Xiao Xiao dengan mudah menghancurkan meja, mengambil papan berpaku dari lantai, lalu pelan-pelan mendekati Qiao Jiajin.
"Hei!!" Qi Xia merasa situasi memburuk, "Kau mau apa?! Tunggu sebentar..."
"Mati saja orang-orang ini." kata Xiao Xiao, "Kematian mereka tak perlu disesali, akan kubuktikan padamu."
"Jangan!" teriak Qi Xia panik, "Aku mengerti! Semua perintahmu akan kuturuti, turunkan dulu barang itu!"
Xiao Xiao seolah tidak mendengar apa pun, perlahan mengangkat papan di tangannya.
"Hei! Aku setuju dengan semua syaratmu! Kamu tidak perlu membuktikannya padaku!!"
Melihat Xiao Xiao bertingkah seperti orang gila, Qi Xia segera memanggil Qiao Jiajin: "Hey! Qiao Jiajin! Jangan pura-pura mati! Bangun!!"
Belum lagi selesai bicara, papan Xiao Xiao sudah menghunjam ke bawah. Sisi yang berpaku langsung menembus tulang tengkorak Qiao Jiajin.
"Hidup Dao." Katanya sambil tersenyum.
Seketika tubuh Qiao Jiajin gemetar, tangan kakinya kejang beberapa kali, lalu diam tak bergerak.
"Hei... Qiao Jiajin..."
Qi Xia membelalakkan mata, bibirnya bergetar halus.
"Bicara lah Qiao Jiajin... Jangan sok-sokan... Beruang saja tidak bisa membunuhmu... Bagaimana mungkin paku bisa...?"
Alih-alih jawaban, yang muncul justru genangan darah yang semakin melebar.
Dia tahu, dengan paku yang menembus otak, tak mungkin ada yang bisa selamat.
Qiao Jiajin mati.
“Qiao...” Qi Xia memandang tak percaya pada pemandangan di depannya, di benaknya terus bergema sebuah kalimat...
「Kamu punya otak, aku punya tenaga, mau kerja sama?」
“Qi Xia, lihat.” Xiao Xiao tersenyum berkata, “Mereka pantas mati.”
“Ah————”
Qi Xia tiba-tiba menjerit kesakitan, rasa nyeri hebat menyambar dari kedalaman otaknya. Kedua tangan dan kakinya langsung pulih sensasi, tapi sekarang hanya bisa berguling-guling sambil memegangi kepala.
Melihat Qi Xia tiba-tiba bisa bergerak bebas, Xiao Xiao jelas terhenti sejenak.
Kali ini sakit kepala berlangsung sangat lama. Qi Xia merasa paku itu bukan menusuk Qiao Jiajin, tapi justru seperti tertancap di otaknya sendiri. Paku itu terus mengaduk-aduk cairan otaknya, membuatnya hidup lebih menderita daripada mati.
Dua menit kemudian, sakit kepala Qi Xia tiba-tiba hilang. Dengan wajah datar dia bangkit berdiri.
“Hebat sekali, Qi Xia.” Xiao Xiao tersenyum, “Kau bisa mengabaikan 「Gema」ku?”
“Aku sarankan kau tahu batas…” Qi Xia berkata dingin, “Kalau ada masalah, serang saja aku langsung…”
“Tidak.” Xiao Xiao menjawab, “Aku harus membuatmu paham, orang-orang ini bisa dibunuh sembarangan, kau juga bisa membunuh mereka.”
“Mengapa aku harus membunuh mereka…” Mata Qi Xia memancarkan kedinginan ekstrim, seluruh penampilannya tak menyisakan emosi, “Aku berbeda dengan kalian orang gila ini, jangan samakan aku dengan kalian.”
“Sepertinya kau masih belum mengerti.” Xiao Xiao menggeleng lesu, lalu menggoyangkan tangannya mencabut papan berpaku dari kepala Qiao Jiajin. Ia mengibaskan darah di papan itu sambil berkata ke Qi Xia, “Setelah kubunuh mereka semua, kau pasti akan paham.”
Usai bicara, ia langsung berjalan menuju Tian Tian.
“Cukup, orang gila…” Bibir Qi Xia bergetar halus, “Kami sudah bertahan hidup susah payah sampai sekarang, dengan hak apa kau menentukan hidup-mati kami…”
“Jadi menurutku itu tidak ada artinya.” Xiao Xiao sekali lagi mengangkat papan kayu.
Qi Xia kali ini tidak memberinya kesempatan, langsung menerjang ke depan. Awalnya ingin menghantam wanita ini hingga jatuh, namun di bawah gaya dorong yang dahsyat, wanita itu tetap tak bergerak sedikitpun.
Qi Xia terpaksa mengubah strategi, memeluk pinggang wanita itu yang sekeras tembok penyangga, mendorongnya ke belakang.
Xiao Xiao mundur dua langkah, raut wajahnya berubah dingin.
