"Xia, lihat, aku menato namaku sendiri." Yu Nian'an berkata.
"Di mana?"
Yu Nian'an mengulurkan jari telunjuknya, di sisi yang dekat dengan jempol, terdapat tiga huruf kaligrafi indah.
「y n a」。
"Cantik kan? Ayo ikuti bacaku!" Dengan ceria dia mengulurkan jari menunjuk tiga huruf itu, perlahan melafalkan, "Yu——Nian——An!"
"Baik, baik." Qi Xia juga tersenyum sambil mengangguk, "Nanti saat kamu tua dan lupa diri, akan kutunjukkan ini padamu."
……
"Kamu menipuku?" Sorot mata Qi Xia berkedip samar, menatap Yan Zhi Chun di hadapannya, "Bagaimana mungkin kamu tak pernah dengar nama 「Yu Nian'an」?"
"Apa?" Yan Zhi Chun juga tertegun, "Mengapa aku harus kenal Yu Nian'an itu? Lagipula ini pertemuan pertama kita, apa motivasiku berbohong padamu?"
“Qi Xia menggelengkan kepalanya keras-keras, merasa telinganya berdenging.
Pasti ada yang salah dengan semua ini...
Dia melangkah maju dan menggenggam pergelangan tangan Yan Zhi Chun. Gerakan ini membuat kedua orang di samping terkejut, lalu segera menahan Qi Xia.
“Hah! Ngapain kamu?!” Lao Sun berteriak, “Anak muda, bicaralah baik-baik. Jangan main fisik!”
“Seharusnya aku sadar dari tadi...” Qi Xia mengatupkan giginya, “Kalian ini 「Jidao」... mana mungkin bicara jujur?”
“Apaan?!” Lao Sun kebingungan, “Memang kenapa kalau kami 「Jidao」? Apa kami memukul atau memaki kamu?”
Qi Xia mengabaikan Lao Sun. Tangannya masih mencengkeram lengan Yan Zhi Chun, memaksa telapak tangannya terlihat jelas sambil menatap tiga huruf itu.
「y n a」。
Dirinya telah melihat font dan pola tiga huruf ini ribuan kali. Mustahil salah ingat.
Tato di jari Yu Nian'an ini persis sama tanpa sedikitpun perbedaan.
Jika dikatakan bahwa aku meminjam "cangkang" Yan Zhi Chun untuk memalsukan ingatan, tapi mengapa bahkan detail-detail kecil bisa diingat sejelas ini?
“Kamu bernama Yan Zhi Chun... tapi memahat 「y n a」 di sisi jari...” Bibir Qi Xia bergetar sambil berkata, “Bagaimana kamu menjelaskan ini?”
“Namaku Yan Zhi Chun, apa hubungannya dengan huruf apa yang kutato di jariku?” Yan Zhi Chun menjawab kesal, “Kamu memang benar-benar gila ya? Awalnya kupikir kamu orang pintar...”
“Ya... Aku merasa sebentar lagi akan benar-benar gila... Apa lagi di sini yang masih nyata?”
Alis Yan Zhi Chun berkerut, jarinya bergerak perlahan. Qi Xia yang di depannya segera melepaskan lengan Yan Zhi Chun, menirukan gerakannya persis sama.
“Qi Xia, karena kulihat kamu orang pintar aku memperlakukanmu dengan baik. Tapi kamu benar-benar ingin 「mati」?”
Yan Zhi Chun mengulurkan tangan merapikan rambutnya. Pada saat yang sama, Qi Xia juga mengulurkan tangan merapikan rambut panjang yang sebenarnya tidak ada.
“Biasanya ketika Yan Zhi Chun menggunakan kemampuan 「Perampas Hati」-nya, kekuatan aneh itu pasti membuat lawannya terkejut tak percaya.”
Tapi Qi Xia di depannya sama sekali tidak bereaksi demikian.
Dia sama sekali tidak peduli dengan keanehan yang terjadi pada tubuhnya, atau benda apa yang mengontrol dirinya, hanya menatap tak berkedip pada jari-jari Yan Zhi Chun.
“Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?” Yan Zhi Chun melihat pria di depannya tidak menunjukkan sikap agresif, lalu menghapus 「Gema」-nya. Namun Qi Xia tetap diam tak bergerak.
“Tidak... Aku...” Qi Xia merasakan otaknya kembali macet, buru-buru mengubah ucapan, “Pertanyaan ini sangat penting bagiku... Jika aku membuatmu takut, aku minta maaf sebelumnya... Tapi tentang tato itu...”
Yan Zhi Chun memijit pergelangan tangannya yang nyeri, kembali memandangi Qi Xia dengan penasaran. Lao Sun dan Lao Deng di sampingnya juga tampak bingung.
Pria di depan mata seperti gila tapi tidak sepenuhnya gila, namun selalu melakukan hal-hal aneh.
