"Sudah menghancurkan 10 gerbang!"
"Yi juga sudah mati."
"Tepat saat Fang Ping bersiap mencoba, di dalam aula utama, pemuda yang mengamati setiap level bergumam pelan."
"Apakah dia akan melewati level ini secepat sebelumnya?"
"Kali ini, bahkan pemuda itu harus menggunakan segala cara untuk membuat mereka berkumpul bersama."
"Orang ini sudah menembus 10 level!"
"Tak hanya Fang Ping, pemuda itu menatap Jiang Hao yang juga telah menembus 10 level."
"Lalu memandang Hong Yu yang sudah menembus 7 level."
"Raja Kun berhasil 8 level, lebih banyak dari Hong Yu."
"Li Zhu juga 7 level!"
"Feng pun sama!"
"Mereka semua menembus level dengan kecepatan luar biasa, padahal belum lama masuk ke sini."
"Pemuda itu merenung dalam-dalam, haruskah dia turun tangan menghancurkan semua level sekarang?"
"Tidak, level Dewa dan Dou Tian hanya sedikit yang berhasil ditembus."
"Sedikitnya penembus membuat dinding pelindung level semakin kuat, mungkin sulit untuk dibuka."
"Untuk membuka level akhir, menurut perkiraannya, mungkin perlu membuka semua level terlebih dahulu."
"Pemuda itu menoleh lagi ke arah lukisan lain."
"Itu juga menggambarkan aula tertutup."
"Di dalamnya, seorang tua duduk bersila sudah sangat lama."
"Sementara yang lain sibuk menembus level, orang ini diam saja."
"Pemuda itu mengerutkan kening, bergumam: 'Zhen... Apa lagi yang kau rencanakan? Tempat ini... mungkin takkan bisa mencapai Hancur 9!'"
"Mencapai Hancur 9 tidak semudah itu."
"Zhen telah duduk di sana sangat lama, tak pernah mencoba pergi. Apakah dia tahu tak bisa kabur, atau sedang menyusun siasat?"
……
Raja Penahan yang sedang diamati Pemuda.
Saat ini, ia sedang duduk bersila.
Tiba-tiba, Raja Penahan membuka mata, menatap lurus ke depan tanpa bergerak, sudut mulutnya naik sedikit sambil bergumam: "Siapa yang tak tahu malu mengintip Lao Fu? Sudah beberapa kali mencuri pandang, masih terus melihat, tak takut mata anjungmu buta!"
Menghitung waktu, sudah hampir tujuh delapan hari masuk ke sini.
Tak tahu apakah Fang Ping dan kawanannya sudah masuk atau belum, kalau sudah berhasil menghancurkan berapa rintangan.
"Qiong, maukah kau masuk untuk berbincang sebentar?"
Raja Penahan tiba-tiba bangkit dan berteriak keras.
Tak ada jawaban.
"Mengapa terus menjebak Lao Fu? Apakah kau takut aku akan membunuhmu?"
Keheningan.
Raja Penahan menghela napas, berjalan ke sana kemari lalu tiba-tiba menatap ke atap aula.
Tiba-tiba tertawa, Raja Penahan mengeluarkan serpihan kristal dari pelukannya: "Ini proyektor film hasil penelitian terbaru manusia. Tak bosan mengawasi orang tua ini terus?
Barang ini sumber daya berharga, dulu di liang bumi tidak bisa digunakan, menghabiskan sumber daya manusia dan material besar-besaran baru berhasil diteliti.
Sudahlah, kuberikan hadiah ini untukmu. Lao Fu tidak akan menontonnya, nikmatilah!"
Saat mengatakan ini, ia memperbesar kristal dan melemparkannya ke udara, langsung menutupi atap!
……
Persis di momen ini.
Di dalam aula tempat Pemuda berada.
Sebuah lukisan tiba-tiba menampilkan sesuatu yang aneh.
Pemuda menyipitkan matanya, ekspresinya langsung gelap!
Di lukisan itu terpampang dua sosok.
Keduanya pria!
