Chu Tianqiu telah memilih tim penyerang. Qiao Jiajin, Lin Qin, dan Han Yimo tepat masuk mendorong 「pintu」.
Mereka terkejut melihat ruangan dipenuhi lebih dari sepuluh orang.
“Ada apa ini?” Qiao Jiajin memandang sekeliling, matanya tertuju pada Qi Xia. Ia buru-buru mendekat, “Penipu, tadi kau dengar? Lonceng berbunyi tiga kali berturut-turut!”
“Ya, aku dengar.” Qi Xia mengangguk, “Kita berkumpul di sini justru karena itu.”
“Kamu namanya Qiao Jiajin ya?” Zhang Shan bersama Li Xiangling perlahan mendekat, “Besok kita bertiga satu tim, main 「game」 tipe pertarungan.”
“Apa itu?” Qiao Jiajing tampak bingung, “Kenapa aku dilarang bawa 「otak」 keluar? Ini bahaya banget...”
“Otak?” Zhang Shan juga tertegun, “Siapa 「otak」 mu?”
Qiao Jiajin mengacungkan jempol ke arah Qi Xia di sampingnya: “Aku kerja sama sama Penipu, dialah 「otak」 ku.”
“Menarik.” Zhang Shan tersenyum mengangguk, “Kalau dia 「otak」, lalu kamu apa?”
Qiao Jiajin berpikir sejenak, lalu berkata: “Kalau 「bukan」 mau disebut... aku adalah 「tinju」 nya.”
“Nah itu baru benar.” Zhang Shan mengangguk, “Sekarang 「otak」 mu dalam bahaya, bisa tidak selesai... tergantung 「tinju」 mu main kasar atau nggak.”
“Hah?” Qiao Jiajin menoleh ke Qi Xia, “Penipu, kamu dipukuli orang ya?”
“Situasinya jauh lebih rumit dari ini.” Qi Xia berkata, “「Permainan pembantaian」besok terkait denganku, tapi aku tidak bisa ikut serta, hanya bisa mengandalkanmu.”
“Membantumu? Itu mudah.” Qiao Jiajin meregangkan badan, “Yang disebut 「pembantaian」, berarti lawannya adalah 「dalang」, kan?”
“Benar.”
“Tenang, pasti bisa diatasi.”
Melihat hal itu, Chu Tianqiu juga mengangguk: “Karena sudah dipilih, dan Qiao Jiajin juga sudah kembali, maka...”
“Tunggu sebentar...” Yun Yao perlahan mengangkat tangan.
“Ada apa?” Chu Tianqiu bertanya.
“Aku ingin bertanya, dari tiga orang ini siapa yang sudah 「Gema」?”
Ketiganya saling memandang, ekspresi mereka terlihat tidak nyaman.
“Chu Tianqiu...” Yun Yao merasa ada yang janggal, “Ketiganya saat ini belum memiliki 「Gema」.”
Setelah berkata demikian, dia menatap Chu Tianqiu dengan penuh kecurigaan.
“Ini penempatan macam apa?” Yun Yao merasa taktik kali ini sangat aneh, “Sudah kukatakan... lawan adalah 「Jidao」, tiga 「Pemilik Gema」asli itu!”
“Ini……” Chu Tianqiu terlihat ragu sejenak, “Tidak masalah, aku percaya mereka bertiga.”
“Pe、percaya?!” Yun Yao mengira salah dengar, “Tianqiu... apa yang kau katakan? Kau tunjuk mereka bertiga... hanya karena percaya? Apa tak ada taktik lain?”
Zhang Shan merasakan suasana mulai tegang, lalu menepuk bahu Yun Yao, “Tidak apa, menurutku Chu Tianqiu pasti punya rencananya sendiri. Lagipula, game pertarungan dan pembantaian bukan hal sulit bagiku.”
Chu Tianqiu melihat ada yang membelanya, ekspresinya pun rileks: “Kalau begitu, rapat selesai. Kalian bertiga bisa berkenalan dulu, besok kan sudah jadi 「rekan setim」.”
“Kalian bertiga jangan pergi dulu.” Qi Xia berbisik ke Yun Yao, Zhang Shan, dan Li Xiangling, “Ada beberapa hal yang ingin kusampaikan.”
Ketiganya mengangguk diam-diam.
Saat para peserta mulai berangsur-angsur keluar ruangan, Yun Yao tak kuasa membuka mulut.
“Zhang Shan, tidakkah kamu merasa Chu Tianqiu aneh?!” Dia terlihat sangat marah,“Kemarin strateginya menyebabkan kematian Kim Wonhoon dan Si Kacamata, hari ini dia menyuruh kalian bertiga menghadapi 「Pemilik Gema」... Tidak, bukan hanya kali ini, sebelumnya pun dia sudah bertingkah aneh...”
