“Jangan begitu sok asing!” Pria bertank top maju menarik lengan Tian Tian yang sama sekali tidak menghindar, “Nona, kami benar-benar bukan orang jahat. Kalian istirahat saja di sini, lihat siapa yang berani macam-macam!”
Tian Tian memicingkan mata menatap tiga pria di depannya. Ekspresi mereka berbeda-beda, masing-masing pasti punya pikiran sendiri.
“Bangunan sekecil ini mana muat banyak orang.” Tian Tian tetap tersenyum, “Semua Kakak, silakan beristirahat. Kami yang mengalah.”
“Hai!!” Pria bertank top masih mencengkeram erat Tian Tian, “Nona Besar, benar-benar sok asing. Tempat sempit, kamu bisa duduk di pangkuan Kakak!”
Usai bicara dia langsung duduk di tempat, satu tangan menggenggam Tian Tian, satu tangan terus menepuk-ngepuk pahanya: “Ayo sini!”
“Hei, Lao Fang.” Pria paruh baya berkemeja jas di belakang membentak, “Jangan main fisik! Kapan kebiasaan burukmu ini bisa berubah?”
Mendengar perkataan pria berkemeja jas, pria yang dipanggil Lao Fang segera melepaskan pegangannya, lalu menoleh sambil tertawa: "Hei, bukankah aku hanya bercanda dengan nona ini? Kalian berdua tahu, aku memang suka bercanda."
Pria berkemeja jas langsung memasuki ruangan, lalu memandang sekeliling untuk memastikan tidak ada orang lain di dalam, sebelum akhirnya perlahan duduk.
"Nona, maaf ya." Ia menengadah ke arah Tian Tian, "Kami tidak bermaksud mengganggu kalian. Urus saja urusanmu."
"Baik, terima kasih."
Tian Tian merasa pria berkemeja jas ini masih bisa diajak komunikasi. Ia mengangguk memberi isyarat, lalu menarik tangan Zheng Yingxiong yang juga mengambil tas ranselnya.
Keduanya melewati tiga pria tersebut. Saat hendak pergi, tiba-tiba pria berkemeja jas berseru: "Tunggu."
Tian Tian terhenti sejenak, lalu menoleh. Matanya menyadari pria itu sedang menatap botol air plastik miliknya yang tergeletak di lantai.
“Oh, Nona.” Pria setelan jas itu tersenyum, “Aku tidak punya maksud lain…… tadi melihat kalian minum, cuma ingin bertanya apakah ada air lebih?”
Di depan mata, tiga pria itu dalam kondisi berkeringat deras. Saat ini, seteguk air lebih berharga bagi mereka daripada emas.
“Aku……” Tian Tian terdiam sejenak, lalu membungkuk bertanya pada Zheng Yingxiong, “Adik kecil, apa kamu masih punya air?”
Zheng Yingxiong setelah mendengar, dengan serius melepas tas dari punggungnya, lalu membuka dengan seksama, kemudian mengangkat kepala berkata: “Habis.”
“Hmm……” Tian Tian mengangguk, mengangkat pandangan ke pria berjas itu, “Kak, maafkan kami, kami cuma punya satu botol air.”
“Baik, tinggalkan tasnya, pergilah.” Pria berjas itu berkata.
Kalimat singkat itu membuat Tian Tian terhenti, tapi dia segera bereaksi. Setelah bertukar pandang dengan Zheng Yingxiong, melepas tasnya dari punggung dan meletakkannya dengan hati-hati di tanah: “Ada beberapa makanan di tas, ambillah jika mau. Kami pergi dulu.”
“Kak, itu……”
“Tidak apa-apa.” Tian Tian membuka mulut menghentikan Zheng Yingxiong, lalu mengulurkan tangan mengelus kepalanya, 「Beberapa Paman ini juga butuh makan. Karena kita belum lapar, berikan saja pada mereka dulu.」
Ucapan Tian Tian tegas dan penuh keyakinan, seolah ditujukan pada Zheng Yingxiong, sekaligus menyatakan sikapnya pada para pria itu.
Zheng Yingxiong mengangguk paham situasi, kemudian diam seribu bahasa. Keduanya mendorong sepeda hendak pergi.
「Sepeda juga tinggalkan.」 Pria setelan jas yang memimpin kembali bersuara.
Baru kini Tian Tian menyadari: dari tiga orang ini, yang paling sulit dihadapi bukan pemuda tinggi itu, bukan pula pria mesun berbaju tank top, melainkan justru pria setelan jas yang terlihat jujur ini.
