Tak pernah kubayangkan, Kakak Domba akan datang menyelamatkanku.
Kukira aku harus terus 「hidup」 di ruangan ini selamanya……
Tapi Kakak Domba benar-benar datang, dia membawa Paman Harimau, Paman Ular, Paman Domba Hitam.
Mereka berempat datang menyelamatkanku.
Malam itu, Kakak Domba bertarung habis-habisan dengan manusia ular, Paman Harimau terus menutupi mataku agar aku tidak melihat.
Tapi aku bisa mendengar suara pertarungan.
Keduanya memiliki tenaga yang sangat besar, saat bertarung seperti dua traktor yang bertabrakan.
Akhirnya Kakak Domba menang, wajah manusia ular dipenuhi darah.
Kakak Domba tidak membunuhnya, hanya memperingatkannya untuk lebih berhati-hati di kemudian hari.
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, juga tidak tahu harus takut atau senang.
Mereka jelas-jelas sudah membuangku, tapi kembali bersama menyelamatkanku... Akankah mereka membuangku lagi?
Aku bisa menerima orang yang jahat padaku, tapi tidak bisa menerima orang yang sudah berbuat baik lalu membuangku...
Paman Harimau memelukku erat, lalu mengantarku kembali ke ruangan Kakak Domba.
“Tikus kecil……kamu tidak apa-apa?” Paman Harimau bertanya padaku.
“Aku……Aku tidak apa-apa, Paman Harimau……” Kumasang senyum tipis.
Paman Domba Hitam setelah mendengar juga mengumpat: “Brengsek……Aku sampai lupa trik kotor 「pencuri tua」Di She itu……Untung kita datang cepat.”
“Oh!” Paman Ular melihat bajuku, menepuk dahinya lalu mengambil setelan jas kotor dari lemari, “Aku punya setelan jas ekstra di sini. Malam ini akan kumodifikasi, besok bisa kau pakai saat kerja.”
“Untuk apa kau cari muka……” Paman Harimau menyela, “Kau mau tidak tidur dua malam berturut-turut?”
“Memang kenapa? Aku senang.” Paman Ular menggelengkan kepala sambil mengedipkan mata ke arah Paman Harimau.
“Kalau begitu kau modifikasi bajunya, aku yang menidurkan Tikus kecil.”
“Berdasar apa?” Paman Ular berteriak, “Wajahmu begitu jelek, mana bisa menidurkan orang?”
“Kalau bukan aku yang meninabobokan, siapa lagi?” Paman Harimau membalas bertanya, “Kamu mau meninabobokan? Kamu begitu bau, mau membunuh siapa dengan bau itu?”
Aku merasa suasana tampaknya berubah... Sepertinya mereka tidak ingin membuangku lagi.
“Tikus, mulai sekarang ini akan menjadi ruang istirahatmu.” Kakak Domba Putih berkata, “Aku perkenalkan diri lagi, aku adalah 「Domba Bumi」, mulai saat ini menjadi gurumu, dan kamu adalah muridku. Aku akan membimbing arah kenaikan pangkatmu, mungkin suatu hari nanti bisa merekomendasikanmu untuk menandatangani 「Kontrak Taruhan Kenaikan Shio」.”
“Gu... Guru?” Aku langsung berdiri, bingung apakah harus mengucapkan 「Guru yang baik」.
“Mulai sekarang kamu akan hidup bersama tiga muridku yang lain. Kalau ada pertanyaan bisa langsung tanya mereka. Jika mereka tidak bisa menjawab, baru tanya aku.” Kakak Domba Putih menambahkan, “Ingat, di kereta ini hanya kami berempat yang boleh memberimu pelajaran, yang lain tidak diperbolehkan.”
Entah mengapa, aku merasa cukup senang.
“Ta... Tapi apa aku benar-benar bisa……？” Aku melihat Kakak Domba Putih dengan perasaan cemas, khawatir akan mengacaukan segalanya lagi.
“Di dunia ini tidak ada orang yang 「tidak bisa」.” Suara Kakak Domba Putih lembut, “Karena ada banyak jalan di dunia, dan setiap orang memiliki jalannya sendiri. Kita hanya memilih jalan berbeda, bukan berarti tidak bisa mencapai akhir.”
Sejak Kakak Domba Putih menyebut diri sebagai 「Guru」, tiba-tiba aku merasa dia sangat mirip seorang guru.
Sejak malam itu, aku menjalani masa paling membahagiakan dalam 「kehidupan」ku.
