Di kehampaan.
Hari ketiga setelah Fang Yuan dan yang lain pergi.
Fang Ping berdiri tegak di kehampaan. Di belakangnya, para praktisi bela diri manusia berjejer.
Di atas, di matahari seolah muncul bayangan figur manusia.
Dewa!
"Fang Ping, bagaimana pertimbanganmu?"
Dewa tersenyum-senyum, "Jangan lakukan hal bodoh. Pilihan sangat penting. Sumber energimu yang kedua, bisakah benar-benar dipertahankan selamanya? Semua tiga alam berjuang untuk bertahan. Aku juga hanya berusaha bertahan... Yang mati hanya beberapa semut, bukan?"
“Semut？”
Fang Ping berkata dingin: "Baik! Jika kau ingin membunuh, ingin memperbaiki sumber energi, bunuh saja petarung liang bumi! Lepaskan jalan harapan petarung manusia kami, aku pasti akan berunding baik-baik denganmu!"
“Fang Ping...”
Dewa keluar dari matahari, wajahnya menampakkan ekspresi penyesalan, "Kenapa kau tak mengerti? Di tiga alam ini, hanya yang kuat yang abadi! Petarung Kasta Sembilan, petarung dewa sejati itu bisa bertahan berapa lama?"
"Ribuan tahun? Sepuluh ribu tahun?"
"Sedangkan kita... bisa bertahan berapa lama?"
Dewa tertawa, "Kita mungkin bisa hidup 100.000 tahun, satu juta tahun, bahkan... abadi tak mati!"
"Aku tidak harus memusnahkan kalian. Jika kalian bersedia mencapai Tao dan intisari jalan cultivation dikendalikan olehku, aku jamin... kalian bisa bertahan hidup."
"Tak akan menggunakan intisari jalan untuk mengancam atau memperbudak kalian. Aku hanya tak ingin sumber energi bermasalah lagi."
Dewa berbisik lembut, "Kali ini jika sumber energi berhasil diperbaiki, kita tak perlu khawatir soal kekuatan inti lagi. Sumber energi bisa ditutup, atau dibuka kembali untuk memunculkan jalan harapan di tiga alam dengan kesempurnaan lebih!"
"Fang Ping, dengan menukar nyawa puluhan juta jiwa ini untuk perdamaian tiga alam, kalian tak mau?"
Suara Dewa menggema ke seluruh tiga alam, "Baik manusia, monster, wilayah bawah tanah, atau Pra-Bela Diri, yang kubutuhkan hanyalah petarung yang sumber immortal-nya terkontrol untuk menyempurnakan sumber energi... membuatnya sempurna tanpa cacat!"
"Bahkan hanya petarung di atas level Kasta Sembilan yang diperlukan, tak sampai puluhan juta jiwa."
"Dengan menukar nyawa sejuta orang untuk perdamaian tiga alam, kalian tak mau?"
"Raja Militer, Raja Manusia... kalian menyebutku egois, tapi pernahkah berpikir apakah yang egois benar-benar aku?"
Dewa berseru lantang: "Jika sumber energi tidak diperbaiki, semakin banyak yang akan mati. Selama sumber energi masih ada, memasuki kekuatan inti tak terhindarkan. Cepat atau lambat, Laut Pahit akan menghancurkan tiga alam."
"Hanya dengan memperbaiki sumber energi, jalan kekuatan inti bisa dibuka bebas, baru bisa menyelesaikan konsekuensi fatal..."
Dewa menghela napas: "Coba kalian tanya pada tiga alam ini, berapa banyak yang mau ikut perang bersama kalian?"
Dewa menyesali: "Kalian sudah mengevakuasi keluarga sendiri, aku sebenarnya tahu, tapi tidak menghalangi. Karena...kita masih bisa berunding. Apakah pembunuhan bahkan kepunahan tiga alam benar-benar yang kalian inginkan?"
Fang Ping dan rombongan sudah mengevakuasi sebagian orang. Dari situ dia paham, kelompok ini mungkin akan memulai perang.
Suara Dewa saat ini menggema di seluruh tiga alam.
Mengumumkan ke tiga alam bahwa ini bukan karena kejamnya dirinya, semua ini dilakukan demi kebaikan tiga alam.
