Tiga paman langsung berdiri setelah mendengar hal ini, sorot mata mereka menunjukkan keterkejutan luar biasa.
“Kakak Domba... kamu...” Paman Harimau berkata dengan tidak percaya, “Sejak lama kamu bisa pergi bukan?! Selama ini kamu menabung 「Dao」untuk kita？!”
“Sudah kubilang, aku tidak punya keluarga. Kita pernah makan bersama di satu meja, jadi kita adalah keluarga.” Kakak Domba mengeluarkan tiga lembar surat dari sakunya.
“Hanya sedikit disayangkan, Tianlong tahu semua 「Dao」 ini kuhasilkan sendiri, jadi hanya memberikan dua 「Kontrak Taruhan Kenaikan Shio」 plus satu 「Kontrak Kolaborasi Ruang Wawancara」.” Kakak Domba membentangkan kertas putih di atas meja, “Kalian bertiga pilih yang disukai untuk ditandatangani... Mau mengambil risiko menjadi 「Bumi」... Atau jadi asisten yang tak perlu menyerahkan 「Dao」 selamanya... Tergantung pilihan kalian...”
Tiga paman menatap kertas di meja, hati mereka dipenuhi kecemasan.
“Apapun jalan yang kalian pilih...” Kakak Domba melanjutkan, “Aku akan tetap menunggu di sini. Tikus akan kujaga selama ini. Dunia punya banyak jalan, setiap orang memiliki jalannya sendiri.”
Ketiga paman saling bertukar pandang, seolah ragu menentukan pilihan.
Setelah lama, Paman Kambing Hitam meraih 「Kontrak Taruhan Kenaikan Shio」, menandatanganinya, lalu melipat dokumen itu.
Aku tahu, 「shio」 tidak boleh mengungkapkan nama asli mereka.
Sekarang hanya tersisa satu 「Kontrak Taruhan Kenaikan Shio」 dan satu 「Kontrak Kolaborasi Ruangan Wawancara」.
Paman Harimau dan Paman Ular terlihat semakin ragu-ragu.
"Huzi, kamu 「keluar」 saja." Paman Ular diam sejenak lalu membuka mulut, "Aku merasa cukup nyaman di sini, akan kutunggu Kakak Domba dan si Tikus."
"Apa-apaan ini!" Paman Harimau mengumpat keras, "Dasar kamu ini gila ya, kenapa tidak mau keluar? Bagaimana dengan keluargamu?!"
"Hah..." Paman Ular mengibaskan tangan, "Sudah terlalu banyak 「kesalahan」 yang kulakukan, mana ada muka untuk menemui keluarga... Biarkan aku 「hidup」 di sini saja."
Tanpa menunggu reaksi Paman Harimau, ia langsung merebut 「Kontrak Kolaborasi Ruangan Wawancara」, lalu menggigit jempolnya hingga berdarah dan mencetakkan cap tangan darah.
“Apa maksudmu...” Paman Harimau perlahan berdiri, “Berdasarkan apa kau mengambil keputusan untuk Laozi?! Laozi sendiri belum memutuskan mau keluar atau tidak!”
“Sudahlah, Harimau Pemboros, temui putrimu.” Paman Ular tersenyum, “Berapa pun tahun yang diperlukan... pasti temui dia ya.”
“Kamu...” Nafas Paman Harimau terengah-engah, terlihat sangat marah.
“Waduh... jangan marah-marah gitu dong!” Paman Ular berkata, “Selama kalian tidak 「mati」 di Ruangan Wawancara, kita masih bisa bertemu setiap malam lho!”
Paman Harimau perlahan duduk kembali, wajahnya dipenuhi ekspresi putus asa.
Aku meski tak tahu persis apa yang terjadi... tapi aku juga merasa sedih, seolah aku sedang menjauh dari mereka...
“「Tikus」, jangan tunjukkan ekspresi seperti ini.” Kakak Domba berkata, “Tak lama lagi... paman-pamanmu ini akan menciptakan kemampuan sehebat aku.”
“Eh...?” Aku menatapnya, “Benar... benar begitu?”
“Ya, mereka semua sangat hebat.” Kakak Domba mengangguk.
Sejak hari itu, suasana di antara kami lima orang sepertinya mulai berubah.
Setiap kali Paman Harimau dan Paman Domba Hitam kembali, tubuh mereka selalu mengeluarkan bau besi berkarat yang menyengat.
