"Membalas budi...?" Lao Lü jelas-jelas tak paham.
Qi Xia menggeleng kepala putus asa.
Pria paruh baya dihadapannya ini penakut, serakah, tukang bohong, mudah emosi dan gampang terbawa nafsu - hampir semua kelemahan terkumpul dalam dirinya. Tapi entah mengapa, Qi Xia sama sekali tak bisa membencinya.
Qi Xia，Zhang Shan。
「Dalang」-dalang ini sepertinya tidak pernah menyerang diri sendiri, situasinya agak aneh.
“Kenapa mengikat rekan timku？” tanya Qi Xia.
Zhang Shan menggerakkan punggungnya yang masih sakit sambil berkata: “Laozi bukannya sudah bilang？ Ini perintah Chu Tianqiu. Kau tadi juga serang dengan brutal, anehnya Chu Tianqiu malah tidak menyuruhku mengikatmu...”
“Kalau Chu Tianqiu tidak bisa memberi alasan logis, seranganku akan lebih kejam dari ini.” Nada Qi Xia sangat tegas, sama sekali tidak seperti gertakan.
“Bangsat, tidak bisakah bicara baik-baik？ Tapi tak apa, Chu Tianqiu memang ingin menemuimu.” Zhang Shan melambai ke arah kejauhan, Si Kacamata segera berlari mendekat. Qi Xia pun kembali melihat wajah yang familiar itu.
“Zhang Shan, kau tidak apa-apa？” tanya Si Kacamata.
“「Aku tidak apa-apa. Bawa orang ini menemui Chu Tianqiu.」” Zhang Shan melambaikan tangan, lalu menggerakkan punggungnya sambil menolong pemuda yang ditumbangkan Qi Xia, kemudian pergi bersama Qiao Jiajin.
Si Kacamata mengamati Qi Xia sejenak, lalu berkata: "Bapak Qi, ya? Silakan ikut saya."
Qi Xia mengangguk dengan wajah waspada, kemudian menyusul.
Keduanya terus berjalan menyusuri koridor hingga tiba di depan ruang kelas paling selatan.
Si Kacamata mengetuk pintu dengan lembut: "Tuan Chu, Nona Yun, saya sudah bawa orangnya."
"Suruh dia masuk." Suara pria terdengar dari dalam.
Tanpa menunggu Si Kacamata, Qi Xia langsung mendorong pintu masuk ke ruang kelas.
Yun Yao sedang duduk di bangku sekolah mengoleskan cat kuku, sementara seorang pria asing berpenampilan rapi sedang menulis sesuatu dengan 「“shua-shua”」 di papan tulis.
Begitu melihat Qi Xia, keduanya langsung menoleh ke arahnya.
“Ya! Si ganteng yang merana!” Yun Yao menunjuk Qi Xia dengan girang, “Kau setuju menjadi 「kekasih gelap」ku?”
Qi Xia mengabaikan Yun Yao, malah menatap tajam pria asing itu.
“Qi Xia?” Pria asing itu tersenyum, meletakkan kapur di rak papan tulis lalu membersihkan debu di tangannya, “Sudah lama mendengar namamu, aku Chu Tianqiu.”
Qi Xia mengangguk, melangkah maju. Si Kacamata di belakangnya dengan sigap menutup pintu.
Yun Yao berdiri dan menghampiri Qi Xia, aroma harumnya menyegarkan hati: “Qi Xia, syukurlah kau datang!”
Chu Tianqiu juga mendekat dengan senyum anggun yang tak lekang dari wajahnya: “Maaf harus bertemu dalam keadaan seperti ini, semoga kau bisa memaklumi.”
“Chu Tianqiu, jelaskan alasanmu melakukan ini.” Qi Xia langsung membuka topik pembicaraan.
“Maksudmu… aku mengendalikan rekanmu?” Chu Tianqiu tersenyum tipis, “Bagaimana harus ku jelaskan padamu? Ini kan wilayah kami, sebenarnya tak perlu kujelaskan padamu.”
“Aku konfirmasi denganmu…” Qi Xia sedikit mengerutkan kening, “Kau menipu kami ke sini, lalu mengendalikan rekan-rekanku, dan tak mau menjelaskan alasannya?”
“Memang begitu, lalu?” Chu Tianqiu menyesuaikan kacamatanya, “Qi Xia, ini pertama kalimu di 「Surga Firdaus」, mungkin belum tahu aturan di sini.”
“Lalu, apa aturannya di sini?” tanya Qi Xia.
“Akulah aturannya.” Senyum Chu Tianqiu kembali mengembang, membuat Qi Xia tak nyaman, “Selama semua patuh padaku, aku akan membawa kalian keluar dari sini.”
