Qiao Jiajin berjalan mendekat dan meraba leher Luo Shiyi. Setelah memastikan kematiannya, ia segera lari ke sisi Li Xiangling.
“Nona Kungfu...” panggilnya dengan cemas, “Kamu bagaimana?”
「Aku baik-baik saja...」
“Ayo, aku antar kamu naik.” Qiao Jiajin menggenggam lengan Li Xiangling.
“Jangan... Jangan...” Li Xiangling tersenyum pahit, 「Aku lebih baik tidak naik dulu...」
“Hah?” Qiao Jiajin tertegun, “Apa yang kamu bicarakan? Mau menetap di sini?”
“Hehe……” Li Xiangling tersenyum lemah, “Aku ada masalah, agak sulit bergerak……”
“Apa?” Qiao Jiajin jelas merasakan sesuatu tidak beres, dia terdiam sejenak lalu mengulurkan tangan.
Saat hampir menyentuh Li Xiangling, Qiao Jiajin justru meraba sebatang kayu yang tegak.
Seperti kaki meja.
“Nasibku benar-benar sial……” Li Xiangling tertawa pahit, “Batu besar itu menghancurkan meja saat jatuh…… Kaki mejanya terbang tepat ke arahku……”
“Ja-jangan bercanda……” kata Qiao Jiajin, “Kamu……”
“Lengan kananku tertancap di dinding……” Li Xiangling menggerakkan tubuhnya mencoba lebih nyaman, “Bahkan jika tongkat kayu ini dicabut, kurasa aku akan 「mati」……”
“Kamu belum 「Gema」, jangan bicara soal mati-mati.” Qiao Jiajin terus meraba kaki meja, berusaha menemukan posisi luka Li Xiangling, “Si Gadis Kungfu, kali ini kita bertiga berjuang berdampingan, menang dengan gemilang. Kalau berani lupa, aku tidak akan memaafkanmu.”
“Kak Shan... Apakah dia baik-baik saja?” Li Xiangling bertanya lagi.
“Sangat baik.” Qiao Jiajin mengangguk, “Si Badak itu sekarang mungkin bisa satu pukulan bunuh beruang...”
Setelah mengatakannya ia merasa ada yang tak beres: “Bangsat, Si Gadis Kungfu jangan nanya sembarangan, sepertimu sedang berpesan terakhir. Aku akan segera bawa kamu keluar.”
Qiao Jiajin akhirnya menemukan posisi luka Li Xiangling, tepatnya di lengan atas kanan. Kaki meja ini tipis, tidak merusak tulang, hanya menembus otot bisep.
“Syukurlah... Bukan luka fatal...” Qiao Jiajin langsung lega, prioritas sekarang adalah menangani luka, “Si Gadis Kungfu, tadi kamu bilang kuncinya di mana?”
“Jangan buang-buang tenaga, Kak Qiao... Kunci ada di bawah batu raksasa itu... Kita tidak bisa menggesernya...”
“Batu raksasa...?”
Qiao Jiajin menoleh, merenung sejenak, lalu berjalan mendekati batu besar itu.
Dia perlahan meletakkan tangan di batu, tapi menyadari kedua tangannya masih berlumuran darah Li Xiangling, membuatnya sulit berkonsentrasi.
“Kumohon... Biarkan keajaiban terjadi sekali lagi...” gumamnya sambil berusaha mengingat-ingat kondisi saat pertarungan tadi.
“Sebenarnya di sini tidak ada batu...” Qiao Jiajin akhirnya bergumam pelan.
Sayangnya batu itu tetap tak bergerak.
“Bangsat...” Keringat dingin mengucur di wajah Qiao Jiajin, “Diu, muncul lah... Keajaiban seperti bintang itu!”
Dia menyadari semakin keras berusaha, semakin sulit merasakan keajaiban itu.
Ekspresi putus asa perlahan menyebar di wajah Qiao Jiajin.
Apakah Li Xiangling harus tergantung di sini, menunggu 「mati」 perlahan?
“Jangan、jangan begini... Seumur hidup aku paling benci judi dan penipu... Jangan sampai ada orang lagi yang mati karena judi dan penipu...”
Begitu kata-katanya berakhir, batu raksasa bergetar sesaat kemudian pecah berkeping-keping menjadi titik-titik cahaya, beterbangan seperti kunang-kunang di malam hari.
「Dang」！！
Di saat yang sama, Suara Lonceng raksasa kembali bergemericik, Qiao Jiajin merasa telinganya menjadi lebih tenang.
Ia menarik napas panjang, memandangi kunci logam di bawah sinar titik-titik 「putih」 yang bersinar redup.
“Bagus sekali!”
Ia memungut kunci itu lalu melirik ke sekeliling, cahaya samar kini menerangi 「pintu」 kayu di kejauhan.
“Gadis jagoan... Aku akan membawamu pergi sekarang...” kata Qiao Jiajin.
“Kak Qiao...” Li Xiangling menggigit gigi, “Lupakan saja, aku sekarang jadi beban.”
“Rekan setim yang berjuang berdampingan takkan pernah jadi beban.”
