Kami bertiga menundukkan kepala, tak satu pun bersuara.
Sepertinya semua orang tidak bisa menerima kenyataan bahwa hari ini benar-benar tiba.
Melihat kami terus diam dengan kepala tertunduk, Kakak Domba Putih malah tersenyum dan berdiri. “Sebenarnya aku juga tidak ingin pergi, tapi sudah terlalu lama aku di sini... Saatnya pergi melihat dunia luar.”
“Kak Domba...” Paman Harimau membuka mulut pelan, “Aku... Sudah kubilang sebelumnya... Kau harus pergi saja... Tidak perlu memaksakan diri mengurus kami... Lagi pula kami semua ini beban...”
Kalimat itu bagai kuas yang dicelup tinta pekat, semakin menggelapkan perasaan kecewa di hati kami.
“Kalian bukan beban. Di 「kereta」 ini... Kalian adalah keluargaku.” Kakak Domba Putih berkata, “Aku akan segera pergi. Sebelum itu, aku tidak ingin mendengar kata-kata menyedihkan.”
“Kakak Domba...” Suara Paman Harimau terdengar tersekat, “Katanya setelah menjadi 「Langit」 bisa bebas keluar masuk sini... Tapi kita bahkan tidak tahu rupa atau nama lawan... Bagaimana aku bisa menemukanmu? Bagaimana aku tahu kau benar-benar keluar atau kembali?! Aku...”
“Harimau, aku janji.” Kata Kakak Domba, “Setelah menjadi 「Langit」, aku pasti akan kembali menemuimu. Saat aku kembali ke sini... pasti akan meninggalkan tanda. Aku akan menggambar tanduk domba di setiap tempat yang kulewati, sebagai panduan arahmu.”
“Benarkah...?” tanya Paman Harimau.
“Benar.” Kakak Domba mengangguk, “Jika saat itu kau sudah mencapai 「tingkat bumi」, aku akan mengunjungi gamemu secara langsung, melihat perkembanganmu.”
“Baik!” Paman Harimau berdiri tegak, “Kakak Domba! Kita sudah sepakat... Jika aku mencapai 「tingkat bumi」, sehari tak ada kabarmu, sehari aku tidak melakukan 'pembunuhan'.”
“Ha!” Kakak Domba tersenyum pahit, “Harimau, ini hukuman untukku atau untuk dirimu sendiri?”
“Aku tidak peduli!” Paman Harimau mengayunkan tangannya besar-besaran, “Pokoknya kita sudah setuju! Aku akan terus menunggu kabarmu!”
“Baik.” Kakak Domba menganggukkan kepala,
Setelah mengucapkan kalimat ini, Kakak Domba kembali menoleh memandang Paman Ular.
Ia terdiam sejenak, lalu mengeluarkan buku tebal dari dalam bajunya dan menyerahkannya kepada Paman Ular.
“Kakak Domba…… ini……?” Paman Ular bertanya.
“Aku merasa berutang padamu.” Kakak Domba membuka mulut, “Karena itu aku juga telah mempersiapkan jalan untukmu.”
“Apa……?”
“Aku menulis seratus teka-teki.” Kata Kakak Domba, “Jika suatu hari nanti kamu bisa menulis semua jawabannya, aku pasti akan kembali dan mencari cara menjadikanmu 「Ular Bumi」.”
“Seratus teka-teki……” Paman Ular menerima buku itu, menundukkan kepala pelan-pelan, “Kakak Domba…… Apakah kau benar-benar tidak sedang menenangkanku? Dengan otak sepertiku…… Bagaimana mungkin bisa menjawab semua teka-teki yang kau tulis?”
“Suatu hari nanti pasti bisa.” Ia tersenyum pada Paman Ular, “Ini adalah perjanjian antara aku danmu, kita juga sudah setuju.”
Paman Ular tersenyum pahit: "Kakak Domba... Kamu jelas-jelas sudah mau pergi, tapi masih memikirkan kita... Apa kamu takut kita kehilangan motivasi untuk maju...?"
Kakak Domba Putih tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala: "Aku masih perlu kalian berdua setuju pada satu hal."
"Hal apa...?"
"Jaga tikus baik-baik untukku." Kakak Domba Putih menunjuk ke arahku, "Ingat kata-kataku, hanya kita yang boleh menegur dia. Selain kita, siapa pun tidak boleh."
Mendengar kalimat ini akhirnya aku tidak bisa menahan diri lagi.
Air mataku mengalir deras di balik topeng, membuatku sangat tersiksa.
Kakak Domba Putih akan pergi.
Kakak Domba Putih yang memberiku makan, memberiku tempat tinggal, tidak menghina karena aku tidak bisa menghasilkan 「Dao」, bahkan membelaku - dia akan pergi.
Aku tidak akan pernah bisa bertemu dia lagi setelah ini.
Di kereta api ini, tidak akan ada lagi 「shio」 yang begitu menyayangiku.
