Zhang Wu Kembali!
Fang Ping menguasai liang bumi, tak ada yang berani menghalangi.
Ini adalah sebuah penanda!
Titik balik besar!
Musuh besar manusia, liang bumi, benar-benar kalah dari umat manusia.
Sebelumnya, meski Raja Penahan kuat, meski Fang Ping perkasa, meski Raja Militer hebat...
Liang bumi belum pernah kalah!
Liang bumi menghimpun Gereja Dewa, kerajaan siluman, merayu Feng, semua ini menunjukkan niat untuk terus melawan manusia.
Tapi hari ini, banyak yang menembus Delapan hanya bisa menyaksikan Fang Ping berkuasa di liang bumi tanpa ada yang berani kembali.
Kalah perang!
Kalah tanpa bertempur!
Fang Ping tak berhenti sampai di sini.
Ia masih ingat perkataan Zhang Tao dulu: "Akan datang hari pembalasan!"
Saat pembalasan pasti tiba!
Hari ini, Fang Ping yang telah menggenggam golok takkan berhenti separuh jalan.
Sambil menyambut Zhang Wu, suara Fang Ping menggema ke empat penjuru:
"Semua legiun manusia, masuk ke liang bumi, musnahkan domain luar! Balas dendam berdarah, kalian yang harus tunaikan!"
"Jutaan arwah manusia harus dibayar liang bumi seribu kali lipat!"
"Bunuh!"
Teriakan menggelegar memenuhi langit dan bumi.
Fang Ping tak berhenti!
Pembalasan untuk liang bumi!
108 domain luar telah menjadi kuburan bagi terlalu banyak pahlawan manusia.
Haruskah ini dibiarkan?
Mustahil!
Terlalu banyak yang gugur di liang bumi, berapa banyak kenalan yang hilang dalam tiga tahun terakhir?
"Rektor Tua, Huang Jing, Master Fan, Guo Sheng si Gendut, Jin Lei, Xie Ziwei, leluhur keluarga Chen……"
Satu per satu gambaran terpampang di benak Fang Ping.
Wajah-wajah familiar bermunculan di hadapannya.
Pertempuran Tiannan, Pertempuran Nanjiang, Perang Pintu Langit, Pertempuran Kota Iblis, pertarungan di Tanah Pertempuran Raja, pertempuran Makam Langit palsu……
Berapa banyak nyawa melayang dalam pertempuran-pertempuran besar ini?
Tiga tahun berperang tiada henti, pembunuhan tak terhitung.
Tapi kenalan di sekitarku sepertinya berkurang.
Master-master generasi tua juga semakin jarang terlihat.
Mereka gugur di tanah asing!
Mana mungkin Fang Ping melupakan ini begitu saja!
Setelah hari ini, umat manusia mungkin akan fokus pada latihan, menunggu hancurnya dinding domain dan datangnya pertempuran besar. Pertempuran dengan liang bumi akan berkurang, mana mungkin Fang Ping meninggalkan pikiran balas dendamnya.
……
Setiap penghubung, setiap domain luar, saat ini dibanjiri petarung.
Pasukan-pasukan petarung militer dikerahkan, memasuki liang bumi.
Pasukan Bela Diri Kota Iblis, Pasukan Penjaga Negara, Pasukan Bintang Jatuh, Pasukan Wu'an……
Pasukan petarung militer dalam jumlah besar menembus liang bumi!
Saat ini, energi vital ribuan orang mendidih, darah muda bergolak!
Saatnya membalas dendam telah tiba!
Saat pembalasan telah datang!
Wilayah Selatan.
Chen Jiasheng, ketua rombongan baru, kini menangis tersedu-sedu: "Saat balas dendam tiba!"
Seluruh anggota keluarga Chen kecuali dirinya gugur di tanah asing. Hari ini, tibalah hari pembalasan.
"Pasukan Donglin, ikuti aku Bunuh!"
“Seruan merobek tenggorokan menggema! Chen Jiasheng membawa kait ganda, memimpin ribuan petarung bagaikan jagoan. Gumpalan darah mengapung di udara, dengan cepat menerjang sisa kerajaan di Wilayah Selatan!”
“Saat ini, para pejuang liang bumi masih terguncang oleh Fang Ping.”
