Amu berusaha melepaskan genggaman, tapi sendi pergelangan tangannya terkunci dengan teknik khusus, sakit jika digerakkan.
Ia menelan ludah, bertanya dengan nada agak hormat: "A-apa yang mau kau katakan?"
"Dengar, kalau berkelahi ya berkelahi yang bener, jangan main pisau."
“Wanita itu yang mulai duluan!” Amu berkata dengan geram, "Kami cuma mau bertanya baik-baik, tapi dia langsung nyerang! Harus diberi pelajaran kan?!"
Jīn Máo dan Botak yang saat ini juga memperhatikan ekspresi tidak wajar Amu, langsung membatalkan pengepungan dan melangkah perlahan mendekati Qiao Jiajin.
"Kamu bilang si nona itu mukulin kamu?" Qiao Jiajin mengangguk, "Ini baru aneh, kenapa dia nggak mukulin aku?"
"Lu... lu cari masalah..." Amu menggigit giginya, "Kalau beneran mau berantem, kami juga nggak takut!"
Sorot mata Botak dan Jīn Máo menjadi dingin, mengacungkan pisau mereka selangkah lebih dekat.
"Wah bagus nih, aku lagi bingung cari alesan buat mulai berantem."
Qiao Jiajin mengulurkan tangan kiri mencengkeram kerah baju Amu, lalu tangan kanannya menggenggam pergelangan tangan lawan dengan erat. Amu menjerit kesakitan dan menjatuhkan pisaunya.
Botak melesat maju dengan langkah cepat, mengangkat pisau hendak menusuk. Qiao Jiajin mengalirkan tenaga, mendadak mengangkat tubuh Amu sepenuhnya, melukiskan busur sempurna di udara sebelum menghantamkannya keras-keras ke arah Botak.
Sadar tak mungkin menangkap Amu, Botak hanya bisa menghindar gesit. Amu pun terjatuh telentang di tanah.
Punggungnya menghantam tanah sepenuhnya, membuat seluruh tubuhnya pusing tujuh keliling.
Usai menghindar, Botak segera menyergap maju, mengayunkan pisau secara horizontal.
Kebanyakan orang akan menjauh dengan memiringkan badan saat melihat serangan seperti ini. Meski bisa menghindari pukulan mematikan, gerakan itu justru membuka 「celah」 besar dalam jurus.
Tapi Qiao Jiajin justru tak menghindar. Detik Botak mengayunkan pisau, ia malah melangkah rapat hampir menyelusup ke dekat dada Botak.
Di detik berikutnya, siku kirinya menghantam lengan bawah kanan lawan, memblokir serangan sejenak. Tanpa jeda, siku kanannya sudah mengarah ke dagu Botak. Dalam pertarungan ultra-dekat seperti ini, siku jauh lebih efektif daripada kepalan tinju.
Pria besar itu menerima siku dengan keras, seluruh tubuhnya baru saja hendak jatuh ke belakang, Qiao Jiajin kembali mengulurkan tangan dan mencengkeram kerengan lawannya, menarik Botak yang hampir roboh itu kembali.
「Aku akan membunuh……」
Baru saja pria besar itu sadar dan hendak berteriak, Qiao Jiajin segera mengubah kepalan menjadi telapak tangan, menyodok dari bawah ke dagu Botak.
Mulut Botak yang terbuka langsung terkunci paksa, gigi atas dan bawah bertabrakan menghasilkan suara keras seketika.
Kali ini dia benar-benar tak bergerak lagi, kepala terlempar ke belakang dan jatuh.
Qiao Jiajin tidak lengah, tubuhnya menyamping menghindari pisau tajam yang menusuk dari belakang.
Kemudian menjepit seluruh lengan lawan di ketiaknya, tangan kanan di bawah dan kiri di atas, langsung mengunci lengan lawan.
Jīn Máo tiba-tiba menyadari sesuatu dan berteriak: 「Jangan……!」
Tapi dia terlambat, sebelum kalimatnya selesai, Qiao Jiajin dengan tenaga lembut memuntir lengan lawan hingga terlepas dari sendi.
Teriakan melengking terdengar, pisau Jīn Máo pun terlepas dari tangannya.
Qiao Jiajin tersadar, juga meraih kerah baju Jīn Máo, lalu menyapu kaki ke bagian bawah tubuh lawan hingga menjatuhkannya kembali.
Tiga orang yang sebelumnya arogan kini tergeletak di tanah dalam waktu tiga puluh detik, mengerang kesakitan.
"Wah! Kamu benar-benar hebat!" Yun Yao gembira mendekat dan menggenggam lengan Qiao Jiajin, "Apa kamu ahli bela diri?"
