delapan ikut campur, kau harus segera datang untuk mencegah kecelakaan."
"Siap!"
Raja Kun mengangguk, orang-orang ini sekarang adalah akar Gereja Dewa, dia tak ingin mereka mati di sana.
Kalau benar ada level delapan yang terlibat, dia juga tak keberatan ikut campur.
……
Beberapa orang ini berdiskusi di dalam aula.
Di luar aula, Raja Gunung Datar ingin pergi tapi tak bisa kabur.
Mereka diatur oleh Tian Bai untuk menghadiri pesta penyambutan kedatangan Fang Ping dan kawan-kawan. Awalnya hanya sekitar 30 pejuang level tinggi.
Para suci punya lingkaran mereka sendiri, Kaisar juga memiliki lingkaran para Kaisar.
Tapi Fang Ping tidak terlalu akrab dengan mereka. Saat ini dia justru lebih dekat dengan para dewa sejati ini. Raja Gunung Datar hampir menabrak Fang Ping, ketakutan dan secara refleks menghindar.
Semakin dia seperti ini, Fang Ping semakin heran. Orang ini... rasanya sangat ketakutan!
Situasi apa ini?
Walaupun Raja Gunung Datar penakut, tak mungkin sampai belum pulih hanya karena teriakkan Raja Kun tadi.
Raja Gunung Datar tahu pahitnya sendiri!
Sebenarnya dia tidak terlalu takut Fang Ping akan membunuhnya. Yang dikhawatirkan adalah... Fang Ping si penipu ulung ini akan mengakali semua orang yang hadir sampai mati!
Mana mungkin dia memberi kesempatan? Dewa sejati saja bukan apa-apa bagi Fang Ping.
Mati pun tak tahu bagaimana penyebabnya.
Mana mungkin Raja Gunung Datar tidak takut!
"Eh malah saat ini, di depan, Raja Huai tiba-tiba menoleh sambil tersenyum: 'Ping Shan, kau juga di sini! Sudah lama tak bertemu!'"
“……”
Raja Gunung Datar memaksakan senyuman getir. Ia merasa seperti terjebak di sarang serigala!
Ada beberapa ekor serigala ganas!
Dari 30 orang yang tampak sedikit ini, tersembunyi seekor serigala buas. Bahkan Raja Huai pun tak bisa dianggap bersembunyi.
Ini yang terlihat nyata, tapi di balik layar masih ada raksasa ganas yang mengintai!
Inilah bahaya terbesar!
Jeritan kepedihan menggema di hati Raja Gunung Datar. Kebetulan Tian Bai tersenyum: "Ping Shan, karena kau kenal baik Raja Huai, layanilah beliau dan Kaisar Niu Meng. Keduanya akan menetap di Gereja Dewa. Bawalah mereka berkeliling mengenal lingkungan."
“……”
Raja Gunung Datar ingin menolak, ingin kabur, tapi tak berdaya. Menahan gemetar, ia menunduk: "Baik!"
Perintah Orang Suci tak boleh ditentang. Ia juga tak boleh menunjukkan ketidaksenangan. Jika tidak, Fang Ping mungkin tahu ia telah menemukan identitas aslinya - itu akan menjadi malapetaka.
"Aduh!"
Sebuah keluh kesah bergema di hatinya. Saat ini, memandang dua orang di sampingnya, Raja Gunung Datar ingin sekali mati. Ia hanya ingin hidup tenang beberapa hari saja.