“Kau pikir aku menato「Yu Nian'an」?” Yan Zhi Chun mengerutkan alisnya berkata, “Deduksi yang begitu kacau balau! Sebenarnya apa hubunganmu dengan Yu Nian'an?”
“Dia istriku...” Suara Qi Xia terdengar berat, “Aku sedang mencari istriku... Di jarinya ada tato yang sama persis dengan milikmu.”
“Sama persis?” Yan Zhi Chun tertegun, lalu menunduk memandangi tato di jarinya sendiri, “Kamu yakin?”
Kali ini dia juga mulai merasa aneh, dirinya bahkan tidak mengenal Qi Xia sekalipun, apalagi istrinya.
Meski pernah bertemu banyak orang di「Tanah Akhir」, tapi tak ada satupun yang ingatannya menyimpan rekaman tentang tato di jari yang identik dengan miliknya.
“Tato ini sama sekali tidak berhubungan dengan「Yu Nian'an」.” Yan Zhi Chun menjawab, “Kurasa ingatanmu sedang mengalami kekacauan.”
“Lalu tentang「y n a」mu...”
“Itu singkatan bahasa Inggris.” Yan Zhi Chun membuka mulut, “「Kau tak sendirian」, ini tato yang kubuat untuk menghibur diri sendiri.”
“「Kau tak sendirian」……” Mendengar empat karakter ini, mata Qi Xia langsung kehilangan fokus, suara Yu Nian'an terus bergema di telinganya.
“Xia, kau punya aku, kau tak sendirian.”
“Xia, jika tanpa aku, betapa kesepiannya kau?”
Yu Nian'an.
Sisa pikiran selalu sulit tenang.
Dan aku terus menerus sendiri.
Benar, Yan Zhi Chun menato singkatan bahasa Inggris di jarinya, lebih masuk akal motifnya dibanding Yu Nian'an.
Siapa yang akan menato inisial nama sendiri di jari……?
“Mengapa hasilnya selalu begini……” Tubuh Qi Xia gemetar hebat, “Setiap kali kucari jawaban, pasti berakhir seperti ini... Bangsat... Tak ada jalan tersisa... Bahkan...”
Qi Xia merasakan sakit kepala yang hampir membuatnya pingsan, pandangannya mulai mengabur.
Tapi kali ini situasinya jelas sangat berbeda dengan sebelumnya. Jika 「dirinya sendiri」 jatuh di sini, tidak mungkin ada harapan untuk bertahan hidup. Tiga orang di depan mata ini jelas bukan Qiao Jiajin dan Chen Junnan, mereka tidak punya alasan untuk menyelamatkan 「dirinya sendiri」.
“Zhi Chun.” Lao Sun memanggil, “Kita juga harus pergi, waktu hampir habis.”
Yan Zhi Chun mengangguk, trio itu tidak lagi mengacuhkan Qi Xia yang wajahnya dipenuhi kesakitan. Mereka bergegas menuju 「pintu」 belakang, mendorong pintu dan keluar.
Qi Xia meremas-remas rambutnya sendiri, menunggu kilasan sakit kepala hebat itu berlalu.
Saat ini suara gesekan sudah bisa terdengar jelas dari balik daun telinganya, seolah garis-garis hitam itu telah mulai mengukir retakan di 「pintu」 yang tebal, kini mulai merayap masuk ke dalam ruangan.
“Aku belum bisa 「mati」……” Qi Xia dengan susah payah bangkit berdiri, sama sekali tak sempat menoleh, langsung berlari ke arah 「pintu」 belakang.
Untungnya 「pintu」 belakang gedung ini mengarah ke sebuah gang yang relatif luas. Sedikit cahaya masih tersisa di gang ini.
Qi Xia sekitar memastikan arah, lalu mulai berlari kembali di jalanan.
Tapi jika diamati dengan seksama, ekspresinya terlihat seperti abu yang mati.
Mengapa dirinya harus berada di sini?
Mengapa harus kabur dari sini?
Mengapa harus berlari seolah nyawa sudah di ujung tanduk?
Apa sebenarnya makna dari semua ini?
Dirinya sekarang akan dipotong menjadi dua oleh garis hitam dengan gesit, apa bedanya dengan mati tragis secara acak dalam sebuah game beberapa hari lagi, atau musnah di tengah-tengah?
“Momentum Gemaku sudah tidak ada lagi...” gumamnya dengan putus asa.
Begitu kalimat pendek itu terucap, Qi Xia tiba-tiba merasa napasnya tersengal, tulang rusuknya sakit menusuk, dan langkahnya mulai melambat.
“Sial...”
Dengan susah payah ia menyeret kakinya ke pinggir jalan raya, namun jelas merasakan garis-garis hitam di belakangnya sudah sangat dekat.
Qi Xia mengangkat kepala, dengan wajah muram berkata: “Jika kau tidak segera menampakkan diri, aku benar-benar akan mati...”
"Suara itu baru saja berakhir, di persimpangan jalan yang jauh terdengar suara gemuruh mesin mobil."