Mereka sepertinya enggan berbicara denganku... Setiap kali aku mencoba mengajak mereka mengobrol, sorot mata mereka menghindar.
Ada apa dengan mereka?
Untungnya Paman Ular masih mau berbicara denganku... Katanya Paman Harimau dan Paman Domba Hitam sedang tidak mood karena harus melakukan hal yang tidak mereka sukai.
Tapi dia tidak mau memberitahu apa itu.
Hari-hari seperti ini berlangsung selama sekitar setahun.
Sepanjang tahun ini, gameku sama sekali tidak memiliki seorang pun 「peserta」.
Gudangku kecil dan terpencil, meskipun aku sudah mengumpulkan banyak barang bekas dari sekitar untuk memperkaya gudang, tetap tidak ada yang mau main.
Setelah dipikir-pikir, sejak game ini terbentuk sepertinya aku belum pernah melayani satu pun 「peserta」, ini membuat hatiku sedikit sedih.
Aura Paman Harimau dan Paman Domba Hitam juga perlahan berubah……Topeng mereka sepertinya semakin realistis.
Akhirnya, setelah setengah tahun, Paman Domba Hitam benar-benar berubah.
Saat dia kembali hari itu, aku melihatnya sama seperti Kakak Domba Putih……Kepala domba di wajahnya bukan lagi topeng, melainkan kepala domba yang sebenarnya.
Konon waktu yang dibutuhkan Paman Domba Hitam untuk mencapai kondisi ini sangat singkat, memecahkan semua rekor 「shio」.
Satu setengah tahun……masih dianggap singkat?
Hari itu, dia khusus datang untuk berterima kasih pada Kakak Domba Putih, lalu mengemasi barang-barangnya untuk meninggalkan ruangan ini.
Kakak Domba Putih menahannya, kedua orang itu berbisik beberapa kalimat, tapi ekspresi mereka terlihat tidak harmonis.
Sejak saat itu, Paman Domba Hitam tak pernah kembali ke ruangan ini.
Hanya Paman Ular dan Paman Harimau yang kembali setiap beberapa hari sekali.
Aku merasa "keluarga" kita perlahan-lahan terpecah... Aku tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa membantu Kakak Domba membersihkan ruangan setiap ada kesempatan...
Aku mengerjakan semua pekerjaan rumah yang kumampu, berharap bisa membuat mereka terlihat lebih bahagia.
Tapi sepertinya masing-masing mereka punya banyak beban hati, aku tak tahu cara membantu.
Paman Harimau jarang sekali bicara padaku... Aku hampir tak tahu harus memperlakukannya bagaimana, apakah dia marah padaku?
Hari itu aku bertemu Kakak Ruoxue lagi, dia sengaja datang bermain dan memberikanku sebungkus camilan.
Aku tak tega memakannya, jadi kubawa pulang untuk Paman Harimau. Meski tak tahu kesalahanku di mana, kuharap dia berhenti marah.
Tapi dia hanya melihat bungkusan itu, menerimanya dengan diam, tetap tak berbicara.
Aku ingin menangis, tapi kupikir-pikir lagi 「aku」 dan Paman Harimau 「bukan」 saudara, memang tak seharusnya dia terus merawatku...
“Kakak Domba sepertinya juga tidak biasa. Dalam kesanku, dia selalu orang yang sangat serius.”
“Tapi belakangan ini dia sering terlihat melamun.”
“Apa lagi yang dipikirkannya?”
“Setengah tahun kemudian, perubahan tak terduga terjadi lagi.”
“Hari itu kami seperti biasa datang ke kamar Kakak Domba untuk makan.”
“Meski suasana makan semakin sunyi setiap hari, aku tetap merasa lebih tenang bersama mereka.”
“Harimau, berapa orang lagi yang kau butuhkan?” Kakak Domba bertanya.
“Sebentar lagi... Di kamarku tinggal dua orang lagi.” Paman Harimau menjawab.
“Kalau begitu mungkin aku tidak bisa menunggumu.” Kakak Domba menatap kami bertiga, lalu berkata penuh makna, “Aku akan pergi malam ini.”
“Ma... malam ini?!”
“Meski kami semua tahu hari ini akan tiba, tak ada yang bisa menerima kenyataan ini benar-benar terjadi.”
“Benar... Setelah malam ini, aku akan menjadi 「Domba Langit」 yang bisa bebas keluar masuk 「Tanah Akhir」.” Kakak Domba Putih tersenyum pahit, lalu memandang kami. “Kalian... tidak ada yang ingin bicara denganku?”
