“Bangsat...” Qiao Jiajin langsung membuka mulut lebar-lebar, jarinya gemetar menunjuk ke tempat orang tua itu menghilang tadi. “Kau lihat itu, Penipu? Terminator!!”
“Bai Hu...?” Qi Xia mengulang nama itu dengan perasaan ganjil.
「Bai Hu」 ini... apa dia memiliki kedudukan setara dengan 「Zhu Que」?
Cara dia menghilang di udara jelas bukan manusia biasa, kemungkinan besar sama seperti Zhu Que sebagai 「pengelola」.
Tapi kenapa dia terlihat begitu gila?
Meski berstatus pengelola, sepertinya dia malah membantu Qi Xia 「kabur」 dari sini.
Saat Qi Xia sedang berpikir, Qiao Jiajin tiba-tiba menepuk bahunya keras-keras: “Penipu! Jangan-jangan kau jadi idiot ketakutan?”
“Hah?” Qi Xia terkejut. “Aku ketakutan sampai jadi idiot?”
“Kenapa kamu tidak kaget?!” Ekspresi Qiao Jiajin tampak takut sekaligus bersemangat, “Seorang kakek Terminator hidup-hidup! Arnold·Kakek·Schwarzenegger!”
Setelah itu ia berhenti sejenak, lalu bergumam: “Atau mungkin harus disebut Arnold·Schwakakek·negger...”
“Cukup.” Qi Xia menghentikannya dengan gerakan tangan, “Semakin ngawur. Ayo segera pergi ke「sekolah」.”
Qiao Jiajin mengangguk dengan rasa penasaran, lalu menatap arah menghilangnya si kakek tadi, bergumam pelan: “Jangan-jangan ini syuting film?”
Keduanya mengikuti peta yang diberikan Kim Wonhoon, berangkat menuju sekolah.
Sepanjang jalan mereka melihat banyak「shio」yang berdiri di pintu-pintu gedung. Pemandangan ini meski sudah pernah dilihat Qi Xia sekali, tapi jelas pertama kali bagi Qiao Jiajin yang membuatnya terkesima.
Sebelumnya Qi Xia harus menyeret tubuhnya yang luka selama empat jam untuk sampai ke sekolah, kini kurang dari dua jam sudah tiba.
Di pintu berdiri dua wajah asing yang sedang mengamati sekeliling dengan hati-hati.
Qi Xia perlahan mendekat.
"Orang waras?" Seorang pria paruh baya bertanya.
"Ya." Qi Xia mengangguk. "Kami berdua orang waras, diundang oleh Chu Tianqiu."
Pemuda lainnya merenung sejenak, lalu bertanya: "Apakah ada di antara kalian yang bernama 「Qi Xia」?"
"Saya." Qi Xia mengangguk menjawab.
Mendengar jawaban itu, si pemuda menoleh ke pria paruh baya. Keduanya saling bertukar pandangan.
Detail ini tertangkap jelas oleh Qi Xia.
"Begitu rupanya. Silakan ikut saya." Si pemuda tersenyum tipis sebelum berbalik dan melambai pada mereka.
Qi Xia dan Qiao Jiajin saling memandang sesaat sebelum mengikuti pemuda itu masuk ke dalam kampus.
Pemuda itu sengaja mempercepat langkah, menjaga jarak yang tidak terlalu dekat dengan Qi Xia dan Qiao Jiajin.
Pria paruh baya itu segera pergi ke arah lain setelah ketiganya pergi.
“Ini sekolah elit apa?” Qiao Jiajin menginjak-injak lapangan basket plastik di bawah kakinya dengan ekspresi tak percaya, “Bangsat, lantai ini terbuat dari karet? Lebih mahal daripada tanah pasir, ya?”
Qi Xia menengadah melihat gedung sekolah. Beberapa bayangan manusia terlihat mengintip dari jendela, namun saat dia menengok, mereka semua berpura-pura sibuk dan segera menghilang.
“Ada yang tidak beres.” Qi Xia berbisik pelan, “Qiao Jiajin, hati-hati.”
“Hati-hati?” Ekspresi santai Qiao Jiajin tiba-tiba berubah dingin, menunjukkan ciri khas kejam seorang preman, “Ada masalah?”
“Aku tidak tahu, tapi terasa aneh.” Qi Xia mengingat detail-detail tadi, merasa seolah 「Surga Firdaus」bukan sedang menyambut anggota baru, melainkan seperti 「menangkap kura-kura dalam guci」.
