Song Qi dan Chen Junnan berjalan cepat dalam kegelapan, akhirnya kembali ke markas 「Kucing」 sebelum malam benar-benar tiba.
“Kakekmu...” Chen Junnan memaki kesal, “Sudah lama mencari tapi tak menemukan noona...”
“Kau benar-benar 「optimis」.” Song Qi menatap Chen Junnan, “Tempat ini sangat luas, kau mencari orang dengan mengandalkan 「jodoh」?”
“Memang kenapa?” Chen Jnan mengangkat bahu, “Metode mengandalkan jodoh Laozi mengganggumu?”
“Bukan berarti 「menggangguku」……” Song Qi baru hendak berbicara, tiba-tiba sosok putih menerjang dari samping, ternyata seorang yang mirip 「serangga」.
Tanpa menoleh, Song Qi hanya mengayunkan tangan, 「dalang」 itu langsung terlempar oleh kilasan ledakan kecil. Cahaya api yang sesaat menerangi wajah mereka di kegelapan.
“Chen Junnan… sebenarnya mengapa kau mau ikut aku kembali?” Song Qi mengibaskan tangan sambil menoleh bertanya, “Apa kau kenal banyak orang di 「Kucing」?”
“Jujur… mungkin tidak terlalu banyak…” Sudut mulut Chen Junnan naik, “Mungkin cuma dua tiga orang.”
Keduanya kemudian diam. Tak beberapa langkah, mereka melihat penjaga di depan pintu penjara yang gelap gulita.
“Noona Enam, kita kembali.” Song Qi berkata dengan sikap sangat hormat pada wanita itu.
“Hmm.” Sabtu mengangguk tipis, lalu memandang Chen Junnan di belakang Song Qi, “Ck, ini siapa?”
Mendengar tiga karakter singkat itu, alis Chen Junnan berkerut halus.
Sungguh menggelikan, di tempat sialan ini, bahkan rekan seperjuangan yang paling tepercaya dan telah melalui momen hidup-mati berkali-kali sekalipun, mungkin akan melupakanmu secara total.
「Laozi ini cowok ganteng banget, gimana panggilannya si cakep ini?」 Chen Junnan bertanya.
Mendengar kalimat ini, Sabtu merasakan amarah tak berdasar menyembur dari hati, dia mengulurkan tangan mengambil batang besi dari belakang lalu mengangkatnya ke bahu: 「Ck, kadang 「Laozi」 kadang 「si cakep」... dasar mulutmu benar-benar nyebelin.」
Chen Junnan hanya merasa lucu, dia perlahan melangkah maju: 「Hah, nggak mungkin kan? Kamu nyambut tamu pake besi?」
「Ck, kamu tamu jenis apa?」
「Noona Enam.」 Song Qi melambaikan tangan, 「Ini Chen Junnan yang diminta Qi Xia untuk 「verifikasi keaslian」 tuh, harusnya dianggap tamu. Santai dikit.」
「Ck...」 Sabtu memandangi Chen Junnan dengan ekspresi jijik, lalu menunduk dan berbisik 「membuka pintu」.
Dalam beberapa 「detik」, pintu penjara di belakang Sabtu mengeluarkan suara 「krek-krek」, pintu gulung pun perlahan naik.
"Makasih ya!" Chen Junnan tersenyum, lalu berbalik mengikuti Song Qi masuk ke penjara.
Saat membalikkan badan, secercah kekecewaan muncul di wajahnya.
Weekend sudah tidak ingat dirinya, bagaimana dengan Qian Duoduo?
Apakah makna eksistensi 「Kucing」 sama dengan yang dibayangkannya?
Saat melewati lapangan olahraga penjara, tiba-tiba terlihat dua sosok ribut. Mereka berhenti melangkah dan melihat - ternyata itu Qiao Jiajin dan Qi Xia.
"Penipu, lihat! Tinju harus diayunkan begini biar kenceng!" Qiao Jiajin mengayunkan tinju sambil berkata, "Cara lu ngayunin nggak bener, kalau keseleo bisa cedera pergelangan tangan."
"Gini?" Qi Xia bertanya tanpa ekspresi.
"Nggak, nggak, harusnya gini."
Di dekat dua orang yang ribut itu duduk seorang anak kecil, anak itu terus memeluk sebuah pedang pendek yang terbuat dari kertas koran lipat, matanya waspada mengamati sekeliling.
Tepatnya Zheng Yingxiong yang pernah dilihat Chen Junnan kemarin.
Chen Junnan menggaruk kepalanya, lalu menatap Qi Xia dan Qiao Jiajin. Ini benar-benar pemandangan yang langka, Qi Xia malah belajar bertinju dari Qiao Jiajin?