Qiao Jiajin kini juga melihat jelas kondisi Li Xiangling. Tubuhnya memang mengalami banyak luka, namun sebagian besar hanya luka superfisial. Yang paling parah adalah lengan kanannya. Sepertinya dia terkena pukulan saat melompat. Lengan kanannya kini terangkat tinggi, membuat seluruh tubuhnya tergantung di dinding batu.
"Tapi bagaimana caramu menurunkan aku...?"
Qiao Jiajin perlahan mendekat, mengamati situasi saat ini. Li Xiangling berjarak sekitar 30 cm dari dinding batu di belakangnya. Saat ini dia hampir sepenuhnya tergantung di udara, membayangkannya saja sudah terasa sakit.
"Aku pernah bilang, aku pernah latihan Wing Chun." Jawab Qiao Jiajin.
"Wing Chun...?" Li Xiangling tampak bingung, "Apa dalam Wing Chun ada diajarkan jurus seperti ini...?"
"Tidak, kamu salah paham." Qiao Jiajin berjalan ke belakang Li Xiangling, satu tangan menghadapkan telapak, satu tangan menggenggam tinju, masing-masing ditempatkan di sisi depan dan belakang kaki meja. "Saat latihan Wing Chun dulu, aku menemukan sesuatu yang menarik."
"Apa?"
“Jika kekuatan cukup terampil, aku bisa dengan mudah menghancurkan patung kayu latihan.”
「Krak」!
Kedua tangannya bergetar mengeluarkan tenaga letusan Cun Jin, tongkat kayu di belakang Li Xiangling langsung patah seketika.
“Hah?”
Li Xiangling bahkan belum merasakan sakit, seluruh tubuhnya sudah jatuh dari dinding batu, tepat ditangkap oleh Qiao Jiajin.
Qiao Jiajin menurunkan Li Xiangling ke lantai, lalu pergi membuka pintu kayu di samping.
Di luar pintu kayu terlihat tangga naik.
“Ayo, Gadis Kungfu.”
Li Xiangling memandang mata jernih Qiao Jiajin, ada perasaan aneh menggelitik di hatinya.
Sepasang mata ini membuat detak jantungnya sedikit cepat.
“Ayo pergi.”
“Oh, baik...”
……
Qi Xia mondar-mandir di aula dengan ekspresi rumit, semua suara lonceng tadi sudah didengarnya.
Mengapa suara lonceng kali ini begitu keras?
Siapa yang 「Gema」?
Apakah Qiao Jiajin 「Gema」?
Mengapa si orang gila yang menggunakan Batu pergi dengan diam-diam?
"Hai, Qi Xia." Suara lembut bergema di luar pintu.
Dia menoleh dan melihat Jiang Ruoxue datang.
Qi Xia tidak berbicara, duduk dengan wajah tenang.
"Kenapa mengabaikanku lagi?" Jiang Ruoxue tersenyum getir, "Setiap kali aku selalu dianggap tak terlihat olehmu."
"Dao berbeda, tak perlu bekerja sama." Qi Xia menggeleng, "Kau datang untuk menjemput rekan setimmu pulang?"
"Bukan, aku hanya ingin melihatmu." Jiang Ruoxue duduk di samping Qi Xia, "Tapi ngomong-ngomong, kita sudah bertemu beberapa kali, kapan pernah kau merasa 'Dao kita berbeda'?"
Qi Xia hendak berbicara, tapi setelah merenung, menyadari ada yang unik dalam perkara ini.
Pertemuan pertama dengan Jiang Ruoxue terjadi dalam game pengiriman surat「Anjing Bumi」. Meski sebagai mata-mata lawan, dia tidak membuat keributan. Bahkan saat Amu dan dua orang lain hendak「membunuh」ku, dia mengaktifkan kemampuan「Sebab-Akibat」, membuat salah seorang dari mereka tewas menabrak kaca di tangan Pengacara Zhang.
Sejujurnya, saat itu Jiang Ruoxue-lah yang menyelamatkanku.
Pertemuan kedua dengannya kemarin, dia berulang kali mencoba menghentikan kegilaan Xiao Xiao si orang gila itu. Sayangnya Xiao Xiao sudah terlalu gila untuk mendengarkan nasihat.
Andai Jiang Ruoxue tidak menyebut diri sebagai 「Jidao」, Qi Xia merasa dia hanyalah seorang 「Peserta」 biasa yang bahkan cukup baik hati.
"Lagipula kamu dan Xiao Xiao masih satu tim." Kata Qi Xia, "Orang normal takkan melakukan aksi bersamanya."
"Aku juga tak pernah bilang diri ini normal." Jiang Ruoxue meregangkan badan, "Awalnya memang berniat mengantar mereka pulang, tapi sepertinya mustahil sekarang."
"Kenapa?"
"Karena jumlah 「Gema」 terlalu banyak." Jiang Ruoxue menghitung dengan jari-jari lentiknya, "Barusan seharusnya ada lima orang yang ber「Gema」? Peluang Zhang Shan ber「Gema」 lima per enam, terlalu tinggi."
Qi Xia kembali terdiam mendengarnya, tak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran Jiang Ruoxue.
Pada saat itu, suara gesekan halus terdengar dari pintu kayu yang tidak jauh.