“Kakak Domba Putih……” Aku berdiri sambil menangis tersedu-sedu hingga sulit bernapas, “Kakak Domba Putih…… bisakah kau memberitahuku namamu…… bisakah kau ceritakan wajah seperti apa yang kau miliki……”
Paman Harimau dan Paman Domba Hitam sudah tidak peduli padaku, sekarang Kakak Domba Putih juga akan pergi.
Dia perlahan mendekat, dengan lembut mengelus kepalaku lalu memelukku erat.
“Sudah, 「tikus」…… jangan menangis.” Suaranya berbisik lembut, “Kamu tidak perlu tahu wajahku, juga tidak perlu tahu namaku, karena saat aku bertemu denganmu nanti, aku akan langsung mengenalimu. Saat itu kau akan sadar, suaraku pun tak akan seperti sekarang yang mirip kambing.”
“Tapi aku tidak ingin kau pergi……” Tanganku mencengkeram erat baju Kakak Domba Putih, seolah jika kali ini melepaskan genggaman, segala yang kumiliki akan lenyap.
“Sudah waktunya kamu tumbuh besar.” Kakak Domba Putih berkata, “Jika aku tiada…… bisakah kau menghasilkan 「Dao」?”
“Aku…… bisa……” Isak tangisku tak terbendung, perasaan sesak ini menyiksa hatiku.
“Kalau begitu jangan menangis, aku akan memberimu hadiah bagus.” Kakak Domba mengeluarkan dua butir 「Dao」 dari dalam bajunya. Dua butir 「Dao」 ini terlihat sudah lama disimpan, warnanya mulai menghitam. “Tikus, dua 「Dao」 ini adalah jimat keberuntunganku. Diberikan oleh dua saudara seperjuangan terbaikku. Selama bertahun-tahun selalu kubawa, sekarang kuserahkan padamu.”
“Jimat keberuntungan……?” Aku menerima dua butir 「Dao」 itu dengan hati-hati, seolah memegang seluruh duniaku.
“Saat kita bertemu lagi, kembalikan sepuluh butir lengkap dengan bunganya.” Kakak Domba tersenyum. “Saat itu kita bisa mengobrol dengan baik. Bisa kau janji padaku？”
“Aku bisa!” Aku mengangguk keras-keras.
Malam itu, kami menyaksikan Kakak Domba menyeberangi seluruh gerbong kereta. Bahkan Paman Domba Hitam yang sudah lama tidak terlihat keluar untuk memberikan penghormatan.
Semua 「shio」 berjalan keluar dengan penuh hormat, berdiri di kedua sisi koridor menyambut kelahiran seorang 「tingkat langit」.
Sorot mata mereka semua kompleks, hanya aku yang terus menangis.
Kami menyaksikan sendiri Kakak Domba menghilang dalam kilauan cahaya emas, dia benar-benar meninggalkan 「kereta」.
Paman Harimau memelukku sambil berbisik, "Tikus kecil... Aku akan cepat naik ke 「tingkat bumi」... Nanti aku akan mengirimkan camilan setiap hari untukmu... Tunggu beberapa hari lagi..."
Aku menyembunyikan wajahku di perut Paman Harimau, tangisanku semakin menjadi-jadi.
Kami bertiga kehilangan guru, dan aku kehilangan Kakak Domba.
Setelah itu, aku, Paman Harimau, dan Paman Ular dikirim ke ruangan guru baru yang berbeda.
Melihat kakak-kakak baru yang asing, hatiku dipenuhi kecemasan. Sebagai orang yang setiap hari tidak bisa menghasilkan 「Dao」, wajar saja guru baru tidak menyukaiku.
Di tempat seperti ini, hanya Kakak Domba yang tidak akan menolakku.
Setiap saat aku merindukan Kakak Domba. Dua butir 「Dao」 yang tersisa di tanganku menjadi satu-satunya penghiburanku, sering kulakukan tatapan kosong padanya.
Kakak Domba telah pergi lebih dari sepuluh hari……
Sekarang dia pasti sudah kembali ke dunia nyata, bagus ya……Aku……aku senang untuknya.
Meski bilang senang……tapi entah kenapa mataku seperti ingin menangis.
Kakak Domba……sebenarnya seperti apa rupamu, dan siapa namamu?
Saat kita bertemu lagi, bisakah kau memperdengarkan suaramu yang sebenarnya padaku?
Nanti Paman Harimau dan Paman Ular juga akan menjadi「Bumi」ya? Tidak tahu apakah kita masih bisa makan bersama di meja yang sama? Saat itu nanti……apakah Paman Harimau masih akan memberiku paha ayam?
Aku sedang melamun, tiba-tiba melihat dua pria dan dua wanita mendekat dari kejauhan.
Aaa! Peserta!
Ini peserta pertama setelah aku menyempurnakan「aturan」!
Aku dapat tamu di sini!
Kakak Domba! Tunggulah!
Aku pasti akan mendapatkan sepuluh butir「Dao」, tidak akan mempermalukanmu lagi! Saat kita bertemu nanti, pasti akan membuatmu terkejut!
Aku Shu Hua……tidak, aku Manusia Tikus.
Aku adalah murid yang paling disayang Kakak Domba, aku akan memulai 「ujian」ku!