Salah satunya bahkan dalam posisi berlutut!
“Tentu saja, bukan film dewasa yang kusut, pria yang sedang berlutut itu memiliki tiga aksara besar bertuliskan di ubun-ubunnya——pengintip.”
Aksara kuno!
Yang berdiri tampak seperti Raja Penahan, saat ini, dengan suara Plak! sebuah tamparan membuat orang yang berlutut itu terpelanting.
Plak!
Tamparan lagi!
Tamparan sambung menyambung, memukulinya hingga pihak lain terus bersujud memohon.
“Kakek, ampunilah!”
Pemuda itu tak bisa mendengar suara, tapi ada teks pendamping.
Ya, dilengkapi dengan aksara.
Teknologi tinggi!
Yang dikeluarkan Raja Penahan itu bisa memutar film Bumi, juga bisa memasukkan kekuatan sendiri untuk berubah ilusi, Raja Penahan tidak terjun ke industri film sungguh suatu pemborosan.
“Siapa kakekmu? Tian Gou lah kakekmu!”
Di kepala Raja Penahan muncul sederet aksara, versi film bisu dengan teks pendamping.
Plak!
Sebuah tendangan mengubah pihak lawan menjadi kepala babi.
Bruk... bruk... bruk, pukulan membabi buta membuat orang yang berlutut itu menangis tersedu-sedu.
Lukisan terus memvisualisasikan semua ini.
Semakin dilihat, Pemuda itu semakin gelisah!
Penemuan beberapa petunjuk oleh Raja tidak mengejutkannya.
Tapi... orang ini terlalu tak ada kerjaan, ya?
Perlukah segininya?
“Tak berarti!”
Pemuda itu mendengus dingin, hendak menonaktifkan layar ini. Setelah berpikir, akhirnya tidak jadi. Jika benar dimatikan, Raja mungkin melakukan sesuatu yang tak ia ketahui.
Pemuda tak mematikan, lukisan terus berlanjut.
Dari pukulan brutal di awal, hingga kemudian dimasukkan ke lubang kotoran, digigit anjing, ditunggangi babi... Semua kejadian aneh ada.
Belum cukup, tak lama kemudian muncul sekelompok pria mesum dalam lukisan.
Tertulis beberapa nama...
Penjaga Laut - Kun Peng, bertubuh besar!
Putra Kaisar Bumi - Hong Kun, berpostur atletis!
……
Manusia atau siluman ini berubah menjadi pria mesum, mulai menganiaya orang yang terhempas berlutut...
Sang Pemuda merasa harus membunuh Zhen!
Dasar, apa yang dipikirkan orang ini?
Hidup ribuan tahun tapi masih kekanak-kanakan, membosankan, mesum, dan... keterlaluan!
Meski dalam lukisan, pengintip tak berwajah ini, Raja Penahan tak tahu apakah itu Dewa atau orang lain, tapi tetap memuakkan.
Tiba-tiba... adegan tak senonoh muncul di layar.
Wajah Pemuda menghitam, tua-tua berusia puluhan ribu tahun masih menggunakan trik kotor seperti ini, benar-benar di luar dugaan!
Catatan kotor dengan aksara kuno terus bermunculan.
Pemuda tak tahan lagi, mendengus lalu mengayunkan tangan membuat layar gelap.
Sudah tak bisa ditonton lagi!
Andai Raja Penahan bermeditasi ratusan tahun, Pemuda masih bisa sabar menunggu.
Tapi terus melihat adegan seperti ini benar-benar tak tertahankan.
Memuakkan!
……
Di aula utama Dewa.
Raja Penahan bersiul riang, suasana hatinya baik.
"Masih mau mengintip? Lao Fu masih punya yang lebih bagus, film dewasa eksklusif yang belum diputar!"
Raja Penahan terkikik sambil berkata: "Misalnya Kun Peng berubah wujud, Penguasa Binatang berubah wujud, belum mulai semuanya, harapanmu bisa terus menonton."