Untuk menciptakan perdamaian tiga alam!
Mengorbankan kurang dari 10 juta petarung demi perdamaian tiga alam, apakah sepadan?
Dewa tersenyum. Hati manusia memang paling sulit ditebak.
Apakah ini sepadan?
"Aku tidak mau mati...jangan...Tuan Dewa, kami tidak mau mati..."
"Tuan Raja Manusia, Jenderal Wu, bukankah kalian manusia selalu berkata semua makhluk setara? Nyawa mereka berharga, nyawa kami juga. Benua tiga alam dengan 10 miliar makhluk. Jika Tuan Dewa bisa memperbaiki sumber energi, mengapa kami harus jadi korban strategi kalian?"
“……”
Teriakan-teriakan penuh kepahitan dan kecaman keras bergema.
Kenapa mereka harus ikut Fang Ping bermain-main?
Lebih baik semua yang di atas level Kasta Sembilan mati semua!
Lagipula Dewa tidak berniat membunuh semua orang!
“Sebelumnya, semua yang hadir merasa diri mereka akan mati, tapi sekarang... mereka melihat kesempatan, melihat harapan.”
“Saat ini, di benua liang bumi, ribuan orang berteriak histeris.”
“Banyak orang berlutut minta ampun, memohon Fang Ping dan rombongan untuk tidak memicu pertempuran dengan Dewa, memohon belas kasihan bagi semua makhluk di tiga alam!”
……
“Dewa tertawa, menatap sinis kelompok di bawahnya.”
“Hati manusia!”
“Inilah hati manusia!”
“Fang Ping, kalian masih belum mengerti?”
Dewa tersenyum sinis, berbicara perlahan: “Yang ingin kalian jaga, di mata orang lain tak berarti! Kalian merasa sedang menyelamatkan dunia, padahal di mata mereka kalianlah iblis perusak dunia.”
Ekspresi Fang Ping tenang, penuh cemooh: “Liang bumi, bukan yang harus kita jaga!”
“Kau pikir tidak ada manusia yang menentang?”
Dewa menggeleng, tangannya mengayun. Sebuah tirai air muncul di depan.
Dalam tirai air, terpantau banyak sosok.
Ada yang menangis pilu, ada yang mengumpat keras.
“Apakah Fang Ping dan Zhang Tao ingin membunuh kita? Apa hubungannya pembunuhan mereka dengan kita...”
Manusia!
Dalam lukisan itu, seorang pria paruh baya mengumpat bahkan berjalan keluar sambil berteriak: “Jangan jadikan kita semua korban para Pejuang ini!”
“Fang Ping, Zhang Tao, inikah manusia yang kalian jaga?”
Dewa tersenyum dingin: “Inikah keyakinan dalam hati kalian? Kekanak-kanakan! Dulu, aku pun pernah berpikir dan bertindak seperti ini. Tapi tahukah kalian?”
Dewa menghela napas: "Lebih dari 30.000 tahun yang lalu, aku menjelajahi benua. Saat itu kekacauan melanda, Dewa Bela Diri dan Dewa Pedang bertarung hingga efeknya menjalar ke Departemen Hari. Departemen Hari punah, yang tersisa tak sampai seratus orang..."
Dewa menggelengkan kepala: "Saat aku buru-buru pulang, semuanya sudah terjadi. Aku menyelamatkan sisa-sisa mereka... Tapi kalian tahu bagaimana mereka memperlakukanku?"
Dewa terdengar sedih: "Mereka mengumpatku, bilang tak seharusnya aku pergi menjelajahi benua. Mereka tersulut amarah padaku, menuduhku pulang terlambat... Inilah suku pedalaman yang kujaga, Departemen Hari yang kuperjuangkan."
"Kalian mengira aku ingin membalas dendam untuk suku..."
Dewa tersenyum sinis sambil menggeleng, "Bukan. Aku hanya tak ingin semua ini terulang kembali! Tiga alam ini sebenarnya tak butuh cinta, tak perlu perlindungan. Semut-semut ini tak layak diperlakukan baik."
"Cukup diberi makan, jangan sampai mati kelaparan."
