“Apa yang terjadi?!” Aku berteriak kaget.
“Adik kecil, bantuanku sampai di sini saja.” Kak Ruoxue berkata, “Jangan terlalu polos lagi ke depannya. Lokasi ini kau jaga baik-baik ya.”
“Ah… Terima kasih… Terima kasih, Kak…” Meski mereka tak ingin mendengar ucapan terimakasihku, aku tak kuasa menahan diri untuk tidak berterima kasih pada Kak Ruoxue.
“Tikus kecil…” Kak Xiao Yao menoleh memandangku, “Jadi di mana letak 「Dao」 gudangmu ini sebenarnya?”
“Oh, gudang ini sebenarnya tidak…”
「Belum selesai bicara,」 Kak Ruoxue mengulurkan tangan menutupi mulutku.
Dia mengerutkan alisnya melihat Kak Xiao Yao: 「Xiao Yao……Apa yang ingin kamu lakukan?」
「Ruoxue, tidakkah kamu merasa ini kesempatan bagus?」 Kak Xiao Yao membuka mulut, 「Kita sudah susah payah datang ke tempat sejauh ini, dan bertemu dengan seorang 「shio」 seperti ini. Apa kamu lupa tugas terakhir 「Surga Firdaus」?」
「Aku tidak mengizinkan.」 Kak Ruoxue berkata, 「Xiao Yao, adik kecil ini baru pertama hari menjadi 「shio」. Dia belum menyakiti siapapun sampai saat ini.」
「Sekarang tidak berarti nanti tidak.」 Meski terlihat ragu, Kak Xiao Yao tetap melanjutkan, 「Walau dia seorang nak……Bagaimanapun juga, semakin sedikit 「shio」 semakin baik.」
Ekspresi Kak Ruoxue yang awalnya penuh senyum perlahan menjadi datar mendengar kalimat ini.
Dia mengambil tanganku dan menggenggamnya bersama tangannya sendiri, lalu berkata pada Noona Xiao Yao: \"Xiao Yao, kau harus pahami 「hubungan logis」 di sini, karena nak ini berdiri di pihakku, kau tidak akan menang darinya.\"
Dia menggenggam tanganku lebih erat, mengulangi: \"Kau pasti tidak akan menang.\"
\"Kau...!\" Noona Xiao Yao terlihat sangat marah, \"Ruoxue... Kau melindungi seorang 「shio」?! Apa bedanya perbuatanmu dengan 「Jidao」?!\"
\"Sebut saja aku 「Jidao」... atau orang gila...\" Noona Ruoxue menggelengkan kepala, \"Tapi jika kau benar-benar menyakiti nak ini di sini... suatu hari kau akan sangat menyesal.\"
Ekspresi Noona Xiao Yao perlahan menjadi suram mendengar ini.
\"Rupanya begitu...\" Dia tersenyum pahit, \"Sebenarnya sejak dulu aku sudah curiga... Tak disangka benar-benar kau.\"
\"Benar.\" Noona Ruoxue mengangguk, \"Jadi Xiao Yao, apa keputusanmu?\"
“Aku setuju tidak akan membunuh anak ini, tapi……” Kak Xiao Yao dengan wajah sedih melangkah beberapa langkah ke depan, lalu menoleh dan berkata, “Ruoxue, kita putus.”
Dia pergi.
Melihat ekspresi sedih Kak Ruoxue, aku merasa seperti sekali lagi melakukan kesalahan.
Sejak aku datang ke tempat aneh ini, sepertinya aku selalu merepotkan orang lain.
“Kak Ruoxue……” Aku menarik-nariknya perlahan, “Kamu baik-baik saja……?”
“Hmm…… Aku tidak apa-apa.” Mata Kak Ruoxue berkilauan air mata, tapi dia tetap membungkuk dan mengelus kepalaku, “Tikus kecil, ingatlah untuk 「berjuang untuk hidup」. Suatu hari kita pasti akan pergi dari tempat ini, saat itu kamu harus tetap 「hidup」……”
“Hmm……” Meski tidak terlalu mengerti, aku tetap mengangguk, “Baik…… Kak Ruoxue, aku pasti akan 「hidup」 dengan baik.”
Dia perlahan mengusap sudut matanya, lalu mengeluarkan kantong kecil dari tasnya.
“Ini yang kak temukan di supermarket kecil sebelumnya, ini untukmu.”
Aku melihatnya, itu adalah sekantong kacang tanah. Kacang ini sepertinya berbeda dengan yang biasa aku makan, ada kemasannya.
