Chen Junnan mengikuti Qiao Jiajin berlari lagi di jalanan selama beberapa menit, semakin dipikir semakin merasa tidak normal.
“Lao Qiao… Kau takut aku tidak sanggup menanggung sendiri, jadi sengaja menahan langkah menungguku?” Chen Junnan bertanya dengan nada kesal.
“Apa sih…” Qiao Jiajin mengusap keringat di dahinya, “Junnan-zai jangan overthinking, aku cuma memang lambat larinya. Ayo kita jangan berhenti.”
Sayangnya kemampuan Qiao Jiajin dalam berbohong benar-benar payah, langsung ketahuan celahnya oleh Chen Junnan dalam sekali pandang.
“Rupanya begini……” langkahnya semakin melambat, setelah tujuh langkah berhenti di tempat.
“Apa itu 「Rupanya begini」……” Qiao Jiajin menoleh dan berteriak, “Jangan berhenti, Junnan-zai!”
“Karena Laozi berlari sendirian, bisa saja menyerah kapanpun... Jadi dasar kau sengaja memperlambat langkah untuk menemaniku...” Chen Junnan tersenyum pahit, “Dari tadi heran, jalur kaburmu kok aneh banget, terus-terusan gila ya di sampingku...”
“Eh ini...” Qiao Jiajin belum sempat cari alasan, melihat garis-garis hitam di belakang Chen Junnan sudah sangat dekat, “Junnan-zai! Gerak dulu, kalau mau memaki aku nanti saja setelah selesai... Waktu hampir habis, sebentar lagi akan berakhir...”
Meski Qiao Jiajin bilang 「Tidak apa-apa」, Chen Junnan melihat kedua kakinya gemetar.
Padahal bisa lari kencang, tapi malah menghabiskan tenaga yang sama untuk menahan langkahnya.
“Bangsat, kamu mau membuat Laozi mati ya...” Chen Junnan perlahan membungkuk, dua tangan bertahan di tempurung lututnya, terlihat sangat marah, “Kalau kamu mati di sini, bangsat, harus bagaimana...”
“Tidak akan! Junnan-zai!” Qiao Jiajin memaksakan senyum, “Kita semua tidak akan mati...”
Sambil berkata demikian ia berjalan mendekat, lagi-lagi menangkap lengan Chen Junnan: “Percayalah, kita hampir berhasil!”
Chen Junnan merasakan tangan Qiao Jiajin yang menangkapnya juga gemetar, kemudian menunjukkan senyum dingin.
“Benar-benar membuat Laozi mati marah...”
“Mati marah?”
“Lao Qiao! Pergi sendiri sana!” Chen Junnan mengibaskan tangan Qiao Jiajin, “Laozi marah, jemu, tidak mau lari lagi.”
Melihat Chen Junnan menyerah, Qiao Jiajin bingung sejenak. Setelah mencerna beberapa 「detik」, ia berhadapan dengan Chen Junnan sambil menekuk lutut setengah.
“Junnan-zai, aku akan memapahmu pergi!” Qiao Jiajin berkata dengan wajah serius, “Kalau tidak pergi sekarang benar-benar tidak akan sempat... Kita semua akan...”
“Kamu tidak akan.” Chen Junnan berdiri tegak, menoleh ke arah dua garis hitam yang perlahan merambat mendekat.
“Mie...?”
“Lao Qiao, kamu tidak akan mati.” Chen Junnan tersenyum lelah, “Kematianmu kutanggung untukmu.”
Qiao Jiajin membelalakkan mata seketika mendengar: “Tidak benar... Junnan-zai, atas dasar apa kau menggantikan aku...”
Sebelum suaranya habis, Qiao Jiajin menyaksikan garis-garis hitam yang seharusnya menuju dirinya tiba-tiba berbelok, melayang ke arah Chen Junnan.
Dua garis itu merambat dari kejauhan, perlahan-lahan berkumpul di tengah dahi Chen Junnan.
Saat ini garis-garis hitam di langit menutupi langit, tapi Qiao Jiajin hanya merasakan dua garis di depannya yang membawa aura kematian. Mereka seakan mengepung Chen Junnan, bagaikan dua burung nasar yang sedang mencari mangsa, berputar-putar dan mendekat di udara.
“Selamat tinggal, Lao Qiao.” Chen Junnan tersenyum tenang, kematian baginya tampak biasa seperti tidur, “Setelah Laozi mati, ingatlah beri tahu Lao Qi tentang kegagahanku...”
