“Ah...？” Chen Junnan mencerna sebentar, tiba-tiba tersadar.
Saat bola besi akan jatuh, jika jawabannya bukan 「Ya」 melainkan 「Tidak」, maka bola besi akan bergeser ke kanan satu petak.
Target kematian juga akan melakukan pergantian antara 「genap」 dan 「ganjil」.
“Selebriti besar…… Selama ini aku tidak tahu, kamu pintar sekali dalam belajar ya?”
Yun Yao menghela napas: “Aku tidak menyangka kemampuan belajarmu bisa seburuk ini.”
Chen Junnan bersyukur karena ada Yun Yao. Otak mereka berdua hampir sepenuhnya saling melengkapi - dia bertugas memberikan ide sementara Yun Yao menyempurnakan detail. Dengan kerja sama yang baik, gambaran utuh permainan ini telah terungkap.
Sampai jawaban 「Tidak」 pada pertanyaan 「jatuh」 berikutnya muncul, semua 「ganjil」 memiliki ancaman kematian yang terus mengintai, sementara semua genap akan benar-benar aman.
“Rupanya begini…… Bagus sekali.” Chen Junnan berkata.
“Bagus……?” Yun Yao tertegun, “Chen Junnan, apa penjelasanku tidak jelas? Kamu sekarang adalah 「ganjil」, kamu akan mati lho.”
“Aku akan mati?” Chen Junnan berpura-pura terkejut namun tetap acuh tak acuh, “Oh... terima kasih atas peringatannya.”
“Kamu...?”
“Selebriti besar, banyak hal yang kutakuti, tapi bukan kematian.” Chen Junnan membuka mulut, “Di 「Tanah Akhir」ini, aku bisa mati kapan saja.”
“Tapi kau sedang 「bertaruh nyawa」!” Yun Yao berkata, “Kita mati hanya menjadi mayat, tapi jika kau mati akan benar-benar menghilang.”
“Tak apa.” Chen Junnan menguap lebar, “Sama saja. Kalah bertaruh nyawa melawan 「tingkat bumi」cuma mengubah bentuk eksistensi, aku tetap bagian dari 「Tanah Akhir」.”
“Kau bahkan tahu ini?” Yun Yao mengerutkan alis.
“Laozi tahu banyak hal.” Chen Jannan tertawa, “Jangan melenceng, apa pertanyaan kali ini?”
“Seperti yang kau katakan, kali ini tetap karakter acak tanpa makna.” ujar Yun Yao putus asa,
“Baik, aku paham.” Chen Junnan berkata, “Sekarang serahkan padaku.”
“Kau mau memilih 「Ya」atau 「Tidak」?” tanya Yun Yao.
“Kamu…… berharap aku memilih apa?” Chen Junnan balik bertanya.
“Aku tidak tahu.” Yun Yao menjawab, “Demi keamananku sendiri, aku lebih berharap jawaban kali ini adalah「Ya」, sehingga gadis di sebelah kananku akan mati, tapi aku akan aman selama beberapa ronde berikutnya.”
“「Ya」, pilihan ini benar.”
“Aku juga tidak akan mencampuri pemikiranmu.” Yun Yao berkata, “Lagipula kamu adalah「pemrakarsa pertaruhan nyawa」kali ini, bola besi yang terus menggantung di atas kepala「ganjil」akan sangat membahayakanmu. Jika kamu ingin mengubah jawaban menjadi「Tidak」, melakukan pergantian ganjil-genap, aku rasa itu wajar.”
“Begitu ya……?” Chen Junnan menyeringai, “Kalau gitu aku ngerti.”
“Hmm……” Yun Yao seharusnya sudah menutup telepon, tapi tetap memegang gagang telepon tak mau melepaskannya.
“Ada apa, selebriti besar?”
“Chen、Chen Junnan……” Yun Yao berbisik, “Gadis di sebelahku tidak terlalu akrab denganku, aku tidak terlalu peduli dengan hidup-matinya. Tapi ada firasat…… kali berikutnya, yang mati kemungkinan besar adalah kamu……”
“Cukup, cukup……” Chen Junnan buru-buru gelengkan kepala, “Noona, kamu lagi iseng-iseng 「Pemanggil Bencana」 di sini? Bisa nggak ngomong yang enak didengar?”
“Ta...tapi aku memang punya firasat begitu.”