“Namun menghadapi krisis hidup-mati, mereka tak lagi peduli. Dari liang bumi, muncul pejuang yang mendesis meraung.”
“Bunuh!”
“Bunuh!”
“Bunuh!”
“……”
“Pekik perang yang menggelegar menggema!”
“Darah, daging, anggota tubuh terpenggal...”
“Kedua pasukan bertubrukan. Kekacauan melanda pertahanan liang bumi, sama sekali tak mampu menyaingi manusia.”
“Kekuatan manusia melonjak. Dengan dukungan Raja Manusia, getaran kekuatan mereka mengguncang empat penjuru.”
“Para Raja liang bumi masih berdiam di lautan, tak berani kembali. Bagaimana mungkin melawan?”
“Pertempuran besar pun meletus!”
“Jutaan petarung menerobos liang bumi dari segala penjuru.”
“Utang darah harus dibayar dengan darah!”
“Selama 100 tahun berperang, puluhan juta nyawa manusia melayang.”
“Hari ini saatnya pembalasan!”
……
“Para master senior berlumuran darah dalam peperangan.”
“Fang Ping melihat jagoan Universitas Iblis, petarung kampus, para master legendaris.”
“Tak ada rasa malu membully yang lemah.”
“Hanya ada kepuasan tak terperi membalas dendam dengan membantai musuh!”
Banyak Level Puncak yang ikut bertarung, bahkan ada level Dewa yang terlibat.
Keunggulan mutlak!
Tapi, siapa yang berani menghalangi?
Siapa yang bisa menghalangi?
Fang Ping bahkan mengacungkan jari tengah ke arah lautan, "Coba halangi kalau berani!"
……
"Tolong!"
"Raja, di mana Sang Raja??"
"Kerajaan Langit telah meninggalkan kita!"
"Li Zhu, kau akan mati mengenaskan!"
"Hong Yu, kami akan menunggu kalian di bawah tanah!"
“……”
Raungan pilu bahkan bergema hingga ke lautan.
Saat ini, di tengah lautan, wajah Li Zhu terlihat pucat dengan sorot mata yang keruh.
Dialah Raja Liang Bumi!
Ya, memang dia.
Satu-satunya Raja!
Hong Yu dan yang lain tak layak disebut demikian.
Dia petarung asli liang bumi, penguasa Kerajaan Tumbuhan Surgawi, sang Raja Liang Bumi.
Tapi kini... Dia hanya bisa menyaksikan pembantaian petarung liang bumi oleh manusia.
Benar, pembantaian!
Dengan Fang Ping yang mengawasi, para petarung level tinggi tak berani turun tangan. Jumlah praktisi bela diri manusia tak terhitung, bagaimana mungkin ditandingi?
Ribuan petarung telah disingkirkan.
Domain luar telah berubah merah darah.
Tiba-tiba, seseorang menerobos udara mendekat - Raja Kerajaan Takdir Surgawi, Ji Hong, datang dengan tubuh berlumuran darah dan berteriak pilu: "Raja Li, Benua Dewa akan musnah, apakah Sang Raja benar-benar tak mau menyelamatkan?"
Ekspresi rumit muncul di wajah Li Zhu. Menyelamatkan... Bagaimana caranya!
Melihat semua yang hadir diam, Ji Hong menunjukkan wajah penuh keputusasaan.
"Ayahku Raja Perintah bertarung untuk Benua Dewa sampai akhir hayat!"
"Ayah kandungku, Qi Huanyu, bertempur untuk Benua Dewa sampai napas terakhir!"
"Keluarga Ji lahir di Benua Dewa, dan akan mati untuk Benua Dewa!"
"Li Zhu, Anda kalah dari ayahku!"
Ji Hong meraung, "Anda kalah dari ayahku!"
Baik Raja Perintah maupun Qi Huanyu, Anda tetap kalah!
Ji Hong berbalik tubuh terbang kembali, suaranya menggema ke empat penjuru, "Pasukan Takdir, ikuti aku berperang!"
Gedebuk!
Pasukan demi pasukan berbaris keluar dari Zona Terlarang!
Manusia hanya melakukan pembantaian di domain luar, belum memasuki zona terlarang.
