“Apakah nak ini dibunuh atau tidak……apa hubungannya denganku?”
Sorot mata dingin Kakak Domba Putih yang menatap Paman Harimau membuat merinding.
“Kakak Domba, kau tahu sendiri bagaimana sifat 「shio」 tingkat bumi di sini.” Kata Paman Harimau, “Nak ini tidak bisa menghasilkan 「Dao」, pasti tidak akan bertahan beberapa hari.”
“Darimana kau tahu dia tidak bisa dapatkan 「Dao」?” Kakak Domba Putih balik bertanya, “Orang yang bisa mengenakan topeng, mungkinkah orang biasa?”
“Tap……”
“Paman Harimau sepertinya juga merasa ada yang aneh. Setelah berhenti sejenak, dia menoleh dan bertanya padaku: 「Tikus kecil, bagaimana kamu bisa memakai topeng?」”
“Aku……”
Melihat semua orang memperhatikanku, terpaksa kuceritakan semua kejadian hari ini secara detail.
Setelah mendengar pengalamanku, sorot mata mereka semua berubah.
Paman Ular bahkan menangis terisak-isak.
Baru sekarang kusadari, meskipun baunya tidak enak, tapi dia orang yang baik hati.
“Mereka masih pantas disebut manusia……” Paman Ular berkata sambil terisak, “Besok akan kucincang mayat mereka jadi daging cincang untuk dibuat bakso……hu hu hu……”
Aku menarik kembali ucapan tadi. Tampaknya dia masih aneh.
“Makan sendiri saja.” Paman Harimau kesal padanya, lalu menatap Kakak Domba Putih, “Kakak, kamu juga dengar. Alasan nona kecil ini menjadi 「shio」berbeda dengan kita. Masih tega melihatnya mati……”
Kakak Domba Putih tidak bicara, namun Paman Domba Hitam membuka mulut.
“Manusia Harimau, apakah kau sudah gila?” Dia perlahan berdiri, “Kau tahu mengapa kita menjadi「shio」? Kasihanmu yang berlebihan ini, kapan bisa menandatangani kontrak?”
“Laozi bangsat akan benar-benar gila jika sama sepertimu yang tak punya perasaan.” Paman Harimau berkata marah, “Meski kita bisa membunuh sesuka hati, apa ini bertentangan dengan menolong seorang anak? Apakah nak ini pantas mati?”
“Pantas atau tidak, dia sudah memakai「topeng」.” Paman Domba Hitam berkata, “Jika tak bisa menanggung konsekuensinya, dia akan「hidup」lebih sengsara dari siapapun. Jangan karena rindu pada anakmu sendiri, kau tambahkan Beban pada kita. Menurutku Kakak Domba benar, jika cepat atau lambat dia harus「mati」, lebih baik bebaskan sekarang.”
“Bebaskan bangsat ibumu!”
Paman Harimau berteriak keras. Saat hendak maju untuk melawan, Kakak Domba Putih dengan lembut menepuk meja.
Empat kaki meja pada saat ini semuanya patah, makanan di atas meja mulai miring ke lantai. Aku merasa sangat sayang, ingin mengulurkan tangan untuk menangkapnya, tapi sama sekali tidak bisa. Hanya terdengar suara 「Pi li pa la」, piring dan mangkuk pecah berhamburan di lantai.
Kakak Domba Putih perlahan mengangkat pandangan memandangi dua paman, berkata: "Kalian berdua makan sesuatu yang kotor ya? Berani-berainya bertindak di hadapanku?"
Begitu kalimat ini keluar, tubuh kedua orang itu bergetar.
"Be-Benar、maaf..."
"Ini kesalahan kami, Kakak Domba..."
Kedua paman segera menundukkan kepala, seolah sangat takut pada Kakak Domba Putih.
Sungguh aneh, suara Kakak Domba Putih terdengar lembut seperti domba, tapi semua orang sangat ketakutan.
"Itu... itu..." Aku berbisik, "Para paman jangan bertengkar... ini semua salahku, aku sudah kenyang, aku akan segera pergi, kalian jangan sampai berselisih karena aku..."
“Tikus kecil, kamu jangan bicara.” Paman Harimau menekan kepalaku dengan kuat, “Laozi membawamu ke sini bukan cuma supaya kamu bisa makan kenyang.”
“Begini saja…” Kakak Domba merenung sejenak lalu berkata, “Tikus kecil, penuhi beberapa syarat dariku, baru aku akan pertimbangkan untuk menampungmu.”