“Jangan jangan jangan.” Chen Junnan menggeleng seperti gasing, “Mulutmu yang bersuhu 36 derajat kok bisa ngomong se-dingin ini? Apa aku bakal nggak ganti jawaban demi nyelamatin kamu? Kamu terlalu naif, mending tutup telepon aja.”
Chen Junnan menutup telepon, lalu memilih 「Tidak」 sebelum mengangkat gagang telepon lagi untuk menghubungi Xu Qian. Seluruh rangkaian gerakan ini dilakukan dalam satu tarikan napas.
Benar, kali ini mustahil memilih 「Ya」. Sekalipun memilih 「Ya」 bisa bikin Yun Yao aman, tetap mutlak dilarang memilih 「Ya」.
Sambungan telepon terjawab.
“Kakak Qian.”
“Ya, silakan.”
“Ada yang akan membantai habis-habisan. Kalau kali ini pilih 「Ya」, pembantaian 「mati」 bakal nggak terbendung.” Chen Junnan diam beberapa 「detik」, lalu melanjutkan, “Pertanyaan kali ini kamu yang buat. Tujuannya biar orang di belakang kamu pilih 「Tidak」.”
“Pembantaian nggak terbendung...?”
“「Ya」.” Chen Junnan mengangguk, “Aku tak akan bicara panjang lebar, ingat, pilih「Tidak」.”
“Aku... mengerti.” Suara Xu Qian terdengar ragu sebelum telepon ditutup.
Meski Chen Junnan telah berusaha maksimal mengarahkan jawaban ke「Tidak」, dia tahu harapannya tipis.
Beberapa menit kemudian, layar menyala seperti biasa.
“Jawaban akhir pertanyaan kali ini adalah——「Ya」.”
「Boom」——！！
Suaranya sangat dekat, seolah di depan mata.
「1」mati, gadis berwatak gegabah itu.
Ini pertanyaan ke-12, tapi sepertinya semua orang telah paham aturan. Baru hari kedua, game ini diisi banyak orang pintar——tiga orang telah terbunuh sebelum pertengahan permainan.
Kini「ganjil」dan「genap」terbagi jadi dua kubu. Jika pihak「genap」bisa bersatu di ronde berikutnya, cukup untuk membunuh semua「ganjil」.
“Selanjutnya benar-benar...”
Chen Junnan belum menyelesaikan kalimatnya ketika kilasan ide menyambar pikirannya.
Saat ini dia akhirnya mengerti dari mana ide-ide brilian Qi Xia muncul. Tampaknya sejak memilih 「pertaruhan nyawa」, kecerdasannya jelas meningkat dibanding sebelumnya.
“Lao Qi… karena kamu tidak memiliki 「Gema」, setiap kematian terasa seperti 「kematian」 yang sesungguhnya, jadi kamu selalu berjalan seperti di atas es tipis...”
Chen Junnan menunjukkan senyum, dia sudah mengetahui posisi sebenarnya Ular Bumi.
Jawabannya sederhana… Mengapa kemampuan 「genap」 sekarang begitu kuat?
Setiap jawaban sesuai keinginan mereka, ini membuktikan jumlah orang 「genap」 lebih banyak daripada 「ganjil」.
Dua ronde sebelumnya masing-masing membunuh 「-2」 dan 「3」, secara logika 「genap」 dan 「ganjil」 harus berkurang satu orang, jumlah kedua pihak tetap seimbang.
Tapi setelah Ular Bumi bergabung dalam game, komposisi jumlah peserta berubah.
「Genap」 menjadi lebih kuat.
Dengan ini, posisi Ular Bumi telah sepenuhnya teridentifikasi.
Chen Junnan bangkit berdiri, menghadap dinding di sebelah kirinya dengan senyum jahat.
“Kamu... ternyata sedekat ini denganku?” Dia menaruh tangan perlahan di dinding, sorot matanya mulai berseri-seri, “Menurutmu... siapa di antara kita yang akan tinggal selamanya di sini?”
Di balik sekat dinding, Ular Bumi juga menoleh ke sebelah kanannya. Meski sejak masuk ruangan tak pernah mengangkat telepon atau membocorkan posisi, namun telapak tangan kanannya merasakan aura pembunuhan yang menusuk dari balik dinding.
Telapak tangannya pun menempel di dinding. Dua orang ini saling berhadapan melalui sekat tembok.
“Bocah...” Ular Bumi mengatupkan gigi, “Kau terlalu berbahaya, sama sekali tak boleh dibiarkan hidup.”