Qi Xia memandang dingin Chu Tianqiu, pikirannya mengkalkulasi sesuatu. Udara di ruangan tiba-tiba menjadi tegang.
“Aduh… kalian berdua ngobrol apa sih?” Yun Yao maju melerai, “Kan baru pertama ketemu, kok serius banget? Nanti kita harus jadi satu tim lho.”
Melihat keduanya tidak menjawab, Yun Yao teringat perkataan Chu Tianqiu sebelumnya tentang 「Raja tak boleh bertemu raja」. Mungkin kedua orang ini memang tidak cocok jadi rekan satu tim. Tapi mengingat keduanya sangat cerdas dan merupakan kekuatan vital, kepergian salah satunya akan menjadi kerugian besar bagi 「Surga Firdaus」.
"Bisa kasih muka untuk Idola ini?" Yun Yao tersenyum sambil menggenggam tangan Qi Xia, lalu meraih tangan Chu Tianqiu. "Berjabat tanganlah di depanku, mulai sekarang kita semua teman baik."
"Tidak perlu." Qi Xia menarik kembali tangannya.
"Benar." Chu Tianqiu juga menarik tangannya. "Yun Yao, jangan khawatir. Qi Xia ini orang pintar, sepertinya dia sudah paham 「aturan」tempat ini."
"Aku konfirmasi sekali lagi." Qi Xia mengerutkan alisnya sedikit. "Kau menganggap diri sebagai 「raja lokal」, jadi semua yang bergabung ke 「Surga Firdaus」harus tunduk tanpa syarat, melaksanakan perintahmu, dan tidak boleh bertanya, begitu kan?"
“Meskipun agak bias, tapi makna dasarnya kurang lebih sama.” Chu Tianqiu menyesuaikan kacamatanya, “Tentu saja, saya bukanlah 「kaisar tanah」, hanya pemimpin tempat ini. Kau juga tahu, jika terjadi situasi 「naga tanpa kepala」, kerumunan orang akan seperti pasir yang tercerai-berai, pada akhirnya tak ada yang bisa keluar.”
Yun Yao menggelengkan kepala dengan pasrah: “Qi Xia, jangan tersinggung, meskipun Chu Tianqiu adalah pemimpin kami, tujuannya adalah memimpin kami keluar. Bagaimanapun kita tetap 「rekan setim」.”
Qi Xia mengangguk lagi, menatap kedua orang di depannya, tiba-tiba menoleh ke Yun Yao: “Bisakah kau mundur sedikit?”
“Mundur?” Yun Yao terkejut, lalu tersenyum bertanya, “Kenapa? Apa aroma tubuhku tidak enak?”
“Tidak, sangat harum.” Kata Qi Xia, “Tapi saya ingin kau mundur sedikit.”
Yun Yao berpikir sejenak, lalu menganggak dan mundur dua langkah: “Aku mengerti, apakah kamu ingin mengamati postur tubuhku?”
Setelah berkata demikian, Yun Yao berputar sendiri dengan anggun.
“Tidak, aku hanya takut melukaimu.” Qi Xia berkata.
“Melukai aku?”
Sebelum Yun Yao dan Chu Tianqiu sempat bereaksi, Qi Xia tiba-tiba melangkah maju. Meniru gerakan Qiao Jiajin saat menghajar beruang hitam dalam ingatannya, bahunya bergerak seirama pinggang, lengan kanannya melontarkan pukulan seperti tali yang berputar 180 derajat di udara.
Awalnya membidik dagu Chu Tianqiu, tapi tinju itu justru mendarat di mulutnya. Tampaknya teknik bertarungnya memang perlu lebih banyak latihan.
「Bang」!
Chu Tianqiu sama sekali tak sempat menghindar. Dengan erangan nyeri, tubuhnya roboh bagai pohon besar yang ditebang, terjatuh kaku di lantai.
Yun Yao menutup mulutnya dengan kedua tangan saking kaget. Dia tak mengerti mengapa situasi bisa berkembang seperti ini.
Qi Xia mengibaskan tangan kanannya yang sedikit bengkak dan nyeri, lalu kembali mendekati Chu Tianqiu.
Mulut Chu Tianqiu dipukul oleh Qi Xia hingga penuh darah, seluruh tubuhnya terbaring di tanah dengan ekspresi kesakitan.
Qi Xia perlahan berjongkok di sampingnya, menatap mata lawannya dan bertanya satu per satu dengan jeda:
"Chu Tianqiu, apa yang kau pura-pura dariku?"