"Mempelajari jalan pedang, menapaki jalan harapan... Semua ini hak eksklusif kita. Dengan kemampuan apa mereka berani menyalahkan kita setelah menikmati perlindungan kita?"
Dewa tertawa: "Jadi perdamaian sejati di tiga alam ini bukan seperti yang kalian bayangkan. Dewa dan manusia harus dipisahkan! Kita dewa, mereka manusia, semut belaka."
"Saat kita membutuhkan, mereka harus berkorban untuk kita, mati untuk kita."
"Kini kuperlukan mereka untuk memperbaiki sumber energi dan kekuatan intiku. Maka wajib hukumnya mereka melakukannya."
"Sang Dewa tertawa melihat yang hadir di bawah,"Ini baru Jalan Pedang sejati, Jalan Immortal sejati! Tidak perlu semua orang jadi immortal, tidak perlu begitu banyak petarung, begitu banyak pejuang. Hari ini, dengan Jalan Utama orang-orang ini untuk memperbaiki sumber energi, maka ketiga alam akan damai. Kita, tetap menjadi dewa-dewi, bukankah ini baik?"
"Tidak ada petarung yang bisa terbang ke langit dan menyelam ke bumi di mana-mana, hanya kita..."
Sang Dewa memandang hadirin, tersenyum: "Bagaimana menurut kalian?"
Raja Militer dengan ekspresi tenang berkata datar: "Dewa, dengan menampilkan semua ini, apa yang bisa kau wakili?"
Dari puluhan miliar manusia, beberapa individu yang tidak teguh, Zhang Tao sama sekali tidak ambil pusing.
Bahkan dewa sejati pun tak bisa membuat miliaran orang bersatu hati.
Dia bukan dewa!
Zhang Tao juga mengayunkan tangan, memunculkan serangkaian lukisan di depannya.
"Jangan dengarkan brengsek itu menyebarkan hasutan... Kalau tidak ada pejuang level tinggi yang melindungi kita, kita sudah punah!"
"Tidakkah kalian semua lupa, bertahun-tahun ini, bagaimana kita bertahan hidup? Bagaimana bisa hidup sebahagia ini?"
"Jalan Pedang harus diperjuangkan - mati berdiri atau hidup berlutut, mungkin mati berlutut, maukah kalian berlutut?"
“……”
"Bunuh binatang ini..."
Dalam lukisan itu, beberapa veteran bahkan anak-anak sedang memukul pria paruh baya tadi.
Zhang Tao tersenyum tipis: "Dewa, inilah hati manusia! Bukan dengan menciptakan beberapa perkecualian bisa kau putar balik! Hari ini membunuh jutaan petarung, kita tidak halangi, besok yang akan dibantai adalah miliaran makhluk untuk memperbaiki sumber energimu."
Lusa, jika sedang mood, mungkin kau akan menghancurkan dunia!
"Hari ini kita mengabaikan, besok kita mengabaikan, lusa... yang mati adalah kita!"
"Saat itu, sudah berlutut pun tetap akan dibunuh."
"Kalau begitu, kenapa tidak aku ambil risiko sekali ini bersamamu sebelum sempat berlutut!"
Zhang Tao tertawa bahagia, berseru lantang: "Apakah manusia bersedia berlutut menunggu kematian?"
"Tidak!"
Seluruh benua tiga alam bergema dengan raungan manusia!
Legiun-legiun memancarkan energi vital menyala-nyala, mengguncang tiga alam!
Petarung-petarung soliter meneriakkan pekik perang!
Para pejuang yang gugur hari ini telah menghilangkan pelindung terakhir mereka. Saat itu tiba, penyesalan tak akan berguna.
Manusia telah lama tercerahkan, bukan kaum tolol!
Selain segelintir pengecut yang ingin hidup hina, dari puluhan miliar manusia, berapa yang masih percaya pada Dewa?
Zhang Tao berseru: "Dewa, tiga alam ini bukan seperti dulu! Rakyat telah tercerahkan, kau pikir omong kosongmu masih mempan? Ini bukan zaman kanibalistik, bukan pula zaman kegelapan!"
"Seluruh makhluk di tiga alam, terutama manusia, punya keyakinan dan prinsip sendiri!"
"Jika benar kau kasihan pada semua makhluk, lepaskan sumber immortal! Kami akan bantu stabilkan sumber energi. Setuju?"
