Pemuda itu awalnya kaget, lalu perlahan menunjukkan ekspresi ganas: 「Buka ya dibuka... Jangan menyesal...」
Ketiga orang itu bergegas membuka cangkir dadu masing-masing, memperlihatkan jumlah titik.
Pemuda itu pertama-tama melihat ke pria paruh baya di sampingnya. Dadunya ternyata empat 「empat」 dan satu 「lima」.
Pemuda itu langsung lega. Sebelumnya dia meneriakkan 「delapan empat」. Sekarang pria paruh baya punya empat 「empat」, dirinya sendiri satu 「satu」, total sudah lima 「empat」.
Selama 「Di Monyet」 memegang tiga 「empat」 di tangannya, dia tidak mungkin kalah.
Apalagi di awal permainan 「Di Monyet」 sudah menyebut 「enam empat」, menunjukkan probabilitas besar dia memegang banyak 「empat」.
Tapi ketika 「Di Monyet」 dengan malas membuka cangkir dadunya, keriuhan para hadirin tiba-tiba mereda.
Di dalam cangkirnya jelas terlihat tiga 「dua」 dan dua 「tiga」.
“Bangsat...” Pemuda itu menepuk meja sekuat tenaga, merasa dirinya dipermainkan, “Kamu sama sekali tidak punya 「empat」, tapi langsung berteriak 「enam 「empat」」?!”
“Ada aturan yang melarang?” Di Monyet melemparkan cangkir dadu ke meja, mengambil rokok dari mulutnya lalu mematikannya dengan jari telunjuk dan ibu jari, “Aku sendiri tidak punya 「empat」, tapi kurasa kalian punya.”
“Kau... kau...”
“Lagipula kalian juga bisa teriak 「buka」, siapa tau aku kalah?” Di Monyet kembali mengeluarkan sebatang rokok dari saku, menjepitnya di mulut lalu menyalakan, “HASIL TARUHAN HARUS DITERIMA, tak ada yang bisa mengelak.”
Meski logikanya memang begitu, tapi memanggil 「buka」 saat mendengar 「enam 「empat」」 di fase awal, benar-benar nekat. Sekali saja tiga orang itu benar-benar memegang 「enam 「empat」」, pemanggil 「buka」 akan kalah.
“Kakek monyet ini lumayan menarik.” Chen Junnan berbisik pada Qiao Jiajin, “Serang psikologis.”
“「Taruhan」bukanlah permainan nasib.” Qiao Jiajin membuka mulut, “Banyak elemen yang memengaruhi sebuah permainan, apalagi jenis permainan strategi seperti ini. Mereka yang hanya mengandalkan 「nasib」tidak akan pernah menang.”
Pemuda itu menatap cangkir dadu di atas meja dengan ekspresi antara kesal dan marah. Kerumunan penonton di sekitarnya mulai berdesas-desus.
“Bangsat... main-main saja...”
「Di Monyet」tersenyum dingin setelah mendengar: “Tak sanggup menerima kekalahan? Kalau berani 「mati」, silakan buat keributan.”
“Aku...” Pria itu paham konsekuensi berbuat onar di hadapan makhluk 「tingkat bumi」. Bahkan tanpa campur tangan 「Makhluk Suci」, 「Di Monyet」di hadapannya bisa menyobek-nyobek tubuhnya.
“Lupakan, aku kalah.”
Pemuda itu mendorong puluhan butir 「Dao」di depannya ke arah 「Di Monyet」, lalu berdiri hendak pergi.
“Tunggu.” 「Di Monyet」menepuk meja dengan tangan terulur, “Mau ke mana?”
“Habis semua taruhanku, aku pergi.” jawab pemuda itu.
“Waduh, sungguh disayangkan nasibmu.”
Ekspresi 「Di Monyet」 seperti tersenyum tapi tidak, lalu mengulurkan jari menunjuk ke dinding di belakangnya. Di sana tertempel poster tulisan tangan kuno yang hanya berisi dua baris karakter.
Tiket masuk dua butir 「Dao」.
Tebusan keluar sepuluh butir 「Dao」.
「Di Monyet」 perlahan menaikkan pandangan ke arah pria muda: "Dua butir 「Dao」 masuk main sesuka hati, menang semua milikmu. Tapi kasinoku buka di sini, sudah pasti harus menarik biaya teh."
"Kamu..."
Pria muda itu tertegun, tangannya meraba-raba saku sendiri. Semua 「Dao」 tadi sudah habis dikeluarkan, mana mungkin masih ada sisa untuk tebusan?