Zhang Shan tersenyum pahit dan berkata:“Yun Yao, kamu lupa? Sebelumnya aku juga tidak memiliki 「Gema」, ingatanku sudah tidak menyimpan versi asli Chu Tianqiu.”
“Ini...” Yun Yao melirik sekeliling, menyadari sepertinya hanya dirinya yang mengenal sosok asli Chu Tianqiu di antara semua orang yang hadir. Segudang kata tertahan di dada, membuatnya sesak.
Dalam ingatannya, strategi Chu Tianqiu selalu mengutamakan prinsip 「kokoh」. Dia tidak pernah memberikan instruksi gegabah seperti ini.
Alasan mengapa begitu banyak anggota 「Surga Firdaus」 kehilangan ingatan dalam siklus ini, adalah karena Tianqiu di akhir-akhir siklus sebelumnya hampir seperti memerintahkan bunuh diri dengan menyuruh semua orang ikut permainan.
Dalam ingatan Yun Yao, setiap ronde mengikuti arahan Chu Tianqiu untuk berpartisipasi dalam 「game」, sekitar 80-90% anggota 「Surga Firdaus」 bisa memperoleh 「Gema」. Bagaimanapun, Chu Tianqiu memahami Momentum setiap orang untuk memperoleh 「Gema」.
Tapi apa yang sebenarnya terjadi di ronde sebelumnya?
Mengapa Chu Tianqiu tiba-tiba mengubah taktik?
Apakah ada perubahan yang tidak dia ketahui?
"Tunggu..."
Yun Yao perlahan menoleh ke arah Qi Xia.
Sebenarnya... perubahan terbesar di ronde sebelumnya justru adalah Qi Xia.
Qi Xia datang mengunjungi Chu Tianqiu, tapi ditolak. Sehari setelah itu, Chu Tianqiu berubah total seperti orang yang berbeda.
"Apa yang sebenarnya terjadi...?"
Yun Yao merasa seperti menemukan sesuatu yang mengerikan, tapi bayangan jawabannya tetap tak terjangkau.
Semua orang mengabaikan Yun Yao, malah asyik mengobrol santai.
Zhang Shan menyilangkan tangannya di dada dan bertanya, "Ayo kita perkenalkan diri. Kalian berdua jago apa?"
Ia mengamati Qiao Jiajin dari atas ke bawah, "Dasar kau, pernah latihan bela diri ya?"
Qiao Jiajin mengangguk, "Si Badak, aku bukan cuma latihan, tapi juga jagoan sejati."
"Oh?" Zhang Shan langsung tertarik, "Aku pernah belajar sanshou. Kamu latihan aliran apa?"
Qiao Jiajin mengulurkan tangannya, menghitung jari sambil berkata, "Tinju, sanshou, gulat, judo, wing chun, muay thai, qin na, taichi, jeet kune do, Brazillian Jiu-Jitsu..."
"Udah-udah..." Zhang Shan mengangkat tangan menghentikannya, "Siapa nanya kategori bela diri? Laozi nanya aliran apa yang kau pelajari?!"
"Semua pernah kupelajari." Qiao Jiajin menjawab dengan penuh keyakinan.
"Semua...?" Zhang Shan tertegun, "Bangsat, ngibul juga ada batasnya! Umurmu belum tua, mana mungkin belajar seabrek jenis?!"
Qi Xia menggaruk kepala, bertukar sorot mata dengan Lin Qin.
Hanya mereka berdua yang tahu betapa luar biasanya hal ini, karena perkataan Qiao Jiajin ternyata 「jujur」.
Ekspresinya terpampang jelas di wajah, sama sekali tidak disembunyikan.
“Aku sudah latihan lebih dari sepuluh tahun.” Kata Qiao Jiajin, “Tapi cuma menguasai dasar-dasarnya saja.”
“Kamu...” Zhang Shan kembali tercekat, pantas saja saat hendak mengikat orang ini sebelumnya hampir celaka, “Lalu berapa jam kamu latihan setiap hari?”
“Sejak usia sebelas tahun, siang malam, selama masih ada satu tangan yang bisa bergerak, aku terus latihan tinju.”
Zhang Shan menelan ludah pelan, bertanya lagi: “Kalau pertarungan nyata pernah?”
“Sebelum ke sini setiap hari bertarung nyata, tidak pernah terlewat sehari pun.” Jawab Qiao Jiajin dengan wajah biasa.