Namun, Ji Hong tahu itu hanya masalah waktu.
Domain luar juga termasuk Benua Dewa!
Jika tidak bertarung hari ini, Benua Dewa akan binasa total!
Sepanjang hidupnya, Raja Perintah selalu bermimpi menyatukan liang bumi, memimpin liang bumi menembus Tanah Kebangkitan, menjadi Penguasa Tiga Alam!
Sayangnya, kekuatan Raja Perintah terlalu lemah, wawasannya sempit, pengetahuannya terbatas.
Dalam Pertempuran Tanah Raja di Wangting, dia dieksekusi oleh Fang Ping dan Zhang Tao yang bersekutu.
Tapi Raja Perintah telah berperang seumur hidupnya, Kerajaan Takdir Surgawi pun menjadi kekuatan terkuat di liang bumi di tangannya!
Adapun Li Zhu... apa dia? Sembunyi kekuatan sampai akhir, tetap saja hanya semut!
Zirah muncul di tubuh Ji Hong, tombak panjang di genggaman, dia segera terbang kembali ke Gunung Penjagal. Di belakangnya, puluhan ribu pasukan telah berkumpul.
Ji Hong meraung, "Ikuti aku berperang! Li Zhu tidak layak jadi Raja Benua Dewa. Hari ini Kerajaan Takdir kami memberontak dari Kerajaan Langit, bunuh!"
Gedebuk!
Pasukan bergerak. Di depan, legiun Universitas Bela Diri Kota Iblis dengan cepat menerjang.
Dua pasukan berhadapan. Sekejap mata, Pejuang Kasta Sembilan keluar bertarung!
Banyak! Sangat banyak!
Di pihak liang bumi, juga ada petarung. Dalam Pasukan Takdir, Ji Yao juga hadir. Saat ini, dia mengenakan zirah dan memegang pedang panjang, menerobos masuk!
Keluarga Ji bukanlah Li Zhu.
Li Zhu, salah satu penguasa tertinggi tiga alam. Dia ingin menjadi penguasa tunggal, ingin melampaui segalanya.
Sedangkan Keluarga Ji bertujuan untuk menyatukan liang bumi!
Mereka adalah raja liang bumi!
Li Zhu, dia bukan!
Kedua pihak baru saja kontak, sekejap mata, banyak bangkai berjatuhan.
Ji Yao dan Ji Hong kini telah mencapai level Dewa. Di pihak manusia, banyak pejuang Level Puncak, ada juga beberapa yang level Dewa.
Saat ini, pekik perang mengguncang langit.
Di daerah lain terjadi pembantaian, tapi di sini justru meletus pertempuran besar yang mengerikan!
……
Gunung Penjagal.
Fang Ping telah tiba.
Saat ini, para praktisi bela diri manusia menatap ke arah sana. Zhang Tao berkata dengan menghela napas: "Keluarga Ji masih punya sedikit darah muda!"
Meski bermusuhan, harus diakui Keluarga Ji masih memiliki keberanian dan semangat.
Li Zhu dan kawan-kawannya tak berani kembali, Pasukan Kerajaan Langit tetap bersembunyi.
Hasilnya, Ji Hong memberontak dari kerajaan langit, memimpin Pasukan Takdir keluar. Kesediaan Pasukan Takdir mengikuti Keluarga Ji membuktikan bahwa anggota keluarga ini punya kemampuan, di momen krusial ini masih ada puluhan ribu pasukan yang mau diperintah mereka.
Kelompok militer lain sudah kacau, tapi Pasukan Takdir masih mempertahankan struktur resmi.
Saat ini, melawan legiun elit Universitas Bela Diri Kota Iblis milik manusia, meski korban berjatuhan, mereka masih bisa melakukan serangan balik dan menyebabkan beberapa korban.
Fang Ping memperhatikan sejenak tanpa ikut campur, lalu berseru pendek: "Selesaikan cepat! Mengepung Pasukan Takdir! Karena Raja Ji ingin kejayaan, aku Fang Ping akan mengabulkan permintaanmu! BUNUH!"
Dari semua penjuru, legiun-legiun besar segera mengeksekusi petarung liang bumi yang sudah kalah.
Tak lama, para pejuang dari berbagai legiun memimpin pasukan mereka menerjang ke wilayah ini.
