Belum sempat Qi Xia mengolah situasi, si tua di kejauhan sudah mengangkat kaki dan menendang keras perut bawah Qin Dingdong.
Setelah mencerna beberapa saat, Qi Xia langsung mendekat, "Hei……"
Si tua menolehkan wajah penuh amarah menatap Qi Xia.
Baru sekarang Qi Xia mengenali si tua di hadapannya sebagai 「korban penipuan pertama」 yang terlihat sangat murka.
Buah kejahatan yang ditabur Qin Dingdong sendiri kini datang menuntut balas.
Baru saja Qin Dingdong menenangkannya 「tunggu satu jam lagi, setelah dapat dua kipas kita keluar」, tapi ternyata setiap setengah jam 「tambahan kipas」 harus dibeli dengan 「Jalan」.
Tua ini sekarang tidak punya kipas maupun 「Jalan」, dia seratus persen akan 「mati」 di sini.
Jadi dia benar-benar hancur.
Qi Xia menatap si tua, berpikir apakah harus menenangkannya atau langsung meninggalkan Qin Dingdong.
“Kamu ngapain?!” si tua membentak, “Aku hari ini mau bunuh wanita bangsat ini, siapa yang halangin aku bakal kena!”
Suara si tua begitu keras sampai menarik perhatian semua orang. Amarah orang baik ibarat gunung api, setelah terakumulasi sampai titik tertentu akan meledak dahsyat. Waktu setengah jam ini sudah cukup untuk mengumpulkan kemarahannya.
“Agak ribet...”
Qi Xia merasakan bahaya.
Dia merasa si tua ini akan menghancurkan sebuah 「tembok」 yang sama sekali tak terlihat. Setelah tembok ini runtuh, 「naluri binatang」 semua orang di arena akan meledak.
"Paman..." Qi Xia menelan ludahnya, "Dengarkan... Aku bisa memberimu kipas, tapi kalau kau membunuh di sini..."
"Pergi!!!" Si tua berteriak seperti orang kesurupan, "Urusanmu apa?! Aku juga sudah nggak mau hidup! Aku harus bunuh dia!!"
Peserta yang berkerumun semakin banyak.
Mereka semua memperhatikan kipas di saku Qin Dingdong dan pria Sichuan itu.
Meskipun dua orang yang kabur ini bukan 「orang kaya」, tapi jelas termasuk 「kelas menengah kecil」.
Bagi banyak peserta, kematian kedua orang ini justru menguntungkan. Kipas mereka akan menjadi milik tak bertuan, dan banyak yang bisa ikut mencaplok.
Hanya saja tak ada yang mau menjadi pertama mengotori tangan dengan darah.
Qi Xia mengerutkan alisnya, otaknya berpikir cepat mencari 「strategi」.
Paman di depan mata pasti akan bertarung sampai mati. Dia sudah tidak punya harapan sama sekali. Meskipun kesalahan awal ada pada Qin Dingdong, Qi Xia harus berusaha mencegah terjadinya peristiwa 「kematian」 demi kepentingannya sendiri.
Namun hal yang membuat Qi Xia semakin putus asa datang bertubi-tubi.
「Orang kaya」 yang sebelumnya membeli semua 「kesedihan」 dan 「orang kaya」 lainnya yang telah berpasangan, yang awalnya ingin kabur melalui tangga, kini juga dihadang oleh sekumpulan penonton.
Saat ini, kecuali dua 「orang kaya」 yang sudah kabur sejak awal, semua 「orang kaya」 lainnya terhalang.
Dampak buruk dari 「kesenjangan ekonomi」 dalam game ini mulai terlihat.
Sebelum Qi Xia sempat bereaksi, seorang pria besar membawa pisau langsung berdiri di tangga pelarian.
Tampaknya pasangan 「orang kaya」 yang kabur sebelumnya memang telah memberikan pisau kepadanya. Situasi yang awalnya stabil kini menjadi buruk secara drastis. 「Game penipuan」 mungkin akan memasuki fase kedua.
Yakni 「fase kekerasan」.
Saat ini bukan tentang siapa yang lebih punya strategi, melainkan siapa yang tinju lebih keras dan punya pisau di tangan.
“Hei!” Pria besar berpisau menghentikan si tua yang sedang memukul Qin Dongdong, “Memukulinya percuma?! Ambil kipasnya!”
“Kip...kipas...?” Si tua melihat kipas di saku Qin Dongdong, menelan ludah, “Benar juga! Kipasku ditipu...”
Begitu katanya, dia langsung membungkuk merebut kipas Qin Dongdong.
“Dasar perempuan hina...berikan kipas itu padaku!!”
Qin Dongdong menutup erat sakunya: “Tidak! Aku tidak mau memberi!!”
“Kalau tidak kau kubunuh!!”
Qi Xia yang tidak bisa tinggal diam pun maju menarik si tua.
“Hah?!”
“Semuanya!” Qi Xia berteriak keras, “Renungkan baik-baik...begitu ada yang 「mati」 di sini, situasi akan tidak terkendali. Setiap orang bisa mati di 「game」 berikutnya... Kalian sudah siap?!”
Semua orang menatap Qi Xia dengan ekspresi datar, menunjukkan sikap acuh tak acuh seolah ini bukan urusan mereka.
Masuk akal juga, saat ini yang akan segera mati adalah beberapa 「orang kaya」 di depan mata, bukan mereka.