Zhang Tao tersenyum sinis. Di sampingnya, Fang Ping berkata datar: "Dia tak berani! Orang semacam ini sudah jadi iblis! Katanya dulu Departemen Hari masih ada sisa anggota, mana mereka?"
"Mungkin sudah mati semua, dibantai sendiri olehnya!"
"Orang semacam ini mungkin kasihan pada orang lain?"
"Peduli cuma diri sendiri saja!"
Fang Ping berkata kesal, "Segala cara penghasutanmu, jangan dipakai lagi, memalukan! Selain orang-orang tolol di tiga alam, siapa yang bakal percaya?"
"Soal trik beginian, aku leluhurmu! Aku aja malas menghasut, apalagi kamu? Cuma orang bodoh di liang bumi yang mau termakan, yang lain mana mungkin?"
Dengan nada dingin Fang Ping menegaskan, "Tukar orang! Tiga jalan tukar empat penguasa. Setuju ya tukar, nggak ya jangan banyak cakap!"
Dewa tersenyum sinis, "Kalian bersedia menukar?"
Justru karena mendeteksi mereka sudah mengirim orang pergi, Dewa yakin kelompok ini tak berniat bertukar tawanan.
Apa Fang Ping benar-benar mengira dirinya tak bisa ditembus?
Tanpa basa-basi Fang Ping menjawab, "Tukar, tapi bukan Tiga Dewa yang memotong jalan mereka sendiri. Lihat kemampuanmu - jika tiga jalan dibuka, kalau mampu ya putuskan jalannya, kalau nggak ya buat apa dipaksa?"
"Serahkan empat penguasa, aku perintahkan Tiga Dewa buka jalan. Ini alat tawar-menawar. Setuju ya deal, nggak ya urusan selesai!"
Fang Ping tegas: Memutus jalan mustahil, kalau jagoan silakan putus sendiri.
Ia akan bocorkan lokasi Jalan Tiga Dewa. Kalau mampu taklukkan sendiri, posisi itu jadi tebusan untuk empat penguasa!
Dewa tertawa.
Kedua tangan di belakang, ia menatap Fang Ping dengan senyum secerah mentari.
"Fang Ping, kau pikir warisan jalan tiga dewa itu bisa apa?"
"Kalau mereka masih hidup, tentu akan menyisakan masalah untukku. Tapi... mereka sudah mati."
Dewa menghela napas, "Mati... Katanya Jalan tiga Dewa, tapi sebenarnya hanya retak kecil. Dulu Yang Shen meninggalkan retak sebesar itu, aku saja bisa menyelesaikannya. Apa kau pikir retak yang ditinggalkan tiga orang itu tidak bisa kuselesaikan?"
Fang Ping tidak lagi bersikap dingin, mencemooh, "Kau jago sekali, kenapa tidak kau pertahankan saja!"
Dewa menatapnya, berkata perlahan, "Kau masih muda... Benarkah kau ingin bertarung denganku?"
"Qiong dan Pejuang, sudah lama merindukannya, tapi mereka tidak berani."
Dewa saat ini sangat tenang, "Mereka takut. Takut kubunuh mereka. Jadi hanya berani melakukan gerakan licik, tak berani melawanku. Menurutmu kau lebih kuat dari mereka?"
"Coba saja, kau pasti tahu!"
"Muda sekali!"
Dewa terharu, darah muda mungkin memang tak bisa dipahami olehnya.
Tersenyum, tak melanjutkan topik ini, Dewa kembali melayang sambil membelakangi yang hadir, "Kalau begitu, masuklah. Jalan tiga Dewa telah terpampang. Aku akan membiarkan empat orang itu. Hanya semut yang agak besar. Aku tidak akan ingkar janji. Berani masuk?"
Ekspresi Fang Ping tetap datar. Ia juga melayang, melangkah ke arah matahari.
Menyerang Dewa tiba-tiba... Hal itu bahkan tak terpikir olehnya. Hampir mustahil.
Ia hanya ingin memastikan medan Pertempuran Penentu di sumber energi.
Lebih baik daripada perang besar pecah di tiga alam.
