「Di Kelinci」 memiringkan badan dan terjatuh tertelungkup, membiarkan benda hitam itu meledak berkeping-keping di pusat ruangan.
Kondisi saat ini membuatnya terlihat sangat payah. Sepertinya ini pertama kalinya dalam waktu lama seorang 「Peserta」 berani mengejarnya untuk bertarung.
“Bangsat! Chen Junnan!! Kau pikir aku takut padamu?!” teriak 「Di Kelinci」, tapi seketika ia sendiri terkejut, “Tunggu... Bukan Chen Junnan... Ini Song Qi?!”
Song Qi di dalam ruangan juga perlahan mengerutkan alis. Ia jelas-jelas mendengar 「Di Kelinci」 berulang kali memanggil nama Chen Junnan... Situasi apa ini?
Bukankah dirinya yang berusaha mati-matian menyerang 「Di Kelinci」, tapi kenapa target utama si monster itu justru Chen Junnan?
Situasi ini benar-benar sulit dipahami oleh Song Qi.
“Ketua tim kita tidak hanya punya pola pikir tak terduga, bahkan 「kemampuan」-nya juga begitu unik?” Song Qi tersenyum sinis, melangkah dua langkah mendekati pintu, “Kau pernah bilang di saat-saat genting bisa menyelamatkan nyawaku, sekarang aku percaya... Tapi bagaimana caramu melakukannya?”
Di Kelinci yang kini menggunakan dinding untuk melindungi tubuhnya, sedikit memiringkan badan sambil menatap Song Qi dari balik pintu: “Hei, bocah, siasat apa yang kalian mainkan padaku?”
“Aku benar-benar tidak tahu.” Song Qi menggelengkan kepala, “Aku hanya melakukan tugasku, sisanya bukan urusanku.”
“Kau...” Di Kelinci juga merasa aneh, dia terus berada dalam satu ruangan dengan Song Qi di depannya, jika ada strategi pasti harusnya dia yang pertama mendengar, tapi mengapa sekarang semua suara mereka menghilang?
Memikirkan ini, dia kembali memandang sekeliling ruangannya yang masih memiliki empat pintu.
Tadi dia berada di Ruangan 「Enam」, dua ruangan bertetangga dengan empat pintu masing-masing adalah Ruangan 「Sepuluh」 dan Ruangan 「Tujuh」.
Lalu sekarang dia berada di ruangan yang mana di antara keduanya?
“Di Kelinci” merencanakan dalam hati, jika dirinya sekarang berada di ruangan 「sepuluh」... maka ruangan sebelah selatan adalah 「empat belas」, jaraknya sangat dekat dengan peserta lain. Daripada berdebat dengan Song Qi, lebih baik segera memotong jalan peserta lain. Jika tidak, game ini benar-benar akan kalah.
Tapi ini juga sulit diatasi. Saat ini dia tidak bisa mengunci pintu, sedangkan ruangan 「empat belas」 yang akan dituju berhadapan langsung dengan Song Qi. Entah bagaimana orang ini mendapatkan benda lempar lagi. Membuka pintu di hadapannya akan sangat berbahaya.
“Tunggu... Benda lempar...?”
“Di Kelinci” menyipitkan mata merahnya, lalu memiringkan badan untuk melihat keluar pintu. Benar saja, dia menemukan masalah.
“Kelinci Bumi...” Bibir Song Qi mulai memucat. Dia tahu “Di Kelinci” sudah memahami cara serangannya, tapi tetap memaksakan senyum, “Aku hanya punya lima kesempatan serangan. Jadi jangan terlalu takut.”
Dia mengangkat tangan kirinya yang sudah hancur, jari kelingking dan jari manisnya sudah tercabut.
“Apa kamu orang gila...”
「Di Kelinci」 selalu merasa kali ini orang yang ikut game tidak ada satu pun yang takut 「mati」, ini benar-benar situasi paling aneh yang pernah dilihatnya sendiri.
Jika semua Peserta di seluruh 「Tanah Akhir」 punya kesadaran seperti ini, bukankah 「shio」 seharusnya sudah punah sejak lama?
"Tidak...... kalian yang seperti ini selama ini adalah minoritas......"
Dalam sebagian besar kasus, 「shio」tidak perlu ikut campur, para 「peserta」sendiri akan kacau karena saling bersaing dan intrik. Mereka saling merugikan, mengubah game yang sebenarnya bisa ditaklukkan dengan sederhana menjadi sangat rumit. Inilah sifat dasar manusia.