“Qi Xia, aku jelas-jelas membantumu, tapi kau masih keras kepala. Aku sangat kecewa.” Xiao Xiao menggeleng, mencekik leher Qi Xia lalu melemparkannya seperti melempar anjing.
Qi Xia menghantam dinding, menjerit kesakitan. Ia merasakan kekuatan wanita di depannya luar biasa kuat, sepertinya telah menjalani latihan keras.
“Jidō Banzai!” Xiao Xiao tersenyum, papan di tangannya kembali menghujam, menembus tengkorak Tian Tian.
Suara Tian Tian bergema di benak Qi Xia——
「Aku datang ke sini hanya karena di sana tidak ada tempat untukku.」
Rasa sakit yang begitu menyiksa itu kembali melanda, Qi Xia menjerit kesakitan sambil memeluk kepalanya di lantai.
Tian Tian juga tewas.
Qi Xia merasa kepalanya seperti hendak pecah.
Pandangannya gelap gulita, kesadaran seluruh "dalang"nya mulai memudar.
Sebelum pingsan, dia mendengar dentangan lonceng besar bergema lagi dari kejauhan.
……
“Xia, lihat.” Yu Nian'an memegang kemeja lusuh seolah memamerkan ke Qi Xia, “Lihat di sini.”
Jari putihnya menunjuk ke kantong dada kemeja, di situ terlihat tambalan berbentuk domba kartun.
“Bagian yang sobek sudah kujahit! Hasilnya bagus kan?”
“Memang bagus.” Qi Xia mengangguk sambil melahap mi instan dengan lahap, “Tapi kenapa tidak beli yang baru saja?”
“Hemat uang dong!” Yu Nian'an tersenyum, “Nanti kalau kita sudah kaya, mau beli berapa pun boleh. Untuk sementara pakai yang ini dulu.”
Qi Xia terdiam sejenak setelah mendengar itu. Ia menaruh mi instannya dan berkata: “Xiao An, kita sebentar lagi akan kaya. Kalau proyekku berhasil, kita bisa dapat 2 juta yuan...”
“Aku percaya.” Yu Nian'an mengangguk sambil tersenyum, “Xia, di dunia ini ada banyak jalan. Setiap orang punya jalannya sendiri. Aku yakin kamu pasti akan sukses.”
“En.” Qi Xia mengangguk, merasa sangat tenang. Ingin mengatakan sesuatu lagi pada Yu Nian'an, tiba-tiba matanya tertangkap pemandangan di luar jendela.
Di langit kemerahan itu tergantung matahari kuning kusam.
Qi Xia mengedipkan mata, merasakan sesuatu yang aneh.
“Ada apa ini...” Ia menoleh ke arah Yu Nian'an, tapi mendapati wajahnya sudah berubah menjadi Xiao Xiao.
Xiao Xiao tersenyum sambil menggerakkan bibirnya ke arah Qi Xia: “Hidup Jidao.”
Detik berikutnya, dua sosok muncul di belakang Xiao Xiao, tak lain adalah Qiao Jiajin dan Tian Tian.
Dahi mereka mengalirkan cairan otak dan darah, menatap Qi Xia dengan wajah mengerikan, sorot mata penuh dendam dan ketidakrelaan.
"Ka... Kalian... Aku..."
Qi Xia tiba-tiba merasakan teror yang mencekam, langsung berguling dari kursi dan berlari keluar pintu.
Dia harus kabur dari tempat mengerikan ini.
Semua ini hanyalah mimpi buruk.
Saat membuka pintu Ruangannya sendiri, barulah ia merasakan keputusasaan yang lebih dalam.
Di luar terbentang koridor tak berujung dengan jutaan pintu di kedua sisinya, dari balik pintu-pintu itu terus bermunculan orang-orang bertopeng hewan.
……
"Qi Xia! Qi Xia!!" Suara panik itu menariknya kembali.
Perlahan dia membuka mata, melihat wajah bersih Lin Qin di hadapannya.
“Lin……” Qi Xia mengerutkan kening, merasa kepala seperti hendak pecah, “Apa yang terjadi?”
Lin Qin matanya berkaca-kaca, terisak berkata: “Aku benar-benar ketakutan... Kukira kau mati seperti Qiao Jiajin dan Tian Tian...”
Barulah Qi Xia teringat pengalaman mengerikan itu, bangkit dengan limbung dan menatap mayat Qiao Jiajin dan Tian Tian di kejauhan, pikirannya kosong sesaat.
Meski ini bukan mimpi, kenyataan ini justru lebih menakutkan daripada mimpi.
“Qi Xia... Sebenarnya apa yang terjadi...” Lin Qin terisak-isak bertanya, “Siapa yang membunuh mereka?”
Qi Xia tidak menjawab, malah menatap Lin Qin dengan ekspresi datar dan bertanya penuh keraguan: “Mengapa kau masih hidup?”
