“Kakak Domba Putih……Apa yang kau katakan?”
Kakak Domba Putih mengerutkan alis sambil menatapku: “Game yang kubuat untukmu harus menang dua butir 「Dao」 atau sama sekali tidak dapat. Katakan, bagaimana bisa dapat satu butir 「Dao」?”
“Aku……aku……” Aku menunduk dan menceritakan kejadian hari ini padanya.
Kukatakan bahwa begitu melihat orang, otak langsung kosong melupakan semua isi buku catatan. Tapi demi melanjutkan game, aku membuat game sederhana dadakan, tak disangka malah berhasil dapat.
“Aku kecewa padamu.” Kakak Domba Putih berdiri sambil berkata, “Kamu tidak perlu tinggal di sini lagi.”
“Ha……?” Aku panik.
Sepertinya Kakak Domba Putih tiba-tiba tidak menginginkanku lagi.
“Domba……Kakak Domba……Tidak sampai segitunya kan……” Paman Harimau juga berdiri sambil berkata, “Meski nak ini tidak mengikuti rencanamu, tapi dia berhasil mendapatkan 「Jalan」……bahkan lebih hebat dariku……”
“Yang kumaksud dengan「kekecewaan」……” Kakak Domba Putih berkata pada Paman Harimau, “adalah dia selalu jujur. Padahal bisa saja dia mengarang alasan untuk menipuku, tapi tidak. Ini membuatku kecewa.”
“Apa?” Sepertinya aku mulai mengerti alasan kemarahan Kakak Domba……Dia ingin aku menipunya? Tapi kenapa?
“Manusia Tikus, kau takkan bisa bertahan di sini. Carilah tempat untuk 「mati」.” Kata Kakak Domba Putih, “Sekarang mati adalah pembebasan bagimu.”
“Aku……aku……” Kalimat itu membuat bulu kudukku merinding. Aku tak mengerti mengapa Kakak Domba yang suaranya begitu lembut bisa mengucapkan kata-kata mengerikan seperti itu.
“Kakak Domba……Mengapa demikian……？” Paman Harimau bertanya, “Apakah di tempat sialan ini hanya bisa bertahan dengan berbohong? Meskipun kita sudah berubah menjadi makhluk mengerikan ini……tapi kita masih bisa berusaha melindungi seorang anak!”
“Apa kau mendengar 「game」 yang dia buat tadi?” Kakak Domba balik bertanya, “Dia membuat game yang begitu lemah, setiap saat bisa mati di tangan Peserta. Kalian harus tahu 「game」 yang sudah dirancang tidak bisa diubah! Hari ini kedua wanita itu masih punya sedikit nurani, tapi bagaimana kedepannya? Haruskah kita membiarkannya mati setelah kita sudah punya ikatan emosi?”
“Tapi……tapi tidak mungkin membiarkannya sekarang juga……” Paman Harimau perlahan menundukkan kepala, mereka semua terlihat sangat sedih.
Mengapa mereka begitu sedih?
Apakah benar seperti yang Ayah katakan dulu……aku ini 「barang」 yang merugi……?
Selama aku ada di sini……mereka tidak akan pernah bahagia.
Karena kelahiranku……Ayah pergi, beberapa tahun kemudian Ibu juga meninggal karena aku.
Hanya Nenek yang mau memasakkan kentang untukku.
“Aku rasa Kakak Domba benar……” Paman Domba Hitam juga berbicara，“Apakah kita benar-benar membantunya dengan membiarkan nak ini 「hidup」? Dia baru sepuluh tahun lebih, kamu mau membuatnya menyaksikan semua kejahatan manusia?”
Paman Ular yang biasanya selalu bercanda, sorot mata malam ini juga serius. Dia menggelengkan kepala dan membuka mulut: “Jadi membiarkan nak ini 「mati」adalah pembebasannya? Tangan kita semua sudah berlumuran darah, sekarang bahkan anak kecil pun tidak dilepaskan?”
“Pikiran macam apa ini?” Paman Domba Hitam bertanya, “Kita adalah 「shio」! Ujung-ujungnya kita harus mengandalkan "pembunuhan" untuk kabur dari sini! Kamu sungguh menganggap diri sebagai Dewa?”
Beberapa orang itu bertengkar sengit. Meski aku tak terlalu paham maksud mereka, tapi aku tahu ini pasti karena aku.
“Para Paman…… kalian jangan bertengkar……” Aku berdiri dan berterima kasih lagi pada mereka, “Kalian sudah memberiku dua kali makan kenyang, aku sudah sangat berterima kasih.”
Beberapa paman menatapku dalam diam, aku juga tidak tahu apa yang mereka pikirkan.
“Ini... ini adalah 「Dao」 yang diberikan Kakak Domba siang tadi.” Aku mengeluarkan empat butir bola kecil dan meletakkannya di meja, “Selain itu hari ini aku juga dapat sekantung kacang...”
Aku mengeluarkan sekantung kacang keriput dari saku dan menaruhnya di meja.
“Aku tidak tega memakannya... lebih baik paman-paman yang makan...”