Kepung dan bantai Pasukan Takdir!
Di medan perang ini, hanya Pasukan Takdir yang masih layak diperangi dan dibantai.
Meski musuh, mereka mengagumi pejuang sekuat ini yang bertarung sampai napas terakhir.
……
Dari fajar hingga senja, pembantaian terus berlangsung.
Distrik Shanghai.
Puluhan ribu pasukan Takdir kini tinggal tersisa kurang dari 10.000 jiwa, terkepung di wilayah bekas Kota Pintu Langit.
Zirah Ji Hong sudah hancur lebur, tombak panjangnya patah.
Sang raja yang sering dianggap sampah ini, hari ini menunjukkan kejayaan yang tak terbayangkan!
Li Zhu, Ji Hong...
Keduanya sering dibandingkan.
Siapapun akan berkata: Ji Hong kalah dari Li Zhu.
Ji Hong hanya mengandalkan Raja Perintah!
Bahkan Ji Hong sendiri mengakui dirinya tak setara Li Zhu, Raja Perintah, apalagi Raja Huai dan yang lain...
Tapi hari ini, tak ada lagi yang berani berkata begitu.
Ji Hong memandang ke sekeliling, hanya menyisakan sisa-sisa pasukan compang-camping.
Di sampingnya, putrinya dengan rambut terurai dan bekas pedang membelah wajah, satu matanya sudah tertusuk dalam pertempuran.
"Ji Hong tangannya gemetar, ingin membelai wajah putrinya, namun akhirnya menyerah dan menurunkan tangannya."
Melihat para praktisi bela diri manusia yang mengepung dari segala penjuru, mata Ji Hong memancarkan ekspresi campur aduk. Meski tahu kekalahan pasti, dia tetap memimpin Pasukan Takdir untuk menyerbu keluar, mengorbankan Pasukan Takdir sekaligus menghancurkan Keluarga Ji!
"Yao'er..."
Memandang putrinya yang diam membisu, suara Ji Hong serak, "Apakah kau membenci Ayahanda?"
Jika Keluarga Ji tidak ikut perang, mungkin manusia takkan menyerang mereka.
Karena Kerajaan Takdir jarang bertempur dengan manusia, yang utama adalah Kerajaan Tumbuhan Surgawi.
Tapi dia tetap turun tangan!
Jika tidak bertindak sekarang, Benua Dewa akan runtuh. Semangat tempur hilang, para petarung tak berani berlatih, pasukan militer enggan bertempur lagi...
Ini bukan Benua Dewa!
Benua Dewa yang dahulu menggertak semua penjuru!
Pasukan Takdir yang dibangun oleh ayah kandungnya Qi Huanyu, akan menjadi tentara sampah.
Karena itu dia menyerbu keluar!
Sekarang, melihat putrinya terluka parah tapi tetap setia melindunginya, Ji Hong tiba-tiba ingin menangis tersedu-sedu.
"Aku memang tak sehebat Ayahanda, tak sebanding Guru Yu!"
Saat mereka masih hidup, setidaknya takkan menjadi beban bagi keturunan.
"Ayahanda..."
Ji Yao yang wajahnya terluka bekas pedang hingga tampak mengerikan, justru terlihat tenang. Senyum tak indahnya merekah, "Ayahanda, Yao'er tidak membenci, juga tidak menyesal!"
"Aku ingin menjadi Ratu Dewi Benua Dewa, satu-satunya ratu dewi!"
"Dulu, aku pernah bilang, aku ingin suatu hari nanti di medan perang, bertarung hingga akhir, masih ada yang menemani di samping!"
"Hari itu, Raja Militer masuk ke domain, bertarung sampai akhir, masih ada yang setia mendampingi... Putri benar-benar iri!"
"Aku meremehkan Li Zhu dan kawan-kawannya! Sekuat apapun mereka? Dalam pertarungan hidup-mati yang pasti berakhir kematian, berapa orang yang mau mengikuti?"
"Tapi Keluarga Ji... punya!"
Energi Ji Yao menyala terang, aura mengintimidasi meledak, teriakan halusnya menggema di sekitar!
"Pasukan Takdir, mau ikut aku dan ayah bertarung sampai titik darah penghabisan?"