Raja Penahan mengusap jenggot di dagunya, bergumam: "Sembilan Penguasa dan Empat Dewa dievolusikan semua? Tidak bisa, Ratu Ling lupakan saja, ini keuntunganmu! Bangsa monster memang bisa dievolusi semua, biar kau lihat."
Raja Penahan tertawa mesum, tapi cepat kembali ke wujud sesepuh bijak yang tidak tersenyum.
Lao Fu ini orang yang sopan!
Ini orang lain yang mengintip duluan, kalo nggak, sesepuh bijak seperti Lao Fu ini tidak akan melakukan hal seperti ini.
Perasaan diawasi itu berkurang banyak.
Raja Penahan kembali tertawa, tampaknya pengintip itu sudah melihat lukisan, dan sekarang tidak mau melihat lagi.
Raja Penahan kontemplasi sejenak, mulai berjalan mondar-mandir di dalam aula.
Di sini mengutak-atik, di sana mengutak-atik.
Tak lama, Raja Penahan terengah-engah sambil tersenyum sinis: "Semakin menghibur, harapannya ada manfaatnya!"
Setelah dipikir, kembali menatap gerbang utama aula: "Qiong, ada di situ? Kalau ada, lepaskan aku keluar untuk ngobrol, kalau tidak kulepas sendiri!"
"Benar tidak dilepas? Tidak dilepas aku keluar sendiri!"
Raja Penahan tertawa pendek, melangkah menuju gerbang utama. Pintu aula tertutup rapat, kekuatan aturan memenuhi, sangat kuat!
Raja Penahan menyapu pandangan, berkata sambil tertawa: "Kekuatan aturan di daerah ini, terkumpul semua padaku, sungguh menghormati Lao Fu! Katanya kau, ngapain mengurung Lao Fu? Sampai sekarang aku belum sempat menjelajahi tempat lain."
Sambil berbicara, Raja Penahan mengusap lembut pintu aula dengan tangannya.
Energi abu-abu menyebar, perlahan menggerogoti kekuatan aturan tersebut.
Perlahan-lahan, kekuatan aturan mulai tercerai-berai.
Raja Penahan tersenyum sumringah: "Kekuatan yang cukup tangguh, memang cocok untuk mengurung Hong Kun dan kawan-kawannya. Tapi... Lao Fu bukan Hong Kun."
Tak lama kemudian, energi di gerbang mulai meredup.
Kekuatan aturan langsung musnah dalam jumlah besar!
Raja Penahan dengan santai menembus pintu aula, menyusup keluar. Di saat bersamaan, di dalam aula muncul sosok Raja Penahan lain yang sedang duduk bersila bermeditasi.
Dengan senyuman lebar, Raja Penahan merobek udara dengan satu tangan. Jalinan kekuatan aturan berhamburan mendekat saat ia mulai memperbaiki gerbang yang baru saja ditembus.
Seketika, gerbang tertutup rapat seperti semula.
Di luar pintu aula, Raja Penahan mengusap dagunya dengan puas, tertawa: "Lumayan, kemampuan palsu ini tidak kalah dengan si pembuat dewa itu!"
Tiba-tiba wujudnya berubah, dalam sekejap mata berubah menjadi orang asing.
Tunggu, bukan orang asing - ini Qiong!
Wujud Dewa Kaisar!
Raja Penahan sangat puas. Auranya bergetar sesaat, tiba-tiba terasa aneh.
"Saksikan Sihir Pengaburanku!"
Suara rendah bergema, di luar tubuh Raja Penahan muncul banyak aturan yang memenuhi sekeliling, energi semakin kabur.
Saat itulah Raja Penahan berjalan menuju aula lain di depannya, sambil berkata dingin: "Bandut lancang, berani menyamar sebagai Sang Kaisar, bersiaplah mati!"
Di aula depan, bayangan manusia perlahan muncul.
Wajahnya persis Raja Penahan, hanya pakaian yang berbeda.
Sekejap mata, pakaian Raja Penahan berubah.