“Tapi sebenarnya dosa apa yang telah kulakukan?” Kelinci Bumi mengerutkan alisnya dan bergumam, “Kalian brengsek gegabah ini, tidak tahukah bahwa cara menaklukkan game ini adalah 「mengulur waktu」? Asal terus tidak menggunakan poin aksi, menunggu hingga langit gelap, aku terpaksa meninggalkan hoki dan pergi dari lokasi. Saat itu kalian yang bertahan bisa langsung pergi dari sini... Tapi kalian malah mati-matian berebut hoki? Satu dua orang sepertinya siap mati di sini... Apakah aku ini 「Bumi」 palsu? Kalian tidak takut padaku?!”
Kelinci Bumi semakin bersemangat bicara, merasa mendapat penghinaan besar.
“Padahal sudah paham 「game tidak ada batas waktu」... Tapi terus mengakali berbagai cara untuk membunuhku... Orang gila... Enam orang gila...”
Kelinci Bumi bersandar di dinding, berusaha menjaga jarak dengan Song Qi, lalu cepat-cepat mencerna strategi saat ini.
Kini dia tak bisa lagi mengulur waktu, taktik yang dirancangnya sendiri ternyata gagal bagi dirinya.
“Jika terus mengulur, yang gagal hanya akan 「dirinya sendiri」.”
Di saat yang sama, telinganya bergerak halus, tak disangka mendengar suara halus dari ruangan tak jauh.
Barusan bertarung sengit dengan Song Qi dalam ruangan yang sama, wajar tak menyadari suara lembut ini. Sekarang pendengarannya sepertinya mulai pulih.
“Hoki seharusnya... ada di ruangan 「utara」 kita?” Sebuah suara bertanya, “Nomor Tujuh?”
“Mungkin, suara Song Qi memang berasal dari sana.” Jawab yang lain.
“Kamu pelan-pelan... sekarang pendengaran kelinci pasti melemah, jangan sampai dia sadar. Cari cara muter buat ambil hoki.”
“Aku cek situasi dulu, kamu gabung dengan mereka dulu.”
「Di Kelinci」 menutup mata terus menerus menangkap suara sangat halus ini. Kedua orang ini nyaris berbisik sepanjang waktu, terdengar sangat hati-hati.
Tidak perlu disebut terpisah satu ruangan, bahkan orang biasa yang satu ruangan pun mustahil mendengar jelas bisikan ini.
“Tapi sayangnya aku adalah 「Kelinci」.” Di Kelinci menutup matanya merekonstruksi kondisi saat ini.
Berdasarkan perkataan lawan, 「Utara」 mereka adalah Ruangan 「tujuh」, berarti mereka berada di Ruangan 「sebelas」.
Sedangkan dirinya dan mereka adalah tetangga, jadi ruangannya adalah 「sepuluh」.
“Selama pendengaranku masih ada...aku takkan pernah kehilangan arah.”
Dia menyungging senyum tipis menatap arah suara tadi, sekarang semua poin aksinya sudah habis digunakan, ronde peserta akan dimulai.
Hanya terdengar dentuman keras pintu di sekitar, tapi pendengarannya baru pulih sebagian kecil, belum sepenuhnya pulih. Suara-suara ini tidak berasal dari Ruangan sebelah, hampir tak jelas lokasinya.
“Hei... Song Qi, kurasa tak perlu lagi kau menyiksa dirimu sendiri.” Di Kelinci tahu yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan pria di depannya, jika tidak dia pasti akan menghalanginya masuk di ronde berikutnya, “Sekalipun kau lempar semua jarimu ke sini, takkan bisa membunuhku, hanya menambah kesakitan untuk dirimu sendiri.”
Song Qi baru hendak membalas, tiba-tiba mendengar bisikan halus di dekat telinganya, lalu mengulurkan tangan kanan untuk menutupi telinganya dengan lembut.
"Ya, Noona Enam." Song Qi mengangguk, "Sudah selesai……? Secepat ini?"
「Di Kelinci」 memiringkan badan melihat pria di dalam ruangan, menemukannya sedang berdiri di tempat sambil berbicara sendiri, tak jelas situasinya.
"Bantu kami tidak usah." Song Qi membuka mulut, "Kita terlalu berjauhan, situasi pertempuran di sini sangat sengit, seharusnya tak lama lagi akan ketahuan pemenangnya, kalian datang pun tak akan sempat. Benar, aku belum yakin siapa yang menang."
"Ketua tim kita?" Song Qi kembali tersenyum pahit, "Bagaimana ya… Saat kau anggap dia tidak bisa diandalkan, dia justru memberi rasa aman. Tapi saat kau ingin mengandalkannya, baru sadar dia lebih gegabah dari siapapun. Sungguh rekan setim yang sulit ditebak."
"Ya, kalian bantu Xiao Jiu saja. Jangan lupa beri tahu posisi Kak Lima. Xiao Jiang Shi mungkin terluka, setelah game berakhir kita semua berkumpul."