"Mau!"
Sisa-sisa pasukan mengaum keras!
Keluarga Ji memperlakukan mereka dengan baik.
Kerajaan Takdir Surgawi juga merupakan yang paling damai dan aman di antara Empat Kerajaan Besar.
Meski kemampuan Ji Hong tidak terlalu hebat, Qi Huanyu ahli dalam mengatur pasukan. Ji Hong sangat mempercayainya tanpa pernah memperlakukan buruk.
Ji Yao dulu arogan, tapi setelah mengalami kegagalan, masuk ke militer untuk berlatih. Ikut bertempur di medan perang melawan bangsa monster, dia pun menjadi perempuan perkasa.
Hari ini, karena sudah keluar dari Zona Terlarang, semua telah siap menghadapi kematian!
"Baik!"
Ji Yao tertawa lepas, saat ini, siapa bilang wanita kalah dari pria!
"Ayahanda, putri akan ikut Ayah berperang. Keluarga Ji tak punya pengecut!"
"Ha ha ha!"
Ji Hong juga tertawa, tombak patahnya menyambar sambil berteriak: "Bunuh!"
Di seberang, ekspresi Wu Kuishan dingin tanpa ampun, membentak: "Bunuh, habisi semua orang!"
Kedua pihak segera bertarung habis-habisan!
Gedebuk!
Satu per satu petarung gugur, anggota tubuh terpotong beterbangan ke segala arah.
Pasukan Takdir yang awalnya kurang dari 10.000 jiwa semakin menyusut.
3000 orang, 2000 orang, 1000 orang...
Pasukan puluhan ribu yang tersisa kurang dari seribu, belum runtuh semangatnya, mengguncang tiga alam.
Adegan seperti ini biasanya hanya terjadi di pihak manusia!
Hari ini, ayah-anak Ji justru memimpin Pasukan Takdir dengan semangat juang.
Liang bumi, orang-orang seperti Li Zhu mempermalukan diri, sementara dua petarung level Dewa menunjukkan kualitas!
……
Di Gunung Penjagal.
Saat ini bahkan Raja Penahan menghela nafas: "Keluarga Ji... cukup mengejutkan! Ji Hong yang dulu hanya sampah ini, tak ada yang mengira akan membuat pilihan seperti ini! Dan Ji Yao yang dulu sering bersaing denganmu, manja dan arogan... hari ini pun perempuan tidak kalah dari pria!"
Ini pujian, Raja Penahan tetap memuji meski lawan adalah musuh.
Meski ayah-anak Ji telah menyebabkan banyak korban di pihak manusia.
Tapi di medan perang, memang seperti inilah adanya.
Ayah-anak Ji hari ini memang pantas membuat mereka tergetar.
Liang bumi yang luas dengan miliaran makhluk, banyak Raja, tapi akhirnya dua Dewa lah yang memimpin puluhan ribu pasukan bertarung sampai akhir melawan manusia.
Entah Li Zhu ini berencana licik atau ketakutan.
Saat ini, Raja Penahan hanya ingin berkata: Tak satu pun pria sejati!
Meski gugur dalam pertempuran, lalu apa?
Di pihak umat manusia, mereka berhasil.
Sedangkan di liang bumi, mereka hanya bisa menyaksikan pasukan elit ini gugur tanpa bergeming. Li Zhu mungkin seorang panglima licik, tapi menurut Raja Penahan hari ini, dia sama sekali bukanlah seorang pemimpin yang pragmatis!
Jika benar seorang pemimpin pragmatis, hari ini dia seharusnya maju dan bertarung!
Bukan hanya berdiam di lautan, membiarkan liang bumi dibantai.
Fang Ping tidak berkata apa-apa. Pandangannya tertuju ke arah Keluarga Ji. Saat ini, Ji Hong dan putrinya terluka parah. Pasukan Takdir di sekitar mereka tersisa kurang dari seratus orang, masih bertempur sampai berlumuran darah.
Tiba-tiba Fang Ping melayang keluar!
Pak Li mengangkat alisnya, mengirim transmisi suara ke Zhang Tao: "Dia ingin menyelamatkan Ji Yao?"
Zhang Tao menggelengkan kepala pelan. Dia tidak tahu.