Sambil berjalan, Fang Ping berkata, "Bisakah Dewa memindahkan sumber energi ke Laut Pahit? Jika tidak, kegaduhan ini akan menghancurkan tiga alam. Sumber immortal pun mungkin bernasib buruk."
Dewa tersenyum, tidak bersuara, namun matahari besar di langit, termasuk sumber energi di belakang matahari, saat ini sedang direlokasi ke Laut Pahit.
Sambil mengendalikan pergerakan sumber energi, Dewa berkata: "Fang Ping, kau sangat spesial. Kau berasal dari dalam benih. Sebenarnya jika kau bersedia bekerja sama denganku, mungkin... kita punya kesempatan melepaskan diri dari kendali benih."
"Kau bisa masuk ke dalam benih, sedangkan kami tidak... terkadang, menghancurkan segalanya dari dalam lebih mudah dibanding dari luar."
Dewa sepertinya tahu segalanya, tersenyum sinis: "Zhan sangat berbakat dan punya banyak ide. Dulu, sebenarnya aku juga pernah berbicara dengannya, berharap dia mau bekerja sama denganku, begitu juga dengan Yang."
Sayangnya, Yang terlalu bodoh. Dia selalu merasa tidak perlu ikut campur selama dirinya bahagia, tak perlu peduli hal lain.
Tapi dia tak mengerti, meski kau tak peduli, pasti ada yang akan peduli.
Sedangkan Zhan... terlalu banyak peduli.
Dewa hanya mengakui Zhan dan Yang di tiga alam ini, menganggap hanya kedua orang ini yang sebanding dengannya.
Sayang, Yang Shen sama sekali tidak peduli apa pun, sedangkan Zhan terlalu peduli segalanya.
Menurutnya, keduanya memiliki kelemahan.
Jadi kerja sama tiga orang ini sejak awal sudah ditakdirkan gagal.
Fang Ping tidak menghiraukan hal ini, juga tidak menunjukkan permusuhan berlebihan. Mengikuti Dewa menuju sumber energi, dia tertawa: "Dulu kau ingin musnahkan seni bela diri? Ingin melalui sumber energi membunuh semua pejuang Pra-Bela Diri?"
Dewa tertawa: "Musnahkan seni bela diri? Tidak, hanya ingin mengembalikan tiga alam ke kondisi normal! Saat itu di tiga alam, Anda tidak mengerti, para pejuang terlalu kuat, sudah melupakan tujuan awal. Setelah Shou diusir, orang-orang ini saling bertarung, membuat tiga alam kacau balau dengan korban berjatuhan..."
Fang Ping, tidakkah kau merasa pilihanku dulu sangat mirip denganmu?
Menurutmu kami menghalangi tiga alam, tapi sebenarnya, para pejuang Pra-Bela Diri saat itu juga membuat tiga alam terperangkap dalam kekacauan.
Kalau begitu, apa salahnya jika aku ingin membunuh mereka?"
Dewa berjalan sambil berkata: "Kau selalu bilang orang kolot pantas dibunuh, sedangkan jalan yang kau tempuh, 30.000 tahun lalu sudah kulalui. Sebenarnya, kita adalah tipe orang yang sama, bukan?"
Fang Ping berkata dingin: "Aku berbeda denganmu!"
"Berbeda?"
Dewa tersenyum kecut: "Salah, kita sama! Apa kau pikir kerjasamaku dengan Bibit itu salah? Bibit adalah pencipta tiga alam, dewa pencipta. Apa benar salah bekerja sama dengannya?"
Dewa Bela Diri dan yang lain sudah membuat tiga alam kelebihan beban. Jika terus berkembang, mereka akan menghancurkan tiga alam demi perebutan kekuasaan.
Aku menghentikan mereka, Fang Ping. Setelah persaingan jalan harapan di zaman kuno berakhir, tiga alam menikmati perdamaian selama lebih dari 20.000 tahun. Bukankah ini jasaku?"
"Lebih dari 20.000 tahun!"
Dewa berbisik lembut: "Jika dulu tidak ada kekuatan inti, menurutmu apakah mereka akan beristirahat? Menurutmu apakah orang seperti neraka akan meninggalkan perang? Tidak mungkin."
