Qi Xia menatap Chen Junnan di kejauhan dan bertanya, “Apa kamu pernah melihat pemuda itu sebelumnya?”
“Sepertinya aku tidak ingat.” Chen Junnan menjawab sambil melihat Qin Dingdong, “Lebih baik tanya noona Dingdong.”
Qin Dingdong menggelengkan kepala, “Aku juga belum pernah melihatnya.”
Semalaman, 'pahlawan' muda itu tidak muncul lagi, beberapa orang akhirnya bisa tidur nyenyak.
「Hari kedua, Chen Junnan bangun sangat pagi. Saat memastikan semua rekan setim masih tertidur, ia berjalan perlahan ke pintu ruang kelas.」
「Qi Xia duduk di sana dengan mata terbuka, terlihat tidak tidur semalaman.」
「"Yo, Lao Qi, semangatnya masih tinggi ya?" kata Chen Junnan. "Bangun segini pagi, mau latihan pedang di taman?"」
「"Chen Junnan... Kamu yakin tidak membawa siapa pun?" tanya Qi Xia.」
「"Kenapa?" Chen Junnan tersenyum pahit. "Kamu merasa aku akan 「mati」?"」
「"Tentu saja bukan." Qi Xia menjawab. "Aku berharap kamu jangan mati."」
「"Ya sudah kalau begitu." Chen Junnan menggelengkan tangan, membuka 「pintu」 ruang kelas. "Daerah sini sudah tidak terlalu kukenal, aku akan minta alamat ke Xiao Chu dulu."」
「"Hati-hati."」
「"Siap."」
「Chen Junnan berpamitan pada Qi Xia, meninggalkan rumah sebelum fajar menyingsing.」
Dia sedang bersiap pergi ke ruang kelas Chu Tianqiu untuk bertanya, tapi melihat "pahlawan" kecil yang muncul semalam sedang berdiri di depan pintu kelas Tianqiu, tangannya gemetar-gemetar memegang pedang kertas lipat.
Wajahnya terlihat pucat, lingkaran hitam di matanya seolah tak tidur semalaman.
"Wah, ini bukan si 「pahlawan」?" Chen Junnan berjalan mendekat sambil tersenyum, "Apa? Pagi-pagi buta ngantar koran ya?"
"Rakyat biasa... kamu mundur..." Pemuda itu menoleh gugup, pedang kertas di tangannya bergetar, "Di sini bau... ada masalah..."
"Kalau ada masalah kenapa tidak serbu saja?" Chen Junnan menghela napas, "Berdiri di sini ngacungin koran semalaman, tidak capek?"
"Serbu...?" Pemuda itu mengerutkan alis, "Tapi aku 「pahlawan」, jika aku gugur..."
"Tenang, kalau kau mati masih ada aku." Chen Junnan menepuk bahu pemuda itu, "Aku Huluwa, siluman yang tidak bisa kamu atasi akan kuhadapi."
Nak itu setelah mendengar memandang Chen Junnan dengan bingung sejenak, mengangguk perlahan, lalu menarik napas dalam-dalam dan perlahan mendorong pintu.
Di dalam ruangan tidak ada keanehan, lima orang sedang diam di sana.
Chu Tianqiu sedang menulis di papan tulis, Yun Yao mengobrol dengan Tian Tian, sementara Xu Liunian dan Zhang Shan duduk termenung.
Chen Junnan dengan hati-hati mengamati kelima orang ini, kemudian melangkah masuk lebih dulu.
「Xiao Chu.」 Chen Junnan memanggil,「Laozi ada urusan butuh bantuanmu.」
「Warga sipil kamu...」 Nak itu mengulurkan tangan ingin menghalangi Chen Junnan, tapi ditepis dengan kesal.
「Ada apa?」 Chu Tianqiu tersenyum bertanya, matanya melirik ke arah remaja itu,「Kamu anak yang dibawa Zhang Shan kemarin... Namanya apa ya?」
Zhang Shan di samping berbisik:「Zheng Yingxiong.」
「Benar... Aku adalah 「Hero」...」 Nak itu mengangguk sungguh-sungguk,「Permisi... Kalian... Apakah di sini ada...」
Chen Junnan mengulurkan tangan dan mengusap kepala remaja itu, dengan tepat memotong ucapannya: "Anak kecil, pagi-pagi sudah minta barang di rumah orang?"
Setelah berkata demikian, dia menatap Chu Tianqiu.
"Xiao Chu, gambarin peta dong. Laozi mau cari si 「」 tua mesum itu main." Dia mendorong remaja itu ke belakang, melangkah beberapa langkah ke depan, tepat berdiri di antara empat orang dan remaja.
"「」...?" Chu Tianqiu mengangguk, "Agak jauh, minta Yun Yao yang gambar ya."
Yun Yao mengangguk setelah mendengar, mengeluarkan buku catatan dari tasnya, setelah berpikir sebentar langsung 「shua-shua」 membuat sketsa.
Chen Junnan menerimanya lalu melambaikan tangan: "Makasih ya, selebriti besar."
Yun Yao terhenti: "Kamu kenal aku?"