Setelah berpikir, ia tertawa: "Masih kurang greget, kau ilmuwan penelitian, aku prajurit - tidak bisa, harus kuubah!"
Usai bicara, wujud Raja Penahan tak berubah, namun auranya berubah seketika.
Dinginnya sebelumnya kini bercampur kelembutan, aura sastrawan dengan kesopanan memancar.
Bak guru mengaji, Raja Penahan menyilangkan tangan di belakang, suaranya berubah halus: "Menyamar sebagai Sang Kaisar tak ada untungnya, buat apa!"
Di seberang, Dewa menatapnya lalu berbisik: "Penahan, sudah lama kita tak bertemu..."
"Penahan, sudah lama kita tak bertemu."
Raja Penahan menirukan kalimat itu. Dewa kembali menghela napas, diikuti Raja Penahan yang kemudian tertawa: "Jangan, terlalu lama pisah sampai lupa kebiasaanmu. Ayo, bicara lebih banyak lagi biar kuperhatikan. Ngomong-ngomong, kau kan Pamanku Guru, bertahun-tahun tak peduli padaku, benar-benar tidak baik!"
Raja Penahan cerewet berkata: "Guru tidak akan kau bunuh, kan? Lupakan, si tua-tua juga tidak lemah, kau belum tentu punya kemampuan itu. Kalian orang-orang ini, misterius sekali, aku juga tidak mau ikut campur. Tapi..."
Raja Penahan kembali menghela nafas berkata: "Tapi tidak bisakah kalian memberitahuku sedikit sesuatu? Memberikan keuntungan padaku? Kita semua keluarga sendiri, masih pelit begini, tidak bisa diajak bicara!"
Raja Penahan menggelengkan kepala: "Sudahlah, berhenti bicara omong kosong! Hal-hal yang kau katakan belum tentu berguna, proyeksimu ini sepertinya terkikis sebagian, jangan-jangan memorimu dihapus? Siapa yang melakukannya?"
"Aku mencium bau ini... agak familiar, rupanya bukan kau yang mengintipiku, ini... bau pohon yang kau tanam itu?"
"Pohon itu mengintipiku?"
Raja Penahan mengusap dagu, segera meninggalkan gerakan ini, kebiasaan buruk ini pasti dipengaruhi Zhang Tao dan Fang Ping.
Melepaskan tangan, kedua tangan kembali disilangkan di punggung, Raja Penahan bergumam: "Pohon itu saja sudah sekuat ini, benar-benar tidak adil! Kau ini, berikan sedikit keuntungan padaku, jika aku jadi penguasa tunggal, mana mungkin aku melupakanmu? Tapi kau tetap tidak mau... sudahlah, kubunuh kau saja, aku akan menggantikanmu.
Wah, di kepalamu masih terhubung dengan aturan?
Kalau begitu, kau masih punya peran lain?"
Raja Penahan terus menerus berceloteh, sang Dewa di seberang tidak berkata apa-apa lagi, telapak tangannya mengumpulkan aturan dalam jumlah besar, menghantam ke arahnya.
Raja Penahan meniru persis, juga mengirimkan telapak tangan.
Telapak tangan yang dikirimkannya juga mengandung aturan.
"Tapi Raja Penahan masih protes: 'Kekuatan yang cukup hebat, aku agak kesulitan mengendalikan, menekan kekuatan sendiri, memaksa berubah jadi kekuatan ini... Lupakan, yang penting cukup. Di luar ada aturan, di dalam pakai kekuatanku saja. Lagi pula orang-orang itu bodoh, tidak akan tahu.' Raja Penahan tersenyum sumringah: 'Menerobos level ya... Pasti ada banyak level. Level ini cepat atau lambat akan kedatangan tamu. Apa Lao Fu harus bikin rintangan buat mereka?'"
"'Misalnya, suruh cerita soal ngompol waktu kecil, jelasin detail prosesnya, baru aku kasih lewat?'"
Setelah bercanda Haha hihi, Raja Penahan dan Sang Dewa langsung bertarung lebih dari seribu jurus.