Suasana mendadak beku.
「Kak, basis kami cukup jauh dari sini.」 Tian Tian tersenyum, 「Di sekitar sini juga tidak ada rumah perlindungan. Kami harus mengandalkan sepeda ini untuk kembali sebelum langit gelap.」
“Aku bilang tinggalkan sepeda itu.” Pria setelan jas mengangkat kepala dan memandang Tian Tian dengan dingin, 「Aku tidak peduli alasanmu, aku hanya lihat hasilnya.」
Tian Tian tahu dirinya dan Zheng Yingxiong kalah jumlah, akhirnya dengan patuh menyandarkan sepeda ke dinding. Ia mencoba berkomunikasi: 「Sepeda tua ini sudah tidak kuat mengangkut dua orang dewasa. Hanya cocok untukku dan si kecil ini. Kalian bertiga, yakin mau berebut?」
Dalam satu kalimat, Tian Tian menyodorkan beberapa fakta objektif sekaligus menusukkan 「jarum」 di antara trio itu.
Saat ini tak ada yang tahu apakah garis hitam akan bergerak lagi. Dengan tiga pria lawan dan sepeda yang hanya bisa dinaiki satu orang, jika pria setelan jas benar-benar pemimpin, seharusnya dia memilih cara terbaik: biarkan aku yang membawa sepeda ini pergi.
Begitu muncul situasi 「lebih banyak biksu daripada daging」, demi bertahan hidup mereka pasti akan bertarung habis-habisan.
Inilah akhir mengenaskan saat menguji persahabatan dengan 「manusia」.
“Kamu……” Pria setelan jas tidak tahu apakah sudah melihat melalui trik Tian Tian, hanya memicingkan mata menatapnya tanpa sepatah kata.
“Aku mengerti.” Tian Tian tidak memberi waktu reaksi terlalu banyak, langsung membuka mulut berkata, “Sepeda kami serahkan, kami pergi.”
“Ikat.” Pria setelan jas berkata.
“Ah……?”
Tian Tian terhenti sejenak, pria paruh baya berbaju tank-top sudah berlari mendekat dengan semangat: “Ha! Aku sudah tidak sabar!”
Dia mengulurkan tangan kotor berminyak untuk menangkap lengan Tian Tian.
“Kak, hati-hati!”
Zheng Yingxiong melihat situasi memburuk, langsung menarik Tian Tian ke belakangnya, kemudian melangkah maju sambil mengeluarkan 「pedang pusaka」 dari pinggangnya dan mengayunkannya dengan kuat.
Sayangnya 「pedang pusaka」 itu terbuat dari kertas koran lembek, saat menghantam kaki pria dengan keras, bahkan tidak sanggup meratakan lipatan celananya.
“Bangsat kau!” Pria bertali tank menampar Yingxiong hingga terjatuh, lalu langsung menendangnya, “Kau pikir masih di luar? Kau pikir di sini masih ada yang mau memanjakan **nak beruang** sepertimu?”
Zheng Yingxiong terbaring di tanah, tetap menggenggam erat pedang pendeknya dengan wajah penuh ketegaran tanpa mengeluarkan suara.
Pria bertali tank terus menendangnya keras, namun ia merangkak pelan-pelan mendekati mahkotanya.
“**Anak beruang**! **Anak beruang**!”
Melihat pria bernama Lao Fang semakin membabi buta, Tian Tian memberanikan diri berteriak: “Hentikan semua aksi!”
Lao Fang berhenti terengah-engah, sementara Zheng Yingxiong akhirnya batuk-batuk. Rupanya selama ini ia menggigit gigi menahan sakit.
Dengan sigap ia merangkak mengambil mahkotanya, lalu melipatnya hati-hati dan menyembunyikan di saku.
Ketiga pria itu menatap Tian Tian. Tian Tian pun tahu, **bagaimanapun** dirinya **bukan lawan** jika sampai terjadi perkelahian.
Melihat dia mengatupkan bibir, dengan raut wajah datar membuka mulut: “Kalian biarkan anak itu pergi, selanjutnya apa pun yang kalian suruh aku lakukan akan kuturut.”
“Kak……” Zheng Yingxiong menatap Tian Tian dengan ekspresi tak percaya, “Kakaklah yang seharusnya cepat pergi… Aku adalah 「Pahlawan」……”