“Menampungku?” Meski ini pertama kalinya bertemu mereka, aku benar-benar ingin tinggal.
Mereka sama sekali berbeda dengan semua orang yang pernah kukenal.
Mungkin karena mereka langsung memberiku makanan saat pertama bertemu?
Kalau bukan karena makanan ini, mungkin aku sudah mati kelaparan.
“Tikus kecil, aturan yang akan kusampaikan ini wajib dipatuhi setiap orang setelah menjadi 「shio」, kami menyebutnya 「Aturan Shio」.” Kata Kakak Domba, “Jika melanggar satu saja, kamu akan langsung dibunuh oleh 「Makhluk Suci」.”
“Ah… Aku…”
“Pertama, jangan pernah melepaskan status 「shio」 kecuali mati.”
“Kedua, jangan pernah melepas topeng kecuali mati.”
“Ketiga, kapan pun tidak boleh membocorkan nama asli, kecuali mati.”
“Keempat,「shio」tidak akan pernah「Gema」.”
“Kelima,「shio」tidak akan pernah「kabur」.”
Aku tidak terlalu paham, tapi tetap mengangguk.
Artinya sekarang aku menjadi「shio」? Karena memakai topeng tikus, berarti aku adalah tikus dalam「shio」?
“Selanjutnya adalah aturan desain game...” Kakak Domba hendak mengatakan sesuatu tapi terhenti, “Tikus kecil, kamu saat ini belum punya「game」kan?”
“Game…? Aku…” Kepalaku terasa penuh kabut, benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.
“Malam ini kuberi waktu semalam.” Kata Kakak Domba, “Buatkan aku sebuah「game」.”
“Mendesain game ya…” Setelah mendengar sepertiku agak paham, “Aku… cuma pernah main pukul kantong pasir dan lompat rumah, jadi...”
Belum selesai bicara, Paman Harimau langsung menutup mulutku.
“Jangan ngomong sembarangan, Tikus kecil. Nanti akan kuajari detailnya.”
“Bertarung kantung pasir dan lompat rumah……？” Kakak Domba menunjukkan senyum tipis, “Jika besok pagi jawabanmu adalah dua hal ini, aku akan secara pribadi membuangmu dari sini.”
“Ah?”
Melihat semua orang bersikap sangat hormat pada Kakak Domba, aku pun tidak berani berbicara.
Kakak Domba perlahan berdiri, memandangi beberapa paman, lalu berkata: “Aku akan pergi baca buku, sampai jumpa saat sarapan besok.”
Dia mendorong 「pintu」 dan keluar, tiga orang di dalam ruangan baru menghela napas lega, perlahan duduk di 「kursi」.
Melihat mereka diam semua, aku hanya bisa menunduk membereskan pecahan piring di lantai.
Piring-piring ini terlihat sangat berkualitas, sayang semuanya pecah.
“Nona kecil...jangan dibereskan.” Paman Harimau berkata padaku, “Sebaiknya kamu cepat pikirkan 「game」.”
“Tapi pecahan piring ini, kalau nanti para paman menginjak...”
“Itu bukan urusan yang harus kamu pusingkan!” Paman Harimau menarikku, “「Tikus kecil」, kau harus tahu, jika ingin 「hidup」 di sini, bantuan Kakak Domba sangat penting! Dia berbeda dengan 「Bumi」 lainnya, kau...”
“Kurasa kau terlalu banyak berpikir.” Paman Domba Hitam menggeleng, “Seberapa kejam yang menusuk sifat Kakak Domba? Dia hanya mencari alasan untuk mengusir nak ini secara terang-terangan.”
Aku tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa melirik Paman Ular.
Paman Ular mengedipkan mata padaku, lalu berdiri dan menghampiri Paman Domba Hitam.
“Ada apa?” tanya Paman Domba Hitam.
“Lao Yang ah Lao Yang...” dia mengulurkan tangan memijit bahu Paman Domba Hitam, “Aku tak peduli apa niat sebenarnya Kakak Domba, yang kuketahui dia menyuruh nak ini mendesain sebuah 「game」... Di sini kau yang paling cerdas, maukah kau bantu nak ini?”
“Membantunya? Atas dasar apa?”
“Kalau kau tidak membantunya…” Paman Ular tersenyum jahat, “malam ini aku akan memelukmu dan tidak pergi.”