「Junnan-zai?」 Qiao Jiajin melihat Chen Junnan yang berdiri di kejauhan, lalu berseru pelan.
Qi Xia juga mengangkat alisnya, menoleh ke arahnya.
Semula ingin menyuruh Song Qi memastikan keselamatan Chen Junnan, tak disangka dia malah langsung ikut.
Kalau begini, apa masih perlu kembali ke 「Surga Firdaus」?
「Bagaimana hari ini?」 Qi Xia langsung membuka topik.
「Hari ini……」 Chen Junnan mengerutkan alisnya pelan setelah mendengar, lalu menjawab, 「Lao Qi, ceritanya panjang……」
Dia menoleh melihat Song Qi, lalu berbisik, “Cari tempat yang bisa bicara, aku akan ceritakan hal hari ini padamu.”
Qi Xia mengangguk, lalu menoleh memberikan kode mata pada Qiao Jiajin. Ketiga orang itu melepaskan diri dari Song Qi dan langsung menuju sel penjara.
Zheng Yingxiong memandang punggung ketiga orang itu, hidungnya berkedut. Ia menancapkan kembali pedang pendek di pinggang, lalu bergegas menyusul.
……
Setelah tiba di sel penjara, Chen Junnan melirik ke luar, memastikan tak ada orang di sekitar, lalu mengulurkan tangan menutup pintu jeruji besi.
“Ngapain hati-hati banget?” kata Qi Xia, “Pintu ini cuma jeruji besi, pasti kedap suaranya jelek.”
“Lao Qi, aku agak kacau sekarang…” Chen Junnan mengacuhkan Qi Xia, lalu duduk sendiri di tempat tidur, “Ada beberapa hal yang tak kupahami, perlu kau bantu pikirkan.”
“Tak paham?” Mata Qiao Jiajin berbinar penuh minat, “Ayo, Junnan-zai, ceritakan. Aku yang akan jawab teka-tekimu.”
Chen Junnan baru hendak bicara, sosok kurus kecil telah berdiri di 「pintu」.
“「Pahlawan kecil」？” Chen Junnan tertegun, lalu menoleh ke arah Qi Xia, “Apa latarbelakang anak kecil ini?”
“Aku tidak yakin……” Qi Xia mengusap dagunya, “Tapi dia sekarang sendirian, mungkin bisa jadi 「」 kita.”
“Waduh……” Chen Junnan tersenyum setelah mendengar, “Karena Lao Qi sudah berkata, kali ini aku tidak akan memintamu 「tiket」. Masuklah dan dengarkan.”
Zheng Yingxiong mengangguk patuh, lalu ikut masuk.
Tiga orang memandangi Chen Junnan yang tak kunjung bicara. Setelah lama menunggu, barulah dia mengusap 「pelipis」nya perlahan membuka mulut.
“Lao Qi, hanya satu hal yang tak bisa aku pahami sekarang……”
“Bicaralah.” Qi Xia berkata.
“Aku ini……sebenarnya siapa?”
“Apa?”
Pertanyaan ini membuat beberapa orang bingung.
Dengan pasrah, Chen Junnan pun menceritakan semua kejadian hari ini.
Dalam ingatannya, dia sebenarnya bersiap untuk ikut game tingkat bumi setelah matahari terbit, tapi tak disangka begitu membuka mata, dirinya sedang berdiri di ruang bawah tanah yang suram, di hadapannya ada Kim Wonhoon yang sedang memapah sebuah tas.
Kim Wonhoon mengira ada yang membuntuti, baru menoleh sudah hendak melawan, tapi lengannya berhasil ditangkap Chen Junnan dalam dua tiga gerakan.
Saat keduanya bertahan, Chen Junnan lebih dulu membuka mulut: "Hei... ini tempat apa sebenarnya?"
Kim Wonhoon juga merasa aneh: "Semua pintu masuk sudah kusumbat, bagaimana caramu masuk?!"
"Laozi mana tau?!"
Setelah saling bertahan sebentar, Chen Junnan akhirnya berkata: "Gini aja... bawa aku keluar, kuanggap ini tak pernah terjadi, setuju?"
Kim Wonhoon waspada menatapnya, perlahan melepaskan genggaman.
Keduanya terus saling mengawasi, setelah memastikan Chen Junnan tak berbahaya, Kim Wonhoon membuka pintu ruang bawah tanah.
Baru saat itu Chen Junnan menyadari dirinya ternyata merangkak keluar dari makam di sebelah 「Surga Firdaus」.