Melihat mereka tidak bergerak, aku tersenyum pada mereka: “Paman-paman jangan bertengkar, aku ini 「barang merugi」... benar-benar tidak layak diperdebatkan...”
Perlahan aku mundur ke dekat 「pintu」, mengucap terima kasih lagi, lalu membukanya dan keluar.
Sebenarnya tidak apa-apa, benar-benar tidak apa-apa...
Ini bukan pertama kalinya aku 「dibuang」.
「Ayah」 pernah membuangku, bibi dan paman yang mengadopsiku juga pernah membuangku, sungguh tidak apa-apa...
Aku tidak akan sedih, kuharap paman-paman juga tidak sedih.
Mereka semua 「orang baik」, bagaimana bisa bersedih karena diriku?
Tapi menangis sambil pakai topeng sungguh menyiksa, air mataku menempel di wajah.
Sepanjang hidupku, aku selalu melakukan kesalahan.
Jadi nak kecil itu susah sekali, kadang menurut dipuji, kadang menurut dimarahi.
Kalau bisa… aku berharap bisa segera dewasa besok.
Saat berjalan di koridor, aku teringat saat berusia empat tahun, ibu menangis-nangis minta kutendang kursi di bawah kakinya, katanya dia takut melakukannya sendiri.
Sebenarnya aku juga takut, aku merasa sangat ketakutan… Tapi ibu terus menangis dan menjerit-jerit menyuruhku menendang kursi itu, akhirnya kulakukan juga.
Waktu itu aku menuruti perkataannya, tapi ibu tetap tergantung di tali dan tak pernah bangun lagi.
Sejak itu selain Nenek, tak ada yang mau mendekatiku. Mereka bilang aku 「barang」 sial yang sudah membunuh ibu kandung sendiri.
Mungkin keberadaanku memang menyusahkan orang lain, aku harus cari tempat persembunyian sendiri.
Walau aku sudah keluar dari Ruangan…… tapi ke mana aku harus pergi?
Aku agak rindu si Kuning besar di kampung, mungkin di dunia ini hanya Nenek dan Kuning yang benar-benar menyukaiku.
Sebenarnya tidak ada yang menemani juga tak apa…… aku bisa berangkat kerja lebih awal.
Kedepannya aku akan tinggal di gudang kecil saja, kalau malam lapar aku akan keluar cari makanan, siang hari di sana aku akan menyambut 「peserta」……
“Aah!”
Kurasakan tidak sengaja menabrak sesuatu, mengangkat kepala melihat dua Kak Kelinci.
“Seorang Manusia Tikus……?” Mereka menunduk memandangiku, “Kamu Manusia Tikus keluarga siapa? Kenapa masih berkeliaran di koridor larut malam?”
“Aku……” Kucerna sejenak, sepertinya aku bukan milik siapapun, seketika tangisanku makin menjadi, “Kak, n-n-n tidak ada yang mau aku……”
Salah satu Kak Kelinci setelah mendengar buru-buru menutupi mulutku, membuka mulut: “Nona kecil…… coba ingat-ingat lagi. Pasti kamu punya 「Guru」 kan? Siapa gurumu?”
Aku tahu sudah terlalu merepotkan Kakak Domba, aku tidak boleh menyusahkannya lagi.
Aku menggelengkan kepala, melepaskan tangan noona kelinci, lalu berkata: "Noona... Aku benar-benar tidak punya guru, sekarang aku mau pergi 「kerja」..."
Dia masih terlihat panik, mencoba lagi menutup mulutku, tapi noona kelinci lainnya berkata: "Sudah tidak berguna, dia sudah mengatakannya dua kali, Guru pasti sudah mendengar, antarkan dia ke sana."
"Aduh..." Noona kelinci yang menutup mulutku tiba-tiba menunjukkan sorot mata 「kesedihan」, "Tikus kecil, kamu benar-benar terlalu bodoh... Guru kami sudah memberi salam ke Naga Bumi... Dia khusus menerima gadis-gadis yang tidak diinginkan..."
Guru mereka...?
Apa guru di sini semua baik seperti Kakak Domba?
"Kalau... Apakah guru noona akan memberiku makan...?" Aku bertanya pelan, "Aku makan sedikit kok, setiap hari hanya perlu satu kentang rebus saja."
“Makanan……” Dua kelinci Kak saling memandang, akhirnya menghela napas, “Tikus kecil……Asalkan kamu bisa lebih patuh……Setiap hari akan dapat banyak makanan……”
“Patuh?”
Aku tersenyum dan mengangguk, ini seharusnya bukan masalah yang sulit.
Sejak kecil Nenek selalu bilang aku anak yang patuh, jadi pasti bisa membuat Guru mereka senang……?
Dua kelinci Kak membawaku ke depan pintu sebuah Ruangan, Ruangan ini sepertinya berbeda dari yang lain.
Pintu di sini sangat bau.
“Tikus kecil……Jangan benci kami……” Seorang kelinci Kak berbisik, “Kami juga punya tugas sendiri……”
Sebelum sempat berkata apapun, mereka membuka pintu dan mendorongku masuk, dari dalam tercium bau amis yang menyengat.