Gerakan Raja Penahan semakin mirip dengannya. Melihat situasi sudah cukup, Raja Penahan tak lagi buang waktu, tangan besarnya langsung mencengkeram Sang Dewa!
Sang Dewa baru hendak menghindar, Raja Penahan tertawa: "Ayo, cicipilah Qian Kun dalam lengan baju!"
Tangan diayunkan, langit dan bumi berguncang.
Hari menjadi gelap!
Gedebuk!
Area tempat Sang Dewa berada langsung diselimuti kegelapan.
Sekejap, Sang Dewa menghilang.
Raja Penahan menggoyangkan lengan bajunya sambil tertawa: "Dewa Zhen Yuanzi datang! Ehem, Sang Kaisar adalah Qiong. Tahanlah sebentar dalam lengan bajuku. Ngomong-ngomong, jurus ini lumayan efektif. Ternyata harus sering baca novel biar dapat ide kreatif."
Penangkapan Sang Dewa oleh Raja Penahan terlihat sangat mudah.
Tanpa bicara lagi, Raja Penahan dengan kedua tangan di belakang punggung, melangkah masuk ke aula utama tempat Sang Dewa tadi muncul.
"Gerakan, bentuk, sikap resmi, persis seperti Dewa sebelumnya."
"Batas ini, sekarang dia yang mengawasi."
"Si pengintip itu seharusnya adalah pohon itu."
"Si itu mungkin berada di batas lain... Tunggu saja, Lao Fu pasti masih dibutuhkan."
Raja Penahan merenung sambil memandang arah aula tempatnya sebelumnya. Saat ini, angkasa di sana tampak berubah - tentakel tipis nyaris tak terlihat merambat keluar dari kehampaan.
Sekejap mata, tentakel itu menghilang.
Di aula tempat Pemuda berada, lukisan Raja Penahan yang sedang bermeditasi muncul kembali.
Tak hanya itu, Raja Penahan dalam lukisan itu menatap ke atas dan membuat gerakan jari tengah yang sangat hidup.
"Menghibur! Benar-benar menembus batas ini. Rupanya selama ini dia sudah menguasai aturan di sini dengan baik, kekuatannya luar biasa!"
Raja Penahan hendak mengusap dagu, tapi urung dan kembali merenung.
"Apa kali ini aku bisa dapat keuntungan?"
"Juga, jangan sampai ada yang menyelamatkan tubuh palsuku yang terperangkap itu."
"Fang Ping dan Pembuat Dewa - kalian berdua jangan mencoba menyelamatkanku! Biarkan aku terperangkap sampai mati, aku tak keberatan."
……
Persis ketika Raja Penahan dengan mudah mengumpulkan Dewa...
Yang lain juga bergerak.
Di batas Penguasa Tunggal, setelah mengirimkan seorang penembus batas, dia mengayunkan tangan dan memaksa menutup penghubung.
"Batas ini ditutup untuk tamu!"
"Penguasa tunggal manusia" memandang aturan yang terkondensasi di atasnya, mengerutkan alis tipis, tetap tak bergerak. Meski telah merusak aturan, dia hanya menutup Penghubung, bukan melarang orang menembus batas.
Kalau mampu, silakan Anda masuk ke sini dan coba tembus!
……
Batas Spiritual Ratu Ling.
Ratu Ling menyeret mayat anjing, melirik langit, berpikir sejenak, lalu membuka Penghubung dan menendang mayat itu masuk.
"Guk!"
"Istri jahat! Lain kali akan kugigit sampai mati! Kali ini Aku mengampunimu!"
Tian Gou meraung, seolah mayat tadi bukan dirinya.
Kini Tian Gou kembali bersikap sombong, "Buktinya tetap harus melewatkan Aku! Kira Aku kalah? Hanya ingin cepat lulus dan sengaja mengalah! Berani bertarung 300 ronde lagi..."
Bruk!
Penghubung tertutup. Tian Gou jatuh ke tanah.
Ratu Ling memancarkan hawa dingin dari seluruh tubuh!
