“Polisi, kau berbohong.” Qiao Jiajin membentak dengan suara dingin.
“Hmph, aku sudah tahu kau akan bilang begitu. Tapi apa buktimu kalau aku berbohong? Hanya karena ada yang menyerangku?”
“Tentu tidak.” Qiao Jiajin tersenyum tipis, “Meski tak tahu alasannya, semua cerita yang diceritakan sebelumnya punya hubungan satu sama lain. Ada banyak peran yang digunakan bersama dalam cerita-cerita ini. Jika kita mengabaikan lokasi geografis, semua penuturan mereka masuk akal.”
“Terus kenapa?”
“Masalahnya di sini.” Qiao Jiajin menunjuk pengacara Zhang Chenze, “Dalam ceritamu dan si pengacara ada karakter bersama yaitu 「penipu yang menggelapkan dua juta yuan」. Tapi cerita kalian kontradiktif, artinya salah satu dari kalian berbohong.”
Petugas Li juga ikut berhenti sejenak, bertanya: “Di mana kontradiksinya?”
Qiao Jiajin menggelengkan kepala, menatap Petugas Li dan berkata, "Pengacara Zhang sudah bersiap untuk persidangan, ini berarti dalam ceritanya 'tersangka sudah tertangkap'. Tapi kamu masih melakukan pengawasan, artinya dalam ceritamu 'tersangka masih belum ditangkap'. Bukankah ini kontradiktif?"
Petugas Li merenung sejenak lalu berkata, "Harus diakui argumenmu masuk akal, tapi kurasa kamu terlalu terpengaruh oleh 「game」ini. Pertama, kita harus pahami premis utamanya: semua orang yang bercerita sebelumnya berada di kota berbeda. Artinya, meski pengalaman kita mirip, pasti bukan peristiwa yang sama. Karena berbeda peristiwa, wajar hasilnya berbeda."
Qi Xia diam-diam mengamati kedua orang yang terus berdebat ini tanpa mencoba menghentikan mereka.
Ya, berdebatlah. Semakin sengit semakin baik.
Asal salah satu dari mereka memberikan satu suara ke lawannya, si pembohong akan menang.
Bagaimanapun aturannya mutlak, selain si pembohong, jika ada satu orang saja yang salah memilih, akan membuat semua orang yang tersisa ikut mati.
Meski Petugas Li sudah memberikan penjelasan, perkataan Qiao Jiajin tetap tertanam di benak semua orang.
Bagaimanapun ini pertama kalinya semua orang menemukan kontradiksi dalam alur cerita dua orang tersebut.
Qi Xia tak bisa menahan diri untuk memandang lebih tinggi preman bernama Qiao Jiajin ini.
Meski terlihat sembrono, dia lebih pintar dari yang dibayangkan.
"Hmm... sekarang giliranku..." seorang gadis berbicara.
Barulah semua orang menarik kembali pikiran mereka dan menatapnya.
Gadis ini sebelumnya menjerit histeris saat ada yang mati di awal.
Sekarang dia tampak sudah tenang, hanya matanya terus menghindari pandangan ke samping.
"Halo semua, nama saya Lin Qin, seorang konselor psikologi."
Qi Xia terhenti sebentar, karena nama "Lin Qin" cukup menarik.
Sebelum era Dinasti Tang, "Lin Qin" berarti "apel".
Kedua karakter ini penuh dengan makna puitis, memberikan kesan yang mendalam.
Mungkin orang tua Nona Lin ini ingin memberikan nama yang unik untuk putri mereka, tapi jelas nama ini akan membahayakan dirinya di tempat ini.
Di antara orang-orang yang hadir ada penulis, guru, pengacara, dokter, polisi - mereka semua mungkin tahu arti "Lin Qin".
Cukup dengan mengulang-ulang nama ini dalam hati beberapa kali, maka cerita yang disampaikan Lin Qin akan meninggalkan kesan yang kuat.
Lin Qin melihat tak ada reaksi dari orang-orang, lalu menutup mulut dan hidungnya dengan tangan sambil melanjutkan: "Saya dari Ningxia, sebelum sampai di sini sedang menunggu klien yang seorang guru taman kanak-kanak."
Orang-orang hanya melirik biasa kepada guru TK bernama Xiao Ran, kali ini ceritanya kembali saling berkaitan.
“Menurutnya, profesi guru PAUD saat ini sangat sulit. Anak-anak tidak boleh dipukul atau dimarahi. Orang tua memperlakukan guru PAUD seperti pengasuh, anak-anak memperlakukan mereka seperti pelayan. Setiap ruang kelas dipasang kamera pengawas, orang tua memantau secara real-time. Jika nada bicaramu sedikit keras, orang tua langsung menelepon kepala sekolah.”
“Tapi bukankah orang tua mengirim anak ke TK justru untuk membentuk nilai-nilai dasar anak?”