Saat ini Qi Xia hanya punya satu pikiran... Siapa yang akan berdiri di sisinya? Sebatang kayu tak bisa membentuk hutan, bahkan satu orang pun cukup.
Seorang pria jaket kulit di tim tampak ingin maju mengatakan sesuatu, tapi dihalangi oleh pria jaket kulit lainnya.
Seorang 「orang kaya」 melihat situasi kebuntuan, langsung mengangkat tas tangannya dan berlari ke pintu keluar di tengah keributan.
Qi Xia panik melihat 「orang kaya」 itu, lalu menunjukkan ekspresi lega.
「Orang kaya」 yang kabur bukanlah pria yang membeli semua 「kesedihan」, melainkan anggota timnya.
“Bangsat!”
Di bawah tatapan semua orang, pria besar berpisau itu mengejarnya dalam beberapa langkah, lalu menyelipkan pisaunya di antara tulang rusuknya.
Seluruh kejadian berlangsung dalam hitungan detik, tak ada yang sempat bereaksi.
Pria besar berpisau tampak juga tertegun sejenak, tapi segera tersadar, bertanya dengan berpura-pura tenang: 「Siapa yang suruh kamu lari？！」
Dengan kasar ia mencabut pisau merah darah itu, sementara korban langsung ambruk.
「Orang kaya」 terbaring di tanah terengah-engah gemetar, wajahnya cepat 「berubah pucat」.
Darah mengalir deras dari bawah tubuhnya, 「nyawa」 pertama akan menghilang.
Entah pria berpisau ini pernah membunuh sebelumnya atau tidak, sekarang ia sudah memulai pembunuhan. Selanjutnya tangannya tak akan ragu lagi.
Kerumunan pun akhirnya gaduh. Sebuah nyawa lenyap begitu saja, desahan bergema dari kerumunan.
Tapi di 「Tanah Akhir」, toleransi semua orang terhadap kematian jelas lebih tinggi. Banyak yang mulai merencanakan perebutan kipas.
Qi Xia memandangi 「orang kaya」 yang sekarat di tanah, alisnya perlahan berkerut.
Meskipun kejadian 「mati」 seseorang memang tidak baik, tapi sepertinya ada hal penting yang dia lewatkan...
Apa itu?
Qi Xia menoleh melihat Domba Bumi di kejauhan, yang sama sekali tidak bergerak.
Apakah "pembunuhan" memang diizinkan secara diam-diam?
「Orang kaya」 yang membeli semua 「kesedihan」 melihat pemandangan ini, menatap Qi Xia dengan panik.
Setelah berpikir sejenak, Qi Xia membentuk kata dengan bibirnya: "Lari."
Si 「orang kaya」 tersadar, memanfaatkan keributan orang-orang untuk berbalik badan dan berlari secepat kilat menaiki tangga, lalu membuka pintu dan berhasil 「kabur」.
Pria besar pengemban pisau tak menyangka setelah "menunjukkan kekuasaan", langsung ada yang "memberontak".
Dengan gerakan secepat kilat si pelarian, pria itu jadi naik pitam. Dia ingin segera bergegas keluar pintu, tapi perlahan menghentikan langkahnya 5-6 meter sebelum pintu.
Dia belum berhasil 「berpasangan」, kabur sekarang pasti akan 「melanggar aturan」.
Belum sempat kerumunan mereda, si tua mendorong Qi Xia, lalu menghampiri Qin Dingdong.
“Hari ini pasti kuambil kipasmu!!”
「Tangan」nya mencengkeram erat kipas dalam saku Qin Dingdong, merobek satu buah dengan tarikan keras. Si tua terlihat tak peduli sama sekali, langsung merobek kipas lainnya.
Saat Qi Xia mengulurkan tangan hendak berbicara, pria besar berpisau justru menoleh dan lebih dulu berseru: “Hei!! Tua bangka! Siapa suruh kau robek kipas itu?!”
“Gua gak peduli!!” Si tua berteriak dengan ekspresi mengerikan, “Biar kuremukkan semua kipasnya, dia tetap gak bakal tenang!!”
Melihat situasi ini, Qi Xia sadar dirinya tak mampu menghentikan, harus secepatnya kabur dengan kipas ke sudut aman. Jika tetap di pusar badai peristiwa, cepat atau lambat dia akan jadi target berikutnya.
Probabilitas kematian Qin Dingdong saat ini sangat tinggi, dan 「orang kaya」yang satu tim dengannya delapan puluh persen juga akan 「mati」di sini.
"Tapi sebelum dia sempat melangkah beberapa langkah, pria besar pengangkut pisau sudah mendatangi Qin Dingdong dan menghadang si tua."
"Laozi suruh jangan hancurkan kipas! Kau tak paham?!” pria besar itu membentak marah.
Si tua yang mendengar itu ikut naik darah: "Cewek ini nipu aku! Aku harus buat dia 「keluar」!"
"Lah kenapa tak langsung bunuh dia?!” teriak pria besar seolah kehilangan 「akal sehat」.
"Bener juga... Kalau gitu kasih pisau ke aku!” teriak si tua yang terpancing, "Kasih pisau, aku bunuh dia!"
Usai bicara, dia langsung berusaha merebut pisau pria besar. Tapi mana mungkin pria itu melepas?
Keduanya malah beradu tarik-menarik.
"Ngapain kau ambil pisau Laozi?!"
"Kau kasih! Aku mau "pembunuhan"!!"
