Qi Xia, Chen Junnan, dan Qiao Jiajin berjalan menuju pinggiran kota di bawah terik matahari sore.
Chen Junnan melihat tim di depannya, merasa ini mungkin pertama kalinya dalam ingatan Qi Xia dan Qiao Jiajin ketiga orang ini bertindak terpisah. Tapi tanpa disadari, dalam ingatannya sendiri, mereka bertiga telah puluhan kali berjalan di jalanan ini.
Tanaman kering di sini, tanah retak, rumah-rumah bobrok, papan reklame yang berderit, serta bau membusuk yang dibawa angin sepoi-sepoi... tak pernah sekalipun terasa begitu familiar bagi Chen Junnan.
"Lao Qi, Lao Qiao." Chen Junnan tersenyum memandang Matahari di langit, "Kalian tahu tidak... Laozi hari ini tampak gagah perkasa..."
Qiao Jiajin langsung tertarik: "Oh? Junnan-zai, kamu ngapain sih?"
"Laozi hari ini mempermainkan si 「Kelinci」 sampai linglung." Chen Junnan terus tertawa, "Bahkan aku sendiri pikir mungkin akan mati, tapi nyatanya masih 「hidup」."
Qi Xia mengerutkan alisnya dengan nada dingin: "Jangan bicara sembarangan."
“Lao Qi, kamu tidak tahu……” Chen Junnan menggelengkan kepala, “Setiap kali Laozi ingin menceritakan ketangguhan dan keperkasaanku dalam 「game」 padamu, tapi setiap kali benar-benar bertemu, baru teringat dasar kau ini jauh lebih hebat dari aku.”
Qi Xia dan Qiao Jiajin berjalan ke tengah jalanan, memindahkan sebuah 「lampu jalan」 berkarat yang menghalangi di tanah ke samping, baru menoleh ke Chen Junnan.
“Kamu mau bilang apa?”
“Dibandingkan kalian para monster ini, Laozi benar-benar harus mengorbankan segalanya hanya untuk bisa mengikuti langkah kalian berdua……” Senyum lebar Chen Junnan menyimpan sejumput 「kesedihan」, “Kalian tidak akan tiba-tiba meninggalkan aku suatu hari nanti, kan? Meski Laozi tidak mau 「keluar」, tapi juga tidak boleh ditendang keluar 「tim」 oleh kalian. Perbedaan ini harus kalian pahami.”
Perkataan Chen Junnan membuat Qi Xia merasa sedikit aneh.
“Chen Junnan……” Qi Xia mengerutkan alisnya, “Kau gemar berhadapan langsung dengan「shio」, apa kau ingin membuktikan bahwa kita bertiga berdiri di titik start yang sama?”
“Lalu kenapa?” Sorot mata Chen Junnan beralih dari Matahari di langit, menunduk memandang Qi Xia. Poninya yang berantakan sedikit menutupi mata, membuat ekspresinya tak terbaca, “Satu dari kalian mengatasi rintangan dengan kecerdasan, satu lagi menghancurkan segalanya dengan Tinju... Saat ini aku berdiri di samping kalian, tahu tidak Laozi ini seperti apa?”
Keduanya tidak berkata-kata, hanya mengamatinya dalam diam.
“Aku seperti anak kecil yang ingin menarik perhatian kalian.” Chen Junnan menyeringai, “Selalu ingin melakukan hal luar biasa agar kalian terkesan, dengan tubuh tak terlalu kuat, otak tak terlalu cemerlang, ditambah kemampuan「Pengganti Dosa」ku... Laozi terus mempertaruhkan nyawa melawan musuh, cuma ingin buktikan sebenarnya aku bisa...”
“Ah, Junnan-zai, kamu ini……” Qiao Jiajin memandang Chen Junnan dengan rasa tidak tega, “Sebenarnya kamu terlihat tidak terlalu kurus, kalau benar-benar bertarung……”
“Iya, Laozi tahu.” Chen Junnan mengangguk, “Kira-kira tujuh delapan orang sepertiku bisa mengalahkan satu orang sepertimu.”
“Jangan bandingkan dengan aku……” Qiao Jiajin berusaha menghibur Chen Junnan, tapi merasa mulutnya kaku, lama baru berkata, “Kata… katanya lima enam orang saja sudah cukup……”
Chen Junnan tersenyum menghela nafas: “Makanya… Lao Qi, Lao Qiao, kalau suatu hari aku tidak bisa mengikuti tim ini lagi, sebenarnya kalian bisa kapan saja……”
Melihat Chen Junnan hampir menangis karena ucapannya sendiri, Qi Xia akhirnya mengerutkan alisnya: “Jangan lebay.”