Anjing ini pantas dibunuh!
Tian Gou melotot, mata dan wajahnya membeku.
Kenapa?
Kenapa kenapa!
Bukannya sudah pergi?
Kok kembali lagi!
Di samping, Kucing Ketiga menutupi mata dengan cakar pendeknya. Tidak tega melihat. Anjing besar malang. Sudah diantar pergi, mestinya langsung pergi. Hancur, kali ini benar-benar akan jadi mayat.
"Guk!"
Raungan pilu terdengar. Tian Gou hampir gila, ini tidak seharusnya!
……
Batas Kaisar Perang.
Kaisar Perang muncul kembali, memegang Kucing Kedua di tangan dengan wajah tersakiti.
“Kaisar Perang bergumam, ‘Jangan lagi merusak aturan untuk merampok kekuatan Bibit, kucing bodoh ini! Bibit sudah mulai curiga, aku pun tidak bisa menipu lebih lama. Kekuatan Bibit hanya kautukar dengan camilan tak berguna… Aduh!’”
“Kucing kedua mempertaruhkan nyawa mencuri ikan-ikan kecil. Andai bukan karena diam-diam menghancurkan aturan, pasti sudah dibunuh.”
“Masih saja mencuri! Curi lalu menukarnya dengan makanan!”
“Sungguh bodoh!”
“Meong!”
“Meraung apa? Setelah ini, kau harus menghilang! Tapi memang, jadi kucing kenyang sebelum mati sepertinya ide bagus.”
“Meong!”
“Enak sekali?”
“Kaisar Perang tiba-tiba tersenyum, mengambil sekantong camilan dari cakar Kucing Liar. ‘Kau memang kucing cerdik, tahu menyuapku. Aku cicipi dulu, setelah bertahun-tahun… mungkin inilah kesempatan makan kebenaran.’”
“Membuka kemasan, mengambil sepotong keripik kentang, lalu memasukkannya ke mulut.”
“Mengunyah perlahan, tiba-tiba matanya berkaca-kaca. ‘Justru kau si bodoh ini yang paham beli hati orang. Pergilah! Jangan mencuri berlebihan. Sedikit aturan takkan menggangguku!’”
“Meong!”
“Kucing kedua menerobos udara, merobek angkasa, lalu menghilang seketika.”
“Kaisar Perang menengadah ke langit, tersenyum sinis. Sungguh ingin keluar melihat dunia lagi!”
“Sayang, mungkin takkan ada kesempatan lagi.”
“Di sampingnya, muncul sosok seperti anak kecil berteriak, ‘Baca buku yang benar!’”
"Roarrr!" Setelah meneriakkan itu, bocah itu menangis tersedu-sedu. "Tuan, biarkan mereka pergi! Kekuatan aturan terkikis, tempat ini tidak aman lagi!"
"Bocah bodoh!"
Kaisar Perang tersenyum sinis. "Pada dasarnya kami sudah mati, mana ada yang namanya keamanan. Biarkan mereka belajar, wariskan teknik bela diriku. Saat hidup tak perlu terkenal, setelah mati tinggalkan sedikit nama... Cukup untuk membenarkan hidupku di dunia ini."
"Tuan..."
"Setelah ini, pergilah! Pergi dengan hidup... Usiamu tak lama lagi. Sudah menemani aku sia-sia selama puluhan ribu tahun di sini... Aduh!"
Sekali lagi dia menghela napas. Kaisar Perang menatap langit. "Kali ini aku akan merebutkanmu beberapa peluang. Di luar sana, banyak lihat, sedikit bicara. Jangan mudah memihak, jangan percaya mereka... Sudah cukup menemani aku puluhan ribu tahun."
Bocah penjaga buku terisak tanpa kata. Suara Kaisar Perang semakin lirih. "Aku akan membuatkanmu kesempatan. Berpura-puralah baru bangkit di tiga alam. Ingat, sampai momen terakhir jangan tunjukkan kekuatanmu..."
"Tuan!"
Bocah itu tersedu. "Aku ingin membalas dendam untukmu!"