Chen Junnan tidak menyelesaikan ucapannya, lalu menggelengkan kepala dengan pasrah: “Lupakan, Lao Qiao, sudah cukup seperti ini.”
Sebuah aura kekecewaan terpancar dari sekujur tubuhnya, membuat Qiao Jiajin merasa sedih.
Apakah harus menyaksikan rekan setim mati di sampingku lagi?
Karena game garis hitam yang menggelikan ini...
“Tidak boleh.” Qiao Jiajin mengerutkan alisnya tiba-tiba membuka mulut, “Junnan-zai, aku tidak mengizinkan.”
“Tidak mengizinkan...?” Chen Junnan tertegun.
“Aku tidak mengizinkanmu mati untukku.”
「Dang」!!
Dari kejauhan tiba-tiba terdengar suara lonceng yang nyaring, meski tak sekeras suara Qi Xia, tetap saja memekakkan telinga.
“Bangsat!” Alis Chen Junnan berkerut membentuk angka delapan, “Lao Qiao, kau sakit ya?! Lagi-lagi begini?!”
“Junnan-zai, kau jangan curang!” Qiao Jiajin berkata dengan wajah serius, “Garisku adalah garisku! Karena sejak kecil aku miskin, benda yang jadi milikku tak mungkin kubagi ke orang! Urus saja garismu sendiri, jangan merebut punyaku.”
“Apa yang kau bangsat…”
Chen Junnan baru hendak memaki, salah satu garis hitam yang hampir menyentuh tengah dahinya tiba-tiba berubah arah, menghindari kepalanya dan mengambang ke arah Qiao Jiajin.
Melihat garis itu tertarik padanya, Qiao Jiajin langsung menoleh dan berlari.
“Dasar kau…” Chen Junnan hampir dibuat mati marah. Dari awal dia tak ingin lari, tapi kalau tak segera mengejar garis itu, 80% Qiao Jiajin akan mati.
Dia harus menyelamatkan orang, tapi malah harus mengejar orang yang diselamatkan.
Bagaimana mungkin ada hal sekacau ini di dunia?
“Junnan-zai! Lari cepat!!” Qiao Jiajin berteriak sambil membawa garis hitamnya lari ke kejauhan,“Kalau berhenti kamu mati!!”
“Dari awal juga aku harus mati!” Chen Junnan menjerit sekeras-kerasnya,“Kau bangsat pakai 「Pò Wàn Fǎ」 untuk menghancurkan 「Pengganti Dosaku」, kau benar-benar bisa nggak sih pake skill sialanmu itu?!”
“Aku nggak peduli!!” Qiao Jiajin berteriak,“Kalau mau rebut garis hitamku, kejar aku!”
“Kejar kakekmu lah!” Meski mulutnya memaki, langkah berat Chen Junnan sudah mulai bergerak,“Lao Qiao tunggu dulu... dengar dulu...”
“Kejar aku!”
“Kau gila ya?!” Chen Junnan merasa paru-parunya mau meledak marah,“Kau lari-lari tersenyum kayak gadis di senja hari, mana bisa aku kejar?! Aku kejar enak aja...”
“Junnan-zai! Kamu lebih bersemangat dari tadi! Bagus sekali!” Qiao Jiajin berteriak dari kejauhan, “Kalau marah, datanglah pukul aku ya!”
“Bangsat bangsat bangsat!!” Chen Junnan terus menerus menggaruk-garuk rambutnya, “Aaaaaaa Lao Qiao!! Laozi sudah bilang, kematianmu akan kuambil alih! Jangan suruh aku lari lagi! Laozi sudah kelelahan sampai mati!!”
Begitu suaranya habis, garis di belakang Qiao Jiajin kembali berubah arah, menggambar lengkungan 180 derajat di udara sebelum terbang kembali ke Chen Junnan di belakang.
“Jangan curang!!” Qiao Jiajin berteriak sambil menoleh.
“Aku yang ambil alih!”
“Tidak boleh!”
“Aku yang ambil alih!”
‘Tidak boleh!’
Garis-garis hitam di udara bagai diterpa angin kencang, terus menggambar garis bergelombang.
“Hati-hati Junnan-zai!!” Qiao Jiajin juga mulai panik, “Jangan cuma mengontrol garisku, garis di belakangmu bagaimana?!”
“Kau……” Chen Junnan menoleh dan menemukan jalinan hitam di belakangnya hampir menempel di wajahnya, membuatnya buru-buru merunduk dan berlari sekuat tenaga.