"Aku menyediakan lokasi di sini plus rokok gratis untuk kalian hisap. Tarik sedikit uang tidak berlebihan kan?" kata 「Di Monyet」. "Kalau tidak, yang menang 「Dao」 mau pergi, yang kalah 「Dao」 juga mau pergi, bisnisku bagaimana ini?"
"Kamu... kamu tunggu sebentar..." Pria muda itu terhenti sejenak. "Begini saja, kasih aku waktu lagi... Aku mau main yang lain dulu... Nanti akan kubawa sepuluh butir 「Dao」..."
「Di Monyet」 memandang sekeliling lokasi, membuka mulut: "Bisa kok, mahjong、pai gow、dadu、kartu、mesin slot harimau dan meja pinball semua tersedia. Tapi... kamu punya modal nggak?"
"Aku..."
Sang pemuda jelas-jelas ketakutan, menoleh melihat para penonton yang berkerumun, lalu tiba-tiba menangkap lengan Chen Junnan.
"Kak... bisa nggak pinjamin aku sepuluh butir「Jalan」buat nebus nyawa?"
Suaranya gemetar, terlihat benar-benar kehabisan akal.
"Maaf ya, Laozi juga nggak punya, bokek cuma tinggal celana dalam." Chen Junnan tersenyum malu.
"Kak!" Dia kembali mengulurkan tangan menyambar Qiao Jiajin, tapi Qiao Jiajin juga saking miskinnya sampai bunyi 'ding-dong'.
"Bangsat, gua cuma tinggal baju tank top..." Qiao Jiajin juga tersenyum kecut.
Dia telah melihat terlalu banyak orang seperti ini di kasino. Saat kalah sampai tak tersisa, mereka akan meminta bantuan pada orang sekitar, selalu naif mengira ada yang akan mengulurkan bantuan, mengeluarkan uang mereka dengan dermawan, lalu mengembalikannya setelah menang besar.
Tapi bisakah perkataan penjudi dipercaya? Jika benar punya kemampuan untuk menang besar, bagaimana bisa mereka terpuruk sampai seperti ini?
Kembali? Dengan apa dia akan mengembalikan?
Setelah meminta sekeliling dan tak ada satu pun yang meminjamkan 「Dao」 padanya, ekspresi pemuda itu panik luar biasa. Buru-buru dia berganti permintaan: "Dua butir! Beri aku dua butir saja! Aku akan ke meja lain sekarang, nanti pasti mengembalikan dua butir ini pada kalian!"
Tapi semua orang di lokasi itu tetap memandang dengan dingin. Seorang orang asing yang akan mati karena kehabisan 「Dao」, bukankah itu situasi yang biasa di 「Tanah Akhir」?
Jumlah orang mati di tempat ini bertambah setiap hari. Hari ini khususnya banyak.
Semua orang menutup saku mereka rapat-rapat, menghindari sorot mata pria muda itu.
“Bangsat！”Pria muda itu memaki keras,“Satu butir! Bisa pinjamkan aku satu butir?! Aku cuma butuh satu butir untuk balik modal！”
Di Monyet saat itu juga perlahan bangkit berdiri, mengeluarkan sepasang sarung tangan kotor dari sakunya:“Mohon para pelanggan minggir sebentar, toko kecil ini perlu menangani layanan purna jual. Seperti pepatah, semarak api berkobar, melihat darah berarti rezeki.”
Melihat situasi memburuk, pemuda itu berbalik dan kabur. Di Monyet melangkah besar, tubuh gemuknya langsung melayang di udara, menyergap ke arah si pemuda.
Ingin kabur dengan tubuh fisik di hadapan 「Bumi」adalah hal yang terlalu menggelikan. Bahkan sebelum pemuda itu berlari tiga langkah, Di Monyet sudah menginjak bahunya, lalu berjongkok di atasnya sambil mengulurkan tangan dan mengetuk tengkorak kepalanya dengan lembut.
「Detik berikutnya」, bola mata pemuda itu langsung memerah darah, tangan kakinya kejang beberapa saat, lalu terbaring kaku tanpa gerakan. Jelas sudah tidak bisa bertahan 「hidup」.
“Hei.” 「Di Monyet」 melompat turun, tersenyum sinis, “Sepertinya teknik 「pembunuhan」 terakhirku semakin meningkat, sudah bisa tanpa mengeluarkan darah.”
Semua orang yang ada di depan mata melihat 「Bumi」 mulai membunuh, ekspresi mereka tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Bagaimanapun, hari ini mereka sudah melihat 「tingkat langit」 membunuh tak terhitung orang.
“Hai, jangan protes.” 「Di Monyet」 mengibaskan tangan, “Tidak ada darah merah, tetap bisa menghasilkan uang. Kalian datang ke kasinoku untuk istirahat, jangan terpengaruh oleh gangguan kecil ini.”