Ketika aku mengangkat kepala lagi, Kakak Ruoxue sudah berbalik pergi. Dari kejauhan, dia melambaikan tangan sambil membelakangi aku.
Apa yang sebenarnya terjadi di sini？
Apakah dia bertengkar dengan Kakak Xiao Yao……？
Aku menunduk lagi melihat kantong kacang ini.
Ini tidak boleh aku makan sendiri. Aku harus membawanya pulang untuk Paman Harimau, Paman Ular, Paman Domba Hitam, dan Kakak Domba Putih.
Karena kacang ini adalah hasil 'menghasilkan' ku di hari pertama bekerja, hehe!
Hari ini sangat lancar, tamu pertama langsung memberiku satu 'Dao' dan sekantong kacang.
Apakah nanti akan dapat menghasilkan lebih banyak？
Sayangnya kenyataan berbeda dengan bayanganku. Seperti yang kukatakan sebelumnya, mungkin tempatku terlalu terpencil. Sepanjang hari hanya ada Kakak Xiao Yao dan Kakak Ruoxue yang datang.
Aku berdiri sampai sangat lelah, tidak lama kemudian harus diam-diam duduk sebentar, setelah duduk cukup lama baru berdiri lagi.
Sampai malam tiba, di sampingku muncul「pintu」yang bercahaya, hari ini akhirnya selesai la.
Aku tak sabar masuk ke dalam「pintu」, menemukan banyak paman dan tante sudah masuk terlebih dahulu.
Entah mengapa, aku masih merasa agak takut... Mungkin karena semua orang memakai topeng?
Aku menunggu di tempat sebentar, Paman Harimau muncul lagi di belakangku.
"Tikus kecil... Bagaimana hari ini?" Dia mengelus kepalaku, "Hari ini rugi berapa butir?"
"Hehe... Hari ini aku dapat satu butir." Aku tersenyum kepada Paman Harimau, "Aku tidak membuat Kakak Domba Putih rugi uang ya!"
Meski sejak kecil selalu dipanggil「barang pemboros uang」, tapi kali ini benar-benar tidak merugi.
"Apa...?" Ekspresi Paman Harimau terlihat tidak senang, "Kamu, kamu malah dapat satu butir?"
“Ah?” Aku agak tidak mengerti maksud Paman Harimau, “Bukankah kita keluar untuk menghasilkan 「Dao」……?”
“Eh…… Iya、iya……” Paman Harimau menggaruk kepalanya, bergumam pelan, “Tapi Laozi hari ini rugi tujuh butir ah……”
Kita bertemu Paman Ular dan Paman Domba Hitam di koridor lagi, mereka juga baru saja masuk 「pintu」, lalu bersama-sama menuju ruangan Kakak Domba.
Ruangan ini benar-benar aneh, makanan yang berceceran dan meja yang patah kemarin sudah pulih seperti semula, apakah ada yang membereskannya siang hari?
“Ayo makan.” Kakak Domba mengetuk meja seperti kemarin.
Kali ini aku juga tidak sungkan, langsung duduk di kursi sebelah Kakak Domba, semua orang melahap makanan dengan lahap seperti kemarin.
Aku mengambil sebutir kentang rebus lagi, selalu terasa ada aroma Nenek di sini.
“Tikus kecil, kenapa kamu bersembunyi di sudut lagi mengunyah kentang? Benarkah kamu menganggap diri sebagai 「tikus」?”
Paman Harimau menghela napas, lalu mengambil sepotong paha ayam dari piring Paman Domba Hitam untukku.
“Tak habis-habis ya…?” Paman Domba Hitam terlihat marah, “Harusnya kamu ambil dari piringku?”
“Aku bantu kamu diet, jangan banyak cing... jangan bicara.” Paman Harimau menyerahkan paha ayam itu padaku.
Aku mengucapkan terima kasih pada mereka berdua, tapi kali ini Paman Domba Hitam tidak berkata apa-apa, malah mengambil potongan iga babi dari piringnya.
“Paha ayam rendah kalori, lebih baik makan lebih banyak daging babi.” Katanya.
“Terima kasih Paman Domba Hitam!”
Tak lama kemudian kami selesai makan. Kakak Domba Putih membersihkan tangannya dengan serbet di samping, lalu bertanya: “Hari ini dapat berapa?”
Aku tersenyum kecut lalu berdiri: “Kakak Domba Putih, hari ini aku dapat satu 「Jalan」 lho!”
Aku mengeluarkan bola kecil berkilauan itu dari saku dan mendorongnya ke depan.
Kakak Domba Putih melempar serbet ke meja setelah mendengar, lalu menatapku dingin: “Tikus, kamu pikir dirimu pintar?”