Qiao Jiajin malu-malu mengusap hidungnya, lalu menoleh ke Qi Xia: "Gimana, Penipu? Aku tidak bohong kan? Aku memang punya kemampuan."
"Ya, aku sudah tahu sejak lama." Qi Xia mengangguk, "Tapi agak berbeda dengan ingatanku. Kenapa kamu selalu menarik kerah baju lawan? Ini jurus bela diri apa?"
"Ah..." Senyum kecanggungan muncul di wajah Qiao Jiajin, "Jurus apa... tadi waktu ke belakang, tanganku tidak sengaja kena..."
Yun Yao terdengar kaget, buru-buru melepaskan tangan yang menggenggam lengan Qiao Jiajin.
……
Rambut Hijau, Botak, dan Jīn Máo berdiri membungkuk dan merendahkan diri di depan Qi Xia dan yang lain. Kecuali Botak, kedua lainnya menunjukkan senyum rendah hati.
"Ah... Sebenarnya ini cuma salah paham..." kata Amu sambil tersenyum, "Kami berani-beraninya berkelahi dengan Kak Jin, benar-benar tak bisa membedakan naga dan katak..."
「Pah」!
Qiao Jiajin menampar wajahnya, berkata: "Minta maaf yang bener."
"Iya iya iya!" Amu yang baru saja ditampar malah tersenyum lebih lebar, "Kakak-kakak sekalian, kami benar-benar salah. Kalau tahu Kak Jin jago begini, berani-beraninya kami cari masalah..."
「Pah」!
Tamparan lagi.
"Gimana? Kalau gue ga jago, loe berani cari masalah?"
"Nggak nggak..." Amu melambaikan tangan, "Kami ga akan ganggu siapa-siapa lagi, mulai sekarang berubah jadi baik, pasti ga buat onar!"
「Pah」!
“Hah?” Amu kebingungan dipukul, “Bukan... Kak Jiajin, ucapan saya tadi juga tidak bermasalah.”
“Ya, kamu memang tidak bermasalah. Tapi bagaimana dengan dua bawahanmu? Kenapa mereka diam saja?” tanya Qiao Jiajin.
Amu menutupi pipinya dengan wajah penuh: “Kalau mereka diam, kenapa malah saya yang dipukul...”
「Prak」!
Setelah beberapa tamparan berturut-turut, kedua pipi Amu membengkak.
“Aku salah! Salah!” Amu buru-buru menampar Botak, “Kalian berdua juga minta maaf!”
“Aku tidak mau minta maaf!” teriak Botak, “Tadi kalah hanya karena kecerobohan! Amu, kenapa kita harus takut padanya? Ini tidak seperti kebiasaanmu!”
“Dasar kau...!” Amu menggeram gigi-gigi. Dia tahu kemampuan bertarung Qiao Jiajin yang luar biasa tadi, tapi tetap berusaha tenang: “Menghadapi tiga musuh bersenjata tajam masih santai saja, berarti kekuatan aslinya lebih dari ini.”
Qiao Jiajin memandang Botak: “Kau mau bagaimana?”
“Satu lawan satu！”
“Satu lawan satu……？ Baik.” Qiao Jiajin mengangguk, lalu menuju ke tanah lapang sambil meregangkan lehernya.
Kemudian ia menunjuk Botak: “Kau, keluar.”
Botak menggigit gigi menatap Qiao Jiajin: “Kau pikir keberuntunganmu akan selalu menyertaimu?!”
“Keluar.” Qiao Jiajin tidak menjawab, hanya melambaikan tangan.
Botak juga tersulut emosinya, segera melepas baju atasnya dan melemparnya ke tanah, memperlihatkan otot-otot putih kekar.
Otot-otot ini terlihat telah banyak diasah di gym.
Qiao Jiajin tersenyum tipis, lalu melepas baju atasnya juga.
Melihat ini, Botak sedikit menelan ludah, merasa lawannya berada di level yang berbeda.
Meski otot Qiao Jiajin tak seberkembang Botak, tato yang sangat hidup dengan latar belakang bekas luka pisau yang menyeramkan di sekujur tubuhnya membuatnya terlihat sangat mencolok.
Di sisi kiri orang ini terdapat tato naga melintasi bahu, di sisi kanan ada harimau turun gunung, sementara di punggungnya terukir gambar ikan naga raksasa yang sedang bergerak lincah di tengah ombak dahsyat.
Di depan ikan naga tersebut, tertera deretan kaligrafi kursif yang ditulis vertikal dari atas ke bawah dengan gaya yang anggun:
「Langit dan bumi pada dasarnya luas, tetapi orang yang picik membatasi diri sendiri」！
“Botak, kalau sudah memutuskan duel satu lawan satu, ini bukan lagi sekadar pertandingan biasa.”