Dewa menggelengkan kepala, "Mereka tak akan menyerah! Termasuk Yang, dia juga punya ambisi besar. Mengubah tiga alam menjadi Yangjian, bukankah ini ambisi? Untuk mengubah tiga alam jadi Yangjian, perlukah pertempuran? Pasti akan terjadi!"
"Dia sedang mengejar Bibit. Begitu Bibit benar-benar diserapnya... Anda paham, tiga alam sudah lama musnah!"
"Jadi, Anda kira aku menghancurkan dunia? Sebenarnya, aku sedang menyelamatkannya."
Dewa bertanya lembut, "Bisakah Anda katakan aku salah?"
Salahkah?
Fang Ping diam membisu.
"Sekarang... aku harus memperbaiki sumber energi. Jika tidak, sumber energi tak akan bertahan lama. Begitu sumber energi hancur, tiga alam akan ditelan Laut Pahit. Menurutmu, mengorbankan jutaan petarung hari ini - benarkah atau salahkah perbuatanku?"
Dewa tersenyum, "Fang Ping, menurutmu, apakah kita ini sejenis?"
Fang Ping berkata datar, "Mungkin Anda benar. Tapi aku tak peduli dengan penilaian ini. Konsep benar-salah Anda bagiku tak bernilai! Yang kupedulikan adalah orang-orang yang Anda abaikan - jutaan petarung, miliaran semut... Keluarga, sanak saudara, teman, rekan seperjuangan, dan guru-guruku ada di sana!"
Dewa kembali tersenyum, "Bagaimana kalau begini, Fang Ping? Keluarga dan temanmu tak akan kusentuh. Aku hanya perlu melepas Jalan Utama mereka. Yang kuperlukan hanyalah orang lain untuk memperbaiki sumber energiku. Setuju?"
"Petarung level kekuatan inti di ras manusia melebihi 200 ribu. Keluarga dan temanmu, apakah sampai 100 orang? 1000?"
Dewa tersenyum sinis, "Aku biarkan mereka hidup. Lalu pilihanmu?"
Napas Fang Ping sesaat terhenti. Di belakang, Raja Penahan dan Raja Militer mendekat. Saat ini mereka mendengar percakapan itu, namun tetap diam.
Diam!
Perlahan menghela napas, Fang Ping berkata dengan tenang: "Keluarga dan temanku tak hanya segini jumlahnya! Masih ada... mereka itu adalah kawan seperjuanganku! Bersama kita hadapi musuh kuat, bertempur di empat penjuru, habisi semua lawan! Mereka kawan seperjuanganku, maukah kau berhenti mengumpulkan jalan utama mereka?"
Sang Kaisar berkata datar: "Fang Ping, sebenarnya aku sangat mengagumimu dan telah memberikan konsesi terbesar. Mengapa kau bersikeras melawanku? Jika dendam tiga puluh ribu tahun lalu itu milik mereka, apa hubungannya denganmu?"
Sang Kaisar menoleh ke Fang Ping: "Konflik pribadimu bukan urusanku? Pembantaian di dunia bawah dan manusia hanyalah jebakan Hong. Maksudku hanya memasang sumber immortal agar petarung tiga alam mengisinya. Perang antarmu bukanlah ulahku..."
Sang Kaisar tersenyum: "Aku jelaskan ini agar kau paham, sebenarnya tak ada dendam di antara kita. Kau berusaha selamatkan dunia, aku pun demikian. Kau ingin tiga alam yang damai, aku juga.
Musnahkan seni bela diri atau tidak, itu tak vital.
Bunuh beberapa orang atau ampuni, itu juga tak penting.
Yang terpenting hasil akhirnya. Sekarang, solusi terbaik adalah dengan pengorbanan ini, sumber energi berhasil diperbaiki, tiga alam menikmati sepuluh ribu tahun kedamaian. Bukankah itu ideal?"
Fang Ping menyeringai: "Kedengarannya masuk akal! Orang bilang aku pandai beretorika, rupanya Sang Kaisar tak kalah! Kubertanya: Jika hari ini sepuluh juta petarung dibantai, lalu bila sumber energi bermasalah lagi?"
Dewa tersenyum: "Bahkan jika masalah muncul lagi, itu urusan puluhan ribu tahun kemudian. Saat itu... mungkin ide Anda sama denganku, kita bangun kembali sumber immortal. Tiga alam ini tidak kekurangan manusia.