"Balas dendam?"
"Pertumpahan darah ini sudah tak ada artinya lagi. Lagipula... Kau takkan sanggup."
"Kalau... kalau begitu, apakah Tuan punya wasiat terakhir?"
Bocah itu semakin larut dalam kesedihan.
"Wasiat..."
Kaisar Perang terdiam lama. Tiba-tiba ia tersenyum. "Pergi lihatlah penerus warisan inti kekuatanku. Kalau malas belajar, kunci dia di sekolah! Baca buku usang sepuluh ribu jilid, baru boleh pergi!"
Kaisar Perang tertawa, senyumnya cerah bagai mentari.
Bocah itu kembali terisak.
"Saat itu, di langit, seekor kucing jatuh. Dewa Perang dengan blak-blakan menyambutnya, kekuatan meledak, aturan musnah total."
"Di tangan Kucing kedua, tergenggam segumpal besar kehidupan."
"Meong!"
"Dewa Perang tersenyum kecut lagi, 'Jangan pergi. Kalau ingin menukar makanan enak, tunggu beberapa hari lagi. Kalau pergi sekarang, aku tak bisa melindungimu!'"
"Meong, kalau Kucing Liar pergi bagaimana?"
"Kucing kedua berhenti mengeong dan mulai berbicara."
"Kucing bodoh, dia masih ingin menukar ikanmu. Kalau kau yang menukar, pasti dia mau."
"Dewa Perang tersenyum sambil melemparkan Kucing kedua lalu melangkah pergi, menginspeksi sekolah yang juga hampir musnah total."
"Sedikit menyesal!"
"Di belakang, air mata anak-anak menetes jatuh, menabrak tanah."
"Melihat itu, Kucing kedua mengulurkan sekantong keripik sambil mengeong: 'Enak, enak! Si Pendek, kalau keluar jangan lupa merawat Kucing Liar ya! Kata dia banyak yang mengganggunya, penjahat di mana-mana!'"
"Anak itu menerima keripik dengan senyum pahit, bertanya lembut: 'Tuan bilang kau suka membeli hati orang. Kau benar-benar mempraktikkan ilmunya. Cuma sekantong makanan mau menyuapku?'"
"Meong!"
"Wajah Kucing kedua putus asa, 'Kucing ini juga sudah habis, tinggal beberapa kantong. Kau masih mau juga?'"
"Tak usah, simpan saja untukmu sendiri."
"Anak itu tersenyum, tak lagi sedih. Membuka kemasan dan mengeluarkan keripik untuk dikunyah perlahan, persis seperti Dewa Perang sebelumnya."
"Dewa Perang tak bisa merasakan rasa, tapi dia bisa merasakannya."
"Makan sambil makan, semakin getir."
"Air mata, kembali menetes."
Kucing kedua memandangnya dengan heran, mengeluarkan suara "Meong", lalu bergumam: "Makanan enak sampai menangis, pasti harus merawat kucing liar dengan baik!"
"Akan... akan!"
Anak-anak mengangguk dengan senyuman lebar, air menguap dari matanya, "Kantong makananmu ini telah menyuapku! Kucing Liar..."
"Panggil aku Kucing Kedua. Jika kucing liar datang, aku bukan Kucing Liar lagi."
"Kamu ini..."
Anak itu tersenyum sinis, "Kucing Kedua... mau ikut aku keluar?"
"Tidak mau..."
Kucing kedua melesat keluar, pantat gemuknya bergoyang-goyang, bergumam: "Kucing liar sudah ada di luar, tidak usah keluar! Guru yang mengajar akan mati, lebih baik kucing ini ikut dia ke dunia lain untuk makan makanan enak!"
"Detik detik..."
Air mata anak itu kembali meluncur, apakah akhirnya tak bisa menghindari hari ini?
Di depan, Kaisar Perang tersenyum saat berpatroli di sekolah. Di belakang, seekor kucing melompat-lompat gembira. Hanya dia yang tetap tak memahami hidup dan mati.