Tapi tetap berkata: "Sebenarnya tidak masalah jika benar ingin menyelamatkan mereka. Setelah hari ini, pihak liang bumi mungkin akan benar-benar kecewa pada Li Zhu dan kawan-kawan. Di masa depan jika ingin menaklukkan liang bumi, anggota Keluarga Ji bisa jadi kandidat tepat untuk menangkal liang bumi!"
Pak Li berpikir sejenak, mungkin saja.
Tapi... dia agak tidak setuju.
Tentu, apapun yang Fang Ping lakukan, dia akan ikuti. Jika memang ingin menyelamatkan ayah-anak Ji, tidak masalah juga.
……
Boom!
Ledakan diri terakhir Pasukan Takdir menggema!
Pada detik ini, Ji Hong tulang-tulangnya remuk, darah dan dagingnya terkikis habis. Jalan utamanya telah membara sampai ke ujung, mungkin sulit bertahan hidup.
Ji Yao juga terluka sangat parah, jalan utamanya hancur, seluruh tubuh berlumuran darah. Dia menyangga tubuh Ji Hong, mencegahnya jatuh.
Di sekitarnya, Wu Kuishan dan yang lainnya memandangi pasangan ayah-anak Keluarga Ji yang terkepung dengan ekspresi serius.
Meski musuh, meskipun ayah-anak ini telah menyebabkan banyak korban di Universitas Bela Diri Kota Iblis, Wu Kuishan tetap harus mengakui: Pasangan Ji ini adalah pahlawan sejati liang bumi!
Mungkin ambisi kekuasaan mereka terlalu besar, selalu ingin menyatukan liang bumi. Tapi jika Keluarga Ji benar-benar berhasil mempersatukan, mungkin kehidupan di liang bumi akan lebih baik.
Setidaknya...saat menghadapi kehancuran bangsa, para Raja bersedia tampil memimpin, mati bersama negaranya!
"Raja Ji..."
Wu Kuishan menatap Ji Hong, bertanya lembut: "Mengapa Anda harus menonjolkan diri seperti ini?"
Kerajaan Takdir Surgawi bukan target balas dendam utama umat manusia. Fokus utamanya adalah Kerajaan Tumbuhan Surgawi. Jika Ji Hong benar-benar bersembunyi sampai akhir, mungkin dia tidak akan mati.
Tapi hari ini... nasibnya sudah pasti.
"Mengapa harus begitu?"
Ji Hong batuk darah, menopang tubuhnya dengan tombak patah, tersenyum: "Aku adalah Raja Benua Dewa! Ayahku Raja Perintah adalah, aku juga! Keluarga Ji adalah penguasa liang bumi, mana mungkin tidak bertarung!"
"Hari ini...ehem...jika tidak bertarung, semangat Benua Dewa akan tercerai-berai...tidak akan ada masa depan lagi..."
"Dengan bertarung hari ini...biarpun mati...akan ada yang mengingat Keluarga Ji!"
"Seperti umat manusia kalian...pun pernah tertindas. Tapi setiap orang bangkit, setiap orang rela gugur...hingga...mencapai hari ini..."
"Para pendahulu kalian bisa gugur...umat Benua Dewa kami juga bisa!"
Ji Hong tersengal-sengal, tidak lagi memandang Wu Kuishan. Matanya tertuju pada Ji Yao, memancarkan kerinduan yang tertahan.
Wu Kuishan diam. Dengan beberapa pejuang level tinggi, ia mulai menutup lingkaran kepungan.
Kedua orang ini, di saat-saat terakhir sebelum mati, masih bisa meledakkan diri!
Mereka diam tak bergeming, tak mati-mati, hanya untuk menunggu pengepungan, meledakkan diri sendiri, bahkan di ambang kematian tetap ingin menyeret orang lain sebagai batu loncatan.
Tapi ini sudah pasti mustahil!
Di pihak Universitas Bela Diri Kota Iblis, jumlah Level Puncak saja mencapai puluhan, Level Dewa beberapa orang, mana mungkin mereka bisa menandingi!
Tepat di saat ini, kehampaan bereaksi, Fang Ping melayang mendekat.
