“Hei! Qin Dingdong!!”
Su Shan dengan panik membalikkan tubuh Qin Dingdong, lalu menepuk pipinya, merasakan pipinya sangat panas.
“Tidak terlalu baik...”
Su Shan tanpa ragu mengulurkan tangan untuk meraba leher Qin Dingdong. Setelah memastikan ada denyut nadi, dia mendengarkan napasnya.
Sekarang dia masih 「hidup」, tapi sudah tidak bernapas lagi.
Su Shan tidak ragu, membuka mulut Qin Dingdong, mengulurkan tangan untuk membersihkan beberapa pecahan es.
Kemudian membuka kancing baju atasnya, menggunakan jempol untuk menentukan posisi tulang dada Qin Dingdong, bergerak turun tiga sentimeter, lalu berlutut di tanah dan mendirikan badan atas sambil menyatukan kedua tangan dan menekan dengan kuat ke bawah.
Dengan memanfaatkan seluruh kekuatan badan atasnya, dia menekan gila-gilaan ke bawah. Sekitar dua puluh hingga tiga puluh kali tekanan, dia mengendurkan tangan lalu mencengkeram hidung Qin Dingdong dan meniupkan dua hembusan napas ke dalam mulutnya.
Setelah melepaskan pegangan, Su Shan kembali membungkuk untuk mendengarkan napas Qin Dingdong. Situasinya masih mengkhawatirkan.
Zhang Chenze mendatangi ruangan Lin Qin dan membantu bangkitkan dia. Keduanya bergerak perlahan mendekati Su Shan.
Profesi ketiganya cukup spesial. Mereka sedikit banyak memahami pengetahuan pertolongan pertama, tapi tak ada buku yang pernah memberitahu cara menyelamatkan seseorang yang mengalami 「Badai Pasir」, banjir, racun kabut, hujan es, dan kebakaran hutan secara bersamaan.
Tak berapa lama, wajah Su Shan sudah dipenuhi butiran keringat, tekanan di dada dengan kedua tangan semakin melemah.
"Gantian aku..." Pengacara Zhang menepuk punggung Su Shan, menyuruhnya minggir, lalu meluruskan badan bagian atasnya sendiri dan mulai melakukan resusitasi jantung-paru pada Qin Dingdong.
Melihat keteguhan beberapa orang ini, Anjing Bumi perlahan mendorong pintu ruangannya keluar dan menghampiri mereka.
"Perlukah?" Anjing Bumi bertanya, "Menyelamatkannya sekarang sia-sia. Sekalipun sadar, dia akan menderita sampai ingin 『mati』."
Tiga gadis itu sama sekali tidak menghiraukannya, fokus penuh menatap Qin Dingdong. Su Shan langsung duduk di sampingnya, menyangga kepala Qin dengan kedua tangan. Membiarkan wajahnya tetap miring akan memperburuk pernapasan.
Akhirnya setelah usaha tak kenal lelah keduanya, Qin Dingdong batuk keras mengeluarkan muntahan bercampur 『darah』 dari mulutnya.
"Aakh!"
“Ahh……!!” Dia menjerit-jerit, napasnya kembali secara tiba-tiba. Dengan kesakitan dia mengerutkan kening, terbaring di lantai sambil terengah-engah. Tak lama kemudian batuk-batuk tak henti, terus-menerus mengeluarkan darah.
“Akhirnya……” Su Shan dan Zhang Chenze duduk lelah di lantai. Keduanya saling memandang, tersenyum pahit.
Game「Anjing Bumi」ini akhirnya dimenangkan dengan seluruhnya selamat.
“Bangsat……” Qin Dingdong perlahan membuka matanya. Di hadapannya terhampar toko kaca terkutuk ini, “Apa kalian terlalu lapang… Ngapain menyelamatkanku…?”
Zhang Chenze sedang membersihkan belalang dari tubuhnya. Dia menghela napas dan membuka mulut: “Lalu mau bagaimana? Kita sebenarnya bisa menyelamatkanmu, tapi malah berpura-pura tak melihat. Ini「tidak adil」bagimu.”
“Siapa peduli「adil」……?” Qin Dingdong batuk lagi beberapa kali, “Tubuhku takkan bertahan lama. Lebih baik biarkan aku「mati」……”
“Lao Qin, meski aku memahamimu.” Lin Qin mengangguk, “Tapi ini hanya pemikiran yang muncul setelah kita mengalami begitu banyak hal bersama. Bagaimana kau akan menggunakan pemikiran ini untuk membatasi「」?”
“……?”
Qin Dingdong dengan lesu mengangkat kelopak matanya, memandang sorot mata tegas Su Shan dan Zhang Chenze, merasakan sedih yang samar.
Dahulu kala, di mata mereka (Lin Qin dan Qin Dingdong) juga ada sorot mata seperti itu - mereka ingin menang, ingin mengalahkan「shio」, lebih ingin melarikan diri dari sini.
Tapi seiring pengalaman yang terkumpul dan kemampuan yang diperoleh, perlahan mereka mulai mengabaikan nyawa. Bukan hanya nyawa orang lain, tapi bahkan「hidup」atau「mati」diri sendiri tak lagi dipedulikan.
Lin Qin tahu, andai saat ini hanya tersisa dia dan Qin Dingdong, pasti takkan ada upaya penyelamatan. Hanya akan menunggu pertemuan berikutnya.
Apakah ini sebenarnya hal baik atau buruk?