“Jika guru tidak boleh mendidik dengan tegas, bagaimana anak bisa menyadari kesalahannya?”
“Dia merasa dalam waktu lama selalu berada dalam kondisi kebingungan dan tekanan.”
“Jadi saya menyusun rencana terapi sekitar satu bulan untuknya.”
“Tapi entah mengapa, konsultan itu tidak pernah datang sesuai janji. Saya terus menunggu di studio.”
“Gempa datang tiba-tiba. Sama sekali tidak sempat melarikan diri, apalagi studio saya di lantai dua puluh enam.”
“Semakin tinggi lantai, getarannya semakin kuat. Saya merasa seluruh gedung bergoyang.”
“Sebelumnya saya tidak pernah tahu bahwa Ningxia juga bisa mengalami gempa, kali ini saya merasakannya.”
“Kemudian saya samar-samar ingat langit-langit runtuh, pandangan saya gelap, lalu tidak sadarkan diri.”
Setelah mendengar cerita Lin Qin, semua tampak teringat sesuatu.
Qiao Jiajin pertama kali berbicara: “Saya punya dua pertanyaan.”
“Silakan.” Lin Qin menutup mulut dan hidungnya sambil bertanya.
“Apa maksudmu mengatakan setiap ruang kelas dipasang 「monitor」?”
Tak disangka orang-orang, fokus Qiao Jiajin justru pada hal ini. Tapi Lin Qin selayaknya konselor psikologi, menjawab dengan sabar: “Menurut saya, pemasangan 「monitor」 dimaksudkan agar orang tua bisa melihat gambar di kelas dari mana saja.”
“Oh ternyata 「televisi sirkuit tertutup」... TK elite ya...” Qiao Jiajin bergumam sendiri, lalu bertanya lagi, “Lalu guru TK yang kamu janjui itu, apakah Xiao Ran di sebelah ini?”
“Saya tidak tahu ini.” Lin Qin menggelengkan kepala, “Saya hanya menambahkan WeChat dengan orang itu, situasi lainnya akan dibicarakan saat bertemu.”
“WeChat?” Qiao Jiajin tertegun sejenak, tampak tidak mengerti.
Petugas Polisi Li mengangkat tangan menghentikan mereka, “Preman, kau mulai lagi. Xiao Ran di Yunnan, sedangkan Lin Qin ini di Ningxia, siapa yang mau menempuh jarak sejauh itu untuk mencari psikolog konseling?”
Qiao Jiajin juga tidak mau kalah: “Saya hanya merasa ada yang mencurigakan, ini pertama kalinya cerita seseorang menyebutkan partisipan lain.”
Dokter Zhao kali ini merasa perkataan Qiao Jiajin masuk akal, mengangguk-angguk dan bertanya: “Xiao Ran, apakah alasanmu mencari psikolog konseling sama dengan yang dideskripsikan Lin Qin ini?”
“Hmm...” Xiao Ran ragu-ragu sejenak, “Tidak terlalu sama... Saya karena dituduh terus-menerus oleh seorang orang tua murid, jadi agak depresi...”
“Itu membuktikan ini hanya kebetulan.” Dokter Zhao mengangguk, “Lagipula ini urusan dua wilayah berbeda, tidak perlu kita paksakan untuk dikaitkan.”
Semua terdiam sejenak, tiba-tiba Pengacara Zhang berbicara: “Nona Lin, separuh ceritamu adalah kisah ‘guru TK’ itu, tidak melanggar aturan?”
“Ha?” Lin Qin tertegun sebentar, “Saya ceritakan tentang guru TK itu agar kalian lebih memahami pekerjaan saya...”
“Jangan salah paham, saya tidak bermaksud buruk.” Zhang Chenze tersenyum, “Maksudku, jika pengalaman guru TK itu karanganmu, pasti akan ada perbedaan dengan cerita Xiao Ran, dan itu membuktikan kamu berbohong.”
“Kamu...!” Lin Qin tak menyangka wanita dihadapannya bisa sekeras ini, “Tadi Dokter Zhao dan Petugas Li sudah bilang, provinsi kita berbeda, ini semua cuma kebetulan!”
"Kebetulan, ya?" Zhang Chenze menyilangkan tangan, melanjutkan bicaranya, "Kalian pikir baik-baik, mengapa khusus memilih sembilan orang kita berkumpul di sini? Jangan lupa, kita sembilan orang asing. Untuk menemukan celah dalam cerita masing-masing, harus ada petunjuk. 「Petunjuk」 ini adalah semua cerita kita saling terkait. Setelah mendengar setiap kisah, saya merasa kita orang-orang yang sengaja dipilih. Dengan begitu kita bisa menemukan kejanggalan dalam cerita orang lain dan mengungkap si pembohong. Kalau tidak, permainan ini terlalu tidak masuk akal karena「peluang menang si pembohong」terlalu besar."