Melihat kedatangan Fang Ping, Wu Kuishan tertegun sebentar, kenapa Fang Ping datang?
Melihat Ji Yao lagi, Wu Kuishan agak heran, apakah untuk perempuan ini?
Di kerumunan, Chen Yunxi yang seluruh tubuhnya merah menyala juga tak bisa tidak menatap Fang Ping.
Fang Ping tidak menyapa mereka, malah menatap Ji Yao dan berkata lembut: "Ketemu lagi!"
Satu mata Ji Yao sudah buta, mata satunya merah darah. Saat ini, tatapannya pada Fang Ping terlihat linglung.
Pertemuan pertama mereka terjadi di Tanah Pertempuran Raja.
Fang Ping membawa Wang Jinyang dan kawan-kawannya, mengobarkan badai darah di Tanah Pertempuran Raja.
Saat itulah, dia mulai mengenal Fang Ping.
Hingga kini dia tak bisa melupakan betapa kejamnya pria ini di momen itu - menyandera dirinya untuk memeras Feng Miesheng dan kawan-kawan, memotong lengannya, merampas cincin penyimpanannya.
Setelah itu, kontak mereka semakin sering.
Masih di Tanah Pertempuran Raja, dia menyamar sebagai Feng Miesheng. Ji Yao berencana menghabisi mereka sekaligus, namun akhirnya justru bekerja sama mengeksekusi pangeran mahkota lainnya. Dia, Fang Ping, dan trio Hua Yu berkolaborasi, sama-sama ingin menjadi raja bagi masing-masing ras.
Kini, Fang Ping telah menjadi Raja Manusia, Hua Yu sudah lama menyerah, tapi dia tak ingin menyerah, meski tahu itu mustahil.
Sorot matanya tampak linglung sejenak, Ji Yao segera sadar dan menyeringai dingin: "Anda ingin menertawakan saya?"
Dulu, dia bertakhta tinggi di atas singgasana, memiliki kakek Sang Raja Perintah - petarung terkuat tiga alam, didukung Kerajaan Takdir Surgawi. Terhadap Fang Ping, dia memandang dari ketinggian!
Hari ini, dalam keadaan berantakan tak karuan bagaikan pengemis, Fang Ping justru telah mencapai puncak kejayaan, setara dengan para penguasa tunggal.
Apakah Anda ingin menertawakan keadaan saya?
Fang Ping bertanya lembut: "Tak perlu. Mana ada pejuang tiga alam yang tak terlihat konyol di mataku! Tapi kamu... bisa dibilang teman lama saya..."
Fang Ping menatapnya. Di sampingnya, Ji Hong yang ekspresinya berubah-ubah sambil batuk darah berkata: "Raja Manusia, hamba pasti mati! Hamba rela gugur! Tapi... jika umat manusia mau menyisakan Yao'er, saat kemenangan besar tiba, Yao'er bisa menaklukkan pasukan lamanya. Raja bisa mengangkatnya sebagai penguasa Benua Dewa yang sebenarnya boneka manusia... ini akan mempercepat integrasi Benua Dewa ke umat manusia..."
Dia ingin menyelamatkan putrinya!
Di detik-detik terakhir, dia tak tega.
Dirinya mati tak masalah, tapi putrinya masih muda... Dia tak ingin anaknya ikut mati bersamanya.
Ji Yao tiba-tiba berseru pendek: "Ayahanda, saya tak mau!"
"Fang Ping, kau..."
Fang Ping memotongnya dengan tenang: "Aku tak butuh ini. Itu urusan Raja Militer, bukan urusanku! Kalian telah membunuh orang Universitas Iblis - itu membuatmu jadi musuh bebuyutanku!
Aku datang untuk mengantar teman lama dalam perjalanan terakhirnya."
Ji Yao, pertemuan kita adalah sebuah urusan.
Sejak lama, aku ingin membunuhmu... tapi akhirnya tak pernah berhasil, atau memutuskan untuk meninggalkan.
Hari ini kau akan pergi, setelah kupikirkan... mungkin... kau tetap pantas mati di tanganku.
Aku membunuhmu, tidak bisa dianggap sebagai penghinaan."
Ji Yao tiba-tiba tertawa, menatapnya perlahan: "Kau... ingin membunuhku? Tidak takut mencemarkan gelar Raja Manusiamu?"