"Tentu dong." Chen Junnan mengangguk, "Dulu kamu bilang mau kenalin aku ke Liu Yan, senengnya bukan main. Aku ini penggemar berat Liu Yan."
"Penggemar...?"
Begitu kalimat itu terucap, suasana menjadi canggung.
Chen Junnan menelan ludah, mengubah ucapannya kata demi kata: "Maksudku 「penggemar film」."
"Orang macam apa ini……" Yun Yao menggelengkan kepala tak berdaya, ekspresi menghina terpancar di wajahnya, "Peta sudah kubuat, cepat pergi."
"Baik, aku segera pergi." Chen Junnan mengulurkan tangan mengambil kertas dan menyimpannya di dada, lalu menoleh ke remaja itu, "「Pahlawan」, ikut keluar denganku, ada yang ingin kubicarakan."
Dia menarik lengan remaja itu keluar rumah, lalu menuju ke sisi lain koridor.
"Rakyat biasa, apa yang ingin kau lakukan?" Remaja itu memegang mahkota korannya dengan bingung bertanya.
"Sudah berapa lama kau 「nak beruang」 ini gila?"
"Gila apa?" Remaja itu menyarungkan pedang pendek di pinggang, "Hanya karena kalian tak memahami tindakan 「pahlawan」. Aku memang berbeda dari kalian."
“Jadi?” Chen Junnan menggerakkan jarinya menyentuh pedang kertas lipat, “Kamu mencium 「bau busuk」, lalu mau bertarung dengan monster pakai kertas jelek ini? Mau bersihkan wajah monster ya?”
“Aku……” pemuda itu menggigit bibir, “Di antara semua orang, hanya aku yang bisa mendeteksi bau ini. Kalau aku tidak melakukan sesuatu……”
“Sudahlah.” Chen Junnan menghela napas, “Nak, 「kemampuan」mu memang spesial, cuma otakmu kurang berkembang. Tadi malam di kamar sebelah ada orang bernama Qi Xia, coba bicara dengannya, siapa tau otakmu bisa nambah.”
“Qi Xia……?” Pemuda itu merenung, “Tapi aku ini 「pahlawan」, takdirku adalah kesendirian……”
“Cukup sudah.” Chen Junnan menggelengkan tangan, “Level kepahlawananmu terlalu rendah. Cari Lao Qi buat pasang tambalan peningkatan.”
Dia tak lagi mengacuhkan pemuda itu, melangkah keluar pintu menyambut cahaya fajar.
Tugas kali ini sangat berat, tidak hanya harus menonjol dalam 「game」 ular tanah, tetapi juga harus berusaha mempertanyakan keberadaan 「Tianlong」 dari mulut si bangsat tua itu.
Jika hanya Kuda Langit dan Harimau Langit yang mulai bertindak, mungkin masih ada harapan... Tapi begitu semua shio 「tingkat langit」 bergerak, situasi sulit Qi Xia akan sangat berbahaya.
Tak seorang pun tahu apa yang akan dilakukan Tianlong si orang gila itu kepada Qi Xia.
Chen Junnan berjalan ke gerbang sekolah, berpura-pura ramah mengobrol dengan penjaga gerbang, lalu mengeluarkan peta dan melihatnya. Setelah memastikan arah secara umum, saat hendak pergi, dia menyadari ada orang yang mendekat dari kejauhan.
Dia mengangkat kepala dan memandang tajam - sekelompok orang berbaju kulit seragam.
Tanpa menunggu melihat wajah mereka, Chen Junnan langsung menutup pintu besi sekolah di belakangnya, lalu berkata pada penjaga gerbang: "Panggil bala bantuan."
"A...?" Penjaga muda itu ragu sebentar, lalu langsung berlari kembali.
Tampaknya 「Tanah Akhir」 benar-benar akan mengalami perubahan besar.
Chen Junnan merentangkan badan, lalu melakukan beberapa latihan peregangan. Pada saat yang sama, sosok-sosok di kejauhan mulai terlihat.
“Hmm……？” Chen Junnan yang mengira akan terjadi pertempuran sengit justru melihat wajah-wajah familiar mendekat, “Xiao Song?”
Ekspresi Song Qi hari ini sama sekali berbeda dengan kemarin.
“Saya ingin bertemu Chu Tianqiu.” ujar Song Qi.
“Oh, ngomong sama saya percuma. Saya bukan antek di sini.” Chen Junnan tersenyum memandang Song Qi dan barisan serba hitam di belakangnya, “Xiao Song, dengan pasukan sebanyak ini, maksudmu mau bertindak, ya?”
“Ada kemungkinan akan bertindak.” Song Qi mengamati pria di hadapannya. Dia tahu ingatan Chen Junnan masih utuh, tapi tak paham identitas aslinya.
“Kalau mau bertindak, tunggu bentar.” Chen Junnan berkata, “Beberapa saudara seperjuanganku masih tidur. Tunggu mereka pergi dulu, baru kalian bisa beraksi sesuka hati.”
“Saudara, waktu itu saya tidak sempat bertanya... Bisakah kasih tahu nama aslimu kali ini?” tanya Song Qi.
“Huluwa.” jawab Chen Junnan, “Ada nasihat apa?”