“Ha?” Chen Junnan tercekat oleh ucapan Qi Xia, kata-kata yang belum selesai tersumbat di tenggorokannya.
“Hal yang kamu lakukan sebelumnya sama sekali tidak seperti anak kecil.” Qi Xia menggelengkan kepala, “Tapi ucapanmu sekarang justru seperti anak kecil.”
“Apa maksudmu, Lao Qi.” Chen Junnan dengan kesal mendorong Qi Xia, “Laozi baru kali ini berusaha mengharu-biru, kok malah kau bikin gagas sih?”
“Tak perlu.” Qi Xia membuka mulut, “Kalau kau benar-benar mengerti aku, seharusnya tahu sifat asliku. Aku tak pernah peduli apakah orang di sekitarku 「cukup qualified」, yang kuperhatikan hanyalah seberapa tulus mereka padaku. Aku jarang mengandalkan kekuatan orang lain.”
“Kau...”
“Bahkan jika di sampingku ada orang tua, anak kecil, atau 「Orang Malang」 tanpa 「Gema」 sekalipun, aku takkan tega meninggalkan mereka.” Qi Xia memutar badan, suara dinginnya kembali terdengar, “Apalagi kau bukan termasuk itu.”
“Waduh!” Senyum lebar langsung merekah di wajah Chen Junnan, “Lao Qi, dasar kau ini kapan jadi pandai bicara begini? Jangan-jangan mencontek gaya Laozi ya?”
“Terlalu mengagungkanku.” Qi Xia terus berjalan ke depan, suara tidak sakit tidak gatal juga terdengar, “Seorang pria dewasa berdiri di tengah jalan sambil merajuk, aku tak bisa menirunya.”
“Dasar kau!” Chen Junnan ingin memaki, tapi bingung harus mulai dari mana.
“Lebih baik gunakan waktu luangmu untuk menceritakan padaku.” Qi Xia mengubah topik pembicaraan, “Apa yang kalian katakan tentang Domba itu... sebenarnya seperti apa orangnya?”
“Lao Wei...” Chen Junnan berjalan sambil mengingat-ingat, “Interaksiku dengannya hanya beberapa kali, pokoknya dia adalah kakak yang galak, sulit didekati, dan memang tidak perlu didekati. Dulunya dia juga salah satu jenderal penting di bawah komandomu, tapi karena sifatnya yang kurang jujur, kau mengeluarkannya dari tim sejak lama.”
“Aku yang mengeluarkan?” Qi Xia mengonfirmasi.
“Benar.” Chen Junnan mengangguk, “Lao Wei bukan hanya tempramental, mulutnya juga jarang berkata jujur. Sebelum masuk ke 「Tanah Akhir」, dia sudah terkenal sebagai penipu.”
“Tunggu dulu……” Qi Xia terdiam sejenak, “Penipu lagi?”
“Iya…” Chen Junnan baru hendak menyetujui, tiba-tiba menyadari keanehan perkataan Qi Xia, “Sebentar… Lao Qi, maksudmu「lagi-lagi penipu」apa? Di sini penipu itu hal yang umum?”
“Hmm……?” Qi Xia merasa cara bertanya Chen Junnan juga agak aneh.
“Penipu?” Qiao Jiajin setelah mendengar malah tertawa, “Bangsat, kebetulan banget? Bukannya si Penipu ini juga penipu sebelum datang ke sini? Tempat ini gimana sih, penipu dimana-mana.”
Meski Qiao Jiajin terus berbicara sendiri di samping, sorot mata Qi Xia tidak pernah lepas dari Chen Junnan. Melihat ekspresi ragu-ragu Chen Junnan yang ingin bicara tapi mengurungkan niat, dia sepertinya teringat pada suatu hal yang sangat aneh.
Chen Junnan memalingkan kepala, menatap Qi Xia dengan sangat serius, seolah ingin memastikan apakah orang di depannya benar-benar Qi Xia yang dikenalnya. Di matanya terpancar kebingungan yang sulit ditekan, bahkan seakan ingatannya sendiri mulai bermasalah.
Setelah lama menahan diri, akhirnya dia perlahan mengucapkan kalimat:
"Lao Qi... Kapan sih lo jadi penipu, bangsat?!"