Siang hari aku duduk di depan gudang yang sepi, malam hari kembali bermain dengan semua orang.
Perlahan kusadari sifat-sifat para paman sangat menarik.
Paman Domba Hitam meski terlihat acuh, setiap hari menggambar sketsa kecil dan meletakkannya di sisi 「tempat tidur」ku.
Katanya Paman Domba Hitam dulu tidak hanya pandai melukis, tapi juga kaligrafi. Paman Harimau bilang desain kipas buatannya dulu bisa dijual untuk uang.
Paman Ular adalah yang paling ceria di antara keempat orang, dia sering menghiburku, dan aku juga sering lupa dengan bau tidak sedap dari topengnya. Dia benar-benar baik, untuk melatihku, dia juga sering mengajukan pertanyaan kecerdasan yang selalu tidak bisa kujawab.
Yang paling menarik mungkin Paman Harimau, dia sangat patuh padaku, apapun yang kukatakan pasti dia setuju. Katanya Paman Harimau punya anak perempuan seusiaku, alasan dia menjadi 「harimau」 di sini adalah agar suatu hari bisa kembali menemui putrinya.
Paman Harimau sering membawakanku sekantong camilan dengan berbagai cara. Area permainannya sepertinya sebuah supermarket, di sana sering ditemukan camilan yang tidak diinginkan orang.
Meski banyak camilan yang dibawakan sudah busuk, aku tetap senang. Di dunia ini belum pernah ada yang membelikanku camilan.
Sebenarnya aku agak iri pada putri Paman Harimau.
Andai Ayahku juga merindukanku seperti itu, sayangnya dia sudahmembuangku.
Sekalipun suatu hari nanti aku bisa kembali, aku tidak tahu harus ke mana mencarinya. Sekiranya Ayahku memiliki separuh kebaikan Paman Harimau... mati pun aku rela.
Kalau Kakak Domba...
Dia orang yang sangat aneh.
Berbeda dengan kita semua, dia tidak pernah tidur. Setiap ada waktu, dia mengunci diri di ruangan sambil membaca buku-buku yang sangat filosofis, bahkan jenis bukunya saja belum pernah kulihat sebelumnya.
Yang lebih membuat penasaran... sepertinya Kakak Domba tidak punya alasan untuk 「keluar」.
Berkali-kali dia bilang tidak punya sanak saudara di luar, lebih baik tinggal di sini. Tapi game yang dia desain terlalu brilian, katanya tiap hari bisa memenuhi 「indikator」. Mereka tidak memberitahuku apa itu 「indikator」, hanya bilang game yang sudah dibuat tidak boleh diubah. Jadi suatu hari Kakak Domba pasti akan 「keluar」.
Aku agak berharap hari itu datang... tapi juga takut.
Kata Paman Harimau, kalau Kakak Domba benar-benar 「keluar」... kita bertiga tidak akan punya 「Guru」 lagi.
Kita mungkin akan dibagikan secara acak ke shio 「Bumi」 lainnya… atau mungkin juga ke Naga Bumi.
Saat itu aku mungkin tidak bisa tinggal bersama tiga pamanku lagi.
Tapi aku sangat berharap Paman Domba Putih bisa keluar.
Tempat ini jelas bukan dunia normal, Kakak Domba Putih yang begitu baik seharusnya tidak terjebak di sini seumur hidup.
Tempat ini seperti penjara raksasa yang mengurung kita.
Para paman mengatakan, sejak naik ke kereta ini kita tidak boleh pergi.
Sebenarnya kita semua adalah 「peserta」 di sini, meski memakai topeng sekalipun. Setiap kali topik ini dibahas… sorot mata para paman terlihat sangat muram.
Seolah kita sendiri yang menjebak diri di sini, baik kita maupun para peserta… tampaknya tak ada yang bisa 「keluar」.
Hari terjadinya perubahan tak terduga itu sama seperti hari-hari biasa.
Kakak Domba Putih 「」 tetap duduk di meja makan menyuruh kami makan.
Hanya saja di tengah-tengah kami makan, tiba-tiba dia berkata:
“Semuanya, aku sudah mempersiapkan jalan orang asing untuk kalian di masa depan.”
“Apa……？”
“Aku sudah merekomendasikan kalian bertiga ke Tianlong, dan menyerahkan jumlah yang seharusnya kalian serahkan.” Kata Kakak Domba.
“Jumlah... kami？”
“Masing-masing 3.600 butir 「Dao」，total sepuluh ribu delapan ratus butir, semuanya sudah aku serahkan ke Tianlong.”