Keduanya mengikuti pemuda itu masuk ke gedung sekolah. Di belakang mereka, beberapa orang mengikuti dari kejauhan—tidak mendekat maupun menjauh, tetap menjaga jarak aman.
Qiao Jiajin dengan sigap menangkap situasi ini, lalu diam-diam menggerakkan lehernya.
“Luar biasa, Penipu, kamu bisa mendeteksi ini sejak awal.” Setelah meregangkan leher, ia memutar pergelangan tangannya. “Kita dikepung.”
“Bisa lihat ada berapa orang?” tanya Qi Xia.
“Sembilan.” Qiao Jiajin menjawab. “Empat di belakang, satu di depan, dua di setiap sisi.”
Wajah Qi Xia menjadi muram, alisnya berkerut keras.
Apa yang terjadi di sini?
Apakah tujuan 「Surga Firdaus」 adalah membunuh?
Tapi kalau memang begitu, mengapa tidak langsung menyerang saat kami mendarat? Buang-buang waktu dengan membawa orang ke sekolah ini?
Qi Xia kembali berpikir, tetap merasa ada yang janggal.
Bagaimana dengan Petugas Li, Han Yimo, dan Dokter Zhao?
Jika benar-benar ingin membunuh, lulusan sekolah polisi seperti Petugas Li pasti bukan lawan sembarang orang.
Di tempat ini mungkin hanya Zhang Shan dan Petugas Li yang mampu bertarung, tapi Qi Xia pernah bertemu Zhang Shan - dia bukanlah tipe orang yang membunuh orang tak bersalah secara membabi buta, sama sekali tak ada alasan untuk menyerang semua orang.
Kalau begitu, bagaimana dengan lingkaran pengepungan yang aneh ini?
Pertanyaan di benak Qi Xia begitu banyak, tapi saat ini tak ada yang bisa memberinya jawaban.
"Penipu, bagaimana kemampuan bertarungmu?" tanya Qiao Jiajin.
"Biasa saja." Qi Xia menggelengkan kepala, "Tapi aku pernah mempelajari strategi perang."
"Strategi perang? Kalau begitu kau melawan sembilan orang saja sudah merendahkan bakatmu." Qiao Jiajin tersenyum, "Diam saja di sini, akan kutunjukkan keahlianku."
Begitu kata-katanya selesai, langkah Qiao Jiajin semakin cepat. Dia langsung mendekati pemuda di depannya dan menyandarkan lengan di bahu orang itu.
Pemuda itu sepertinya tidak menyangka akan situasi ini, wajahnya terlihat sedikit bingung.
"Cakep, tempat kalian cukup luas ya." Qiao Jiajin mengajak bicara dengan ramah.
"Be-Benarkah?" Pemuda itu memaksakan senyum tipis, "Tempat ini dulunya sekolah, tentu saja luas."
"Tahu tidak?" Qiao Jiajin menatap serius ke arah pemuda itu, "Kalau mau mengepung, sebaiknya pilih area terbuka. Medan di sini terlalu rumit, pengepungan mudah gagal."
"Hah...?" Mata pemuda itu terlihat bingung, "Apa yang kamu bicarakan? Aku agak tidak paham..."
"Lihat..." Qiao Jiajin menunjuk ke kursi dan meja tua yang berserakan, "Rintangan ada di mana-mana. Tidak hanya menghalangi pengepung, tapi juga bisa kujadikan senjata. Menurutmu sembilan orang bisa menghentikanku di tempat seperti ini?"
Pemuda itu perlahan menyadari situasi yang tidak menguntungkan, berusaha melepaskan diri dari genggaman Qiao Jiajin, namun tenaga Qiao Jiajin sangat besar, membuatnya sama sekali tidak bisa bergerak.
「Cakep, kenapa ngeblokir kami?」 Ekspresi Qiao Jiajin berangsur menjadi dingin,「Teman satu tim kami di mana?」
Pemuda itu kembali mencoba melepaskan diri, namun dicekik mati-matian oleh Qiao Jiajin hingga akhirnya menyerah.
「Kelihatannya kamu memang sangat hebat...」 Pemuda itu menyunggingkan senyum pahit,「Tapi kalian salah hitung satu hal. Yang mengepung kalian bukan sembilan orang, melainkan sepuluh orang.」
Begitu ucapannya selesai, sebuah pintu di samping mereka tiba-tiba meledak.
Ternyata seorang pria kekar menerobos keluar dengan menghancurkan pintu.
Ia bagaikan banteng liar, menubruk Qiao Jiajin dengan keras.