Dia sudah terluka parah, seorang Dewa level yang terluka berat!
Dalam keadaan terkepung, sama sekali tak punya kekuatan serangan balik, Raja Manusia ingin membunuhnya sendiri!
Dia tidak takut menjadi bahan gunjingan dan kritikan?
Fang Ping berkata dengan serius: "Aku adalah raja iblis, bukan raja manusia! Kau bisa dibilang temanku... temanku tidak banyak, mati satu berkurang satu. Karena sudah sampai seperti ini, kurasa sebaiknya aku yang mengantarmu pergi... Apakah kau rela mati di tangan orang lain?"
Ji Yao kembali tertawa, senyuman di wajah ganasnya justru terlihat sangat mempesona.
"Kau... benar... aku lebih suka mati di tanganmu..."
Ji Yao tertawa, tawanya tanpa alasan jelas. Tiba-tiba melepaskan tangan Ji Hong, melangkah maju selangkah, lalu selangkah lagi, perlahan mendekati Fang Ping.
Fang Ping tak bergeming, membiarkannya mendekat.
Ji Yao menatapnya, mengangkat kepala sambil pandangannya semakin linglung: "Mengapa... kau bukan orang Benua Dewa!"
Penuh penyesalan, penyesalan yang tak terungkap!
Mengapa kau bukan orang Benua Dewa!
Gadis mana yang tak merindukan cinta!
Anak-anak Benua Dewa juga mencintai pahlawan!
"Bisakah... kau memulihkan wajahku?"
Ji Yao menatapnya dengan penuh harap, Fang Ping mengangguk halus, mengulurkan tangan dan dengan lembut mengelus pipinya. Luka di wajahnya seketika menghilang.
Ji Yao mengangkat tangan menyentuh pipinya sendiri, tiba-tiba terlihat gembira, bersemangat, tak lagi membawa aura kematian.
"Fang Ping..."
Menatap ke atas, memandang Fang Ping, sorot matanya memancarkan senyum tipis. Suara lembutnya bergetar: "Tahukah kau... saat namamu mulai terkenal, Wang Zu dan Ayahanda pernah berkata... mungkin kau bisa masuk sebagai menantu Wangting... Aku dengar itu, lalu bertengkar dengan Wang Zu, berselisih dengan Ayahanda... Kukatakan pada mereka, biar mati pun aku tak mau..."
"Tapi... diam-diam aku senang bukan main..."
"Sayang... sayang sekali... Mengapa kau bukan penghuni Benua Dewa..."
Sorot mata Ji Yao berangsur meredup. Tangannya mencengkeram tangan Fang Ping, perlahan, pandangannya benar-benar pudar.
Fang Ping tetap membisu. Memandangi Ji Yao, memandangi Ji Yao yang telah tiada, entah apa yang bergolak dalam benaknya.
Kalian... Mengapa bukan manusia Bumi?
Perang berkecamuk lebih dari seratus tahun! Terlalu banyak nyawa melayang!
Dendam mustahil sirna.
Tak jauh dari sana, air mata merah menetes dari sudut mata Ji Hong. Ia telah merasakannya - sang putri, telah lebih dulu pergi.
"Raja Manusia, kumohon... jaga kerangka utuh Yao'er..."
Ji Hong tersenyum getir. Tiba-tiba ia menoleh ke arah Zona Terlarang. Matanya tak lagi bisa melihat - Gunung Penjagal yang megah telah menghalangi pandangannya.
"Akulah Ji Hong, Raja Takdir Surgawi!"
Gedebuk!
Ledakan dahsyat mengguncang, tak tersisa sepotong tulang pun!
Ji Hong telah meledakkan diri!
“Kreek... kreek...”
Sebuah jeritan terakhir mengguncang empat penjuru. Di langit, seekor phoenix cantik menari-nari, melayang, meratap!
“Kakak Yao... Fengque datang!”
Suara anak perempuan yang masih muda terdengar, penuh semangat, sukacita, dan duka...
Kobaran api yang gemilang mekar di udara. Seekor phoenix membakar dirinya sendiri di langit. Tak ada yang mengantarkan kepergian, biarlah Fengque yang melakukannya!