Menggunakan nyawa puluhan juta petarung untuk menukar kedamaian tiga alam selama puluhan ribu tahun, apa yang salah?
Fang Ping, saat hari itu tiba, Anda akan mengerti... inilah pilihan terbaik.
"Bunuh para pejuang yang mengacau tiga alam! Anda bangun sumber energi kedua Anda, aku urus sumber energi pertamaku. Di tiga alam, ada yang mengikuti Jalan Anda, ada yang mengikuti Jalanku. Jika sumber energi Anda bermasalah, bisa diselesaikan dengan metode sumber immortal."
Memotong tanaman sawi!
Satu generasi demi generasi!
Bagi Dewa, tiga alam ini tak lebih dari tanaman sawi yang tak habis dipanen!
Hari ini, cukup memanen beberapa tanaman sawi saja, bisa menukar kedamaian tiga alam selama puluhan ribu tahun. Bukankah itu baik?
Dari 10 miliar makhluk di tiga alam, dia hanya butuh puluhan juta jiwa, bahkan mungkin kurang. Apakah Fang Ping perlu berjuang mati-matian melawannya untuk orang-orang ini?
"Raja Militer, bukankah Anda ingin melindungi umat manusia?"
Dewa memandang ke belakang tempat Zhang Tao berada, tersenyum: "Bukankah Anda tidak peduli dengan pengorbanan? Kalau begitu hari ini, biarkan sejuta petarung ini berkorban sekali untuk melindungi umat manusia, apakah Anda juga tidak mau?"
"Anda harus tahu, begitu Pertempuran besar dimulai, jika aku benar-benar bertarung dengan Fang Ping, apakah kalian membunuhku atau aku yang membunuh kalian, tiga alam ini akan semakin hancur, korban lebih banyak, bahkan binasa!"
Dewa berkata dengan sedih: "Untuk apa semua ini?"
"Hati orang bisa berubah. Bahkan jika kalian melindungi umat manusia hari ini dan membunuhku, dengan ratusan juta korban manusia dan jutaan keluarga hancur, menurutmu apakah orang-orang yang selamat benar-benar akan mengingat budi kalian?"
Dewa mencemooh, "Tidak! Mereka justru akan membencimu. Kalianlah yang membawa mereka menuju kematian!"
Raja Militer tersenyum, "Kalau begitu, kami harus berterima kasih atas 'kebaikan'-mu yang tidak membunuh kami? Gagasanmu aneh. Kau ingin kami menyerahkan puluhan juta pahlawan manusia untuk kau bunuh, dan jika tidak, kau anggap kami penjahat..."
"Pemikiran ini... Sungguh, Zhang Mo tidak bisa menerimanya!"
"Jika umat manusia juga berpikir demikian, maka mereka bukan lagi manusia yang perlu kujaga. Aku penjaga, bukan orang bodoh."
"Jika pahlawan yang telah melindungi manusia selama ribuan tahun bisa dikorbankan ke tiang gantungan... Maka Zhang Mo ini tidak layak lagi menyebut diri 'penjaga'."
"Jika harus begitu... Aku lebih memilih bertarung! Mereka juga memilih bertarung!"
"Mengenai umat manusia... Mereka pun bersedia bertarung. Aku yakin pilihan mereka, semua catatan sejarah membuktikan hal ini!"
"Kehancuran negara tidak menakutkan. Yang mengerikan adalah... menjadi budak negara yang runtuh!"
Ekspresi Zhang Tao berubah tegas, "Lebih baik hancur sebagai bangsa daripada menjadi budak! Dewa, inilah pilihan kami!"
Dewa menggelengkan kepala, tidak berbicara lagi.
Kehancuran negara... Budak negara yang runtuh...
Mungkin saja!
Antara pejuang sejati, sulit saling membujuk. Ia pun berhenti melakukan hal yang sia-sia ini.
Merobek kehampaan, memancarkan gerbang neraka, Dewa berkata, "Kalian semua, silakan masuk!"
Gerbang terbuka lebar, Undang Musuh ke Dalam Perangkap!
Sumber energi ada di depan mata, berapa orang yang berani masuk?