“Lupakan……Kak tidak menyalahkan kalian……” Qin Dingdong berusaha menopang tubuhnya di 「」, tapi sama sekali tak ada tenaga, akhirnya hanya bisa bangkit dengan bantuan Lin Qin sambil berkata, “Lagipula menyelamatkan nyawa seseorang setara dengan membangun tujuh level... Tujuh level apa ya? Tusu?”
Anjing Bumi mengeluarkan bungkusan kain berisi 40 「Dao」 dan menyerahkannya pada Su Shan.
“Kalian boleh tinggal di sini selama apapun, aku pulang kerja.” Dia melangkah beberapa kali ke depan, lalu menoleh kembali, “Tempat ini sudah cukup berantakan, besok pagi aku yang bersihkan. Asal jangan dibuat lebih kacau lagi.”
Keempat orang itu menatapnya dengan sorot mata penuh makna. Tak ada yang menjawab.
Melihat tak ada yang mau menanggapi, Anjing Bumi mengangguk patuh, lalu berbalik hendak keluar pintu.
“Tunggu...” Su Shan menghentikannya.
“Ada apa?” Anjing Bumi bertanya.
“Ada satu hal yang menggangguku.” Su Shan bangkit berdiri, “Di detik terakhir saat aku menggagalkan rencanamu, kamu bilang「pantas saja kamu」. Apa maksudnya? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
Anjing Bumi menatap Su Shan tanpa ekspresi, sorot matanya terlihat aneh. Dia merapikan kerah setelan jasnya perlahan, lalu berkata: 「Su Shan, berapa orang yang tersisa di Ruangan Wawancaramu?」
Mendengar namanya disebut, Su Shan tahu tebakannya tepat. Mereka benar-benar pernah saling mengenal.
「Apa maksudmu 'tersisa'? Ruangan kami selalu diisi empat orang.」 Su Shan membuka mulut, 「Mengapa kau menanyakan ini?」
Anjing Bumi mengangguk pelan setelah mendengar: 「Biar kutebak. Kau, Jiang Ruoxue, Zhoumo, ya? Siapa lagi yang tersisa?」
Mendengar ini, Su Shan perlahan mendekati Anjing Bumi: 「Apa maksudmu... Kau bahkan mengenal Ruoxue dan Zhoumo?」
「Tidak bolehkah?」 Anjing Bumi menyungging senyum pahit, 「Dulu kita punya begitu banyak 「rekan seperjuangan」. Kini hanya tersisa kalian berempat. Andai aku tidak berdiri di sini, takkan ada yang mengingat mereka yang telah tiada. Bagi mereka, ini lebih menyakitkan daripada 「mati」 sepuluh ribu kali.」
「Kau sebenarnya...」
“Aku masih penasaran, siapakah orang keempat itu?” Anjing Bumi mengulangi pertanyaannya.
“Dia bernama Fang Zichen.” Su Shan menjawab, “Dia mahasiswa tahun pertama.”
“Zichen…” Anjing Bumi mengangguk, “Sifat aslinya tidak cocok untuk bertahan hingga sekarang, apa kau yang terus melindunginya?”
“Apa maksudmu? Kau ini siapa sebenarnya?”
Anjing Bumi berpikir sejenak, lalu mengangguk: “Tidak ada aturan yang melarangku mengungkap identitasku. Jadi tak masalah kuberitahu. Su Shan, kita berasal dari ruangan yang sama, tapi rekan setim kita tidak cukup kuat untuk kabur dari sini. Karena itu aku memilih jalan lain.”
“Hmm…?” Su Shan tak menyangka Anjing Bumi tetap jujur meski game telah berakhir, “Kau dan aku dari ruangan yang sama… Lalu sekarang menjadi 「Anjing Bumi」?!”
“Ya.” Anjing Bumi mengangguk, “Su Shan, maukah kau bergabung dengan kami?”
“Bergabung dengan kalian…?”
Keempat gadis itu tertegun serentak mendengarnya.
“Jadilah 「shio」.” Anjing Bumi menghela nafas, “Jalan yang kamu tempuh sekarang terlalu berbahaya, aku sudah bukan 「peserta」 lagi, bantuan di sekitarmu berkurang satu orang. Tiga orang yang tersisa... Zichen sama sekali tidak berguna, Jiang Ruoxue beroperasi secara misterius, sedangkan Zhoumo tidak bisa bekerja sama, bagaimana kamu akan kabur dari sini?”
Setelah berkata demikian, dia melihat ke beberapa orang di belakang Su Shan dan berkata: “Mengandalkan mereka?”
Pandangan Anjing Bumi tertahan lama pada Qin Dingdong, lalu perlahan berkata: “Awalnya ingin membunuh wanita itu untukmu, tapi kamu malah nekat menyelamatkannya, benar-benar hal yang tidak realistis.”
“Apa?”
“Su Shan, wanita itu pernah 「membunuh」mu.” Anjing Bumi berkata dengan malas, “Kupikir setelah sekian lama dia akan lebih hati-hati, tapi ternyata dia masih menyia-nyiakan 「Berikan Permintaan」 di ronde pertama. Dia akan membunuh kalian cepat atau lambat,”
“Hei……” Zhang Chenze perlahan melangkah ke depan dan berkata, “Jangan bicara seperti itu. Setiap orang punya penilaian sendiri. Kau juga tidak punya hak untuk memutuskan atas nama orang lain.”
