Tian Tian sedang mencuci kartu, meniru cara Di Monyet tadi dengan membagi kartu menjadi dua tumpukan.
Kemudian menyisipkan kedua tumpukan itu secara bergantian. Baru ingin mengaduknya lagi, entah karena gugup atau belum terbiasa, kedua tangannya gemetar sehingga semua kartu berhamburan di meja.
Semua orang serentak menoleh, dan melihat lembaran-lembaran kartu itu telentang dengan gambar menghadap ke atas, memperlihatkan seluruh isinya.
Menyadari situasi memburuk, Tian Tian buru-buru mengumpulkan kembali semua kartu lalu membaliknya dan menaruhnya di meja, bersiap untuk membagikannya.
「Tunggu.」 Qiao Jiajin mengerutkan alisnya sambil mengulurkan tangan.
「Apa...?」 Di Monyet meragukan. 「Orang kalian yang mencuci kartu, masa kalian sendiri tidak percaya?」
「Entah aku percaya padanya atau tidak,」 Qiao Jiajin menjawab, 「tapi kamu sudah melihat gambarnya. Aku harus cuci lagi.」
“Mana ada aturan seperti ini……？” Di Monyet berkata, “Kali ini kami sengaja mencari seorang 「dealer」 terpisah, bukankah untuk menghindari kami yang mencuci kartu?”
“Kita ini enam nyawa loh, Monyet gendut.” Qiao Jiajin sama sekali tidak mau mengalah, “Enam nyawa tergantung di sini, apa bahkan hak untuk mencuci kartu pun tidak ada?”
“Baik, kalau kamu sudah selesai mencuci, aku juga akan mencuci.” Di Monyet menjawab.
“Main begini ya? Boleh, Kak Monyet, setelah Anda selesai cuci, giliran aku.” Chen Junnan menyambung, “Nanti aku bangsat cuci sampai mati kamu.”
Di Monyet mengangkat bahu, tidak menunjukkan penolakan.
Qiao Jiajin mengambil tumpukan kartu dan mulai mencampurnya di tangan. Ia merasakan tatapan Di Monyet yang tak henti mengawasi gerakan tangannya.
“Monyet gendut... Di film-film daerah kami sering ada plot seperti ini, ahli taruhan yang bisa mengetahui posisi kartu target hanya dengan mengamati gerakan tangan lawan saat mencampur.”
“Oh?” Di Monyet mengangguk, “Tapi menurutmu di dunia nyata ada keterampilan taruhan seperti itu?”
“Untuk berjaga-jaga.” Setelah berkata demikian, Qiao Jiajin menaruh tumpukan kartu di bawah meja, lalu mengocok dengan suara keras sebelum menyerahkannya ke Di Monyet.
Di Monyet memegang tumpukan kartu, memeriksa sisi-sisinya secara horizontal untuk memastikan tidak ada lipatan, lalu melakukan kocokan simbolis sebelum memberikannya ke Chen Junnan.
Chen Junnan meniru gaya Qiao Jiajin dengan menaruh kartu di bawah meja dan mengocok asal-asalan. Saat hendak menyerahkan ke Tian Tian, Di Monyet kembali menghentikannya.
Ia memeriksa tumpukan kartu lagi lama-kelamaan, memastikan tidak ada kecurangan, lalu mengocok beberapa kali tambahan sebelum mengizinkan Tian Tian mulai membagikan kartu.
Entah apa maksud kedua lawannya, dalam putaran ini hanya dirinya dan Qi Xia yang benar-benar bertaruh. Segala tindakan orang lain hanyalah trik pengalihan belaka.
Tapi entah karena tekanan yang terlalu besar dari Chen Junnan sebelumnya, sekarang Di Monyet melihat ekspresi santai Chen Junnan itu membuatnya kesal, sampai-sampai tidak bisa tenang sama sekali.
Tian Tian menarik napas dalam, membalik kartu paling atas dari tumpukan, lalu meletakkannya dengan lembut di depan matanya.
「Xiaoxue」.
「23 Oktober」.
"1023……" Chen Junnan berbisik dalam hati, lalu menarik kembali pandangannya.
Semua orang di sampingnya tentu tahu ini pertanda buruk, kartu yang terbalik ini angkanya terlalu besar.
Hanya dengan satu kartu, total angka di permukaan sudah mencapai 「6」 poin. Selanjutnya, total dua kartu Qi Xia dan Di Monyet tidak boleh melebihi 「10」 poin.
Tian Tian dengan lembut menutupi bibirnya. Baru saja dia mendengar Qi Xia dan Di Monyet menyusun aturan baru, yaitu 「seri」 dihitung sebagai kekalahan Qi Xia.
Tapi kalau kartu pertama sebesar ini…… bukankah probabilitas kekalahan Qi Xia akan meningkat drastis?
Qi Xia duduk di tempat sambil bergoyang-goyang, sama sekali tidak memperhatikan kartu di meja, seolah-olah akan segera pingsan.
Tian Tian mengambil sebuah kartu, ragu sejenak tidak tahu harus memberikannya ke siapa.
Chen Junnan mengulurkan tangan menyangga Qi Xia, memberikan kode mata ke Tian Tian: "Walau Lao Qi tidak enak badan, tapi berikan dulu ke Si Monyet kita, kita harus menghormati yang tua dan menyayangi yang muda."
Tian Tian mengangguk patuh setelah mendengar, lalu membagikan kartu ke Di Monyet.
Di Monyet perlahan membalik permukaan kartu, memperlihatkan tulisan di atasnya.
「Hujan」.
「21 Januari」.
"121 total empat poin..." Chen Junnan menggoyang-goyang Qi Xia, "Lao Qi, cepat bangun, kartu dibagikan."
Qi Xia dengan susah payah membuka mata, mengambil sebuah kartu dari tangan Tian Tian.
Dia menarik napas dalam-dalam lalu membuka kartu, ekspresinya seketika menjadi muram.
「Chuxi」!
“Bangsat……” Chen Junnan nyaris bangkit berdiri karena ketakutan, tapi teringat sesuatu.
Meski kartu ini terlihat besar, tapi dipikir-pikir angka penyusunnya hanyalah 「satu dua tiga nol」 dengan total hanya 「enam」.
“Lao Qi, kamu harus kuat, kita belum kalah.” Chen Junnan kembali menggoyang-goyang Qi Xia, “Kalau mau pusing, setidaknya tunggu sampai kita mati dulu.”
Qi Xia mengangguk secara simbolis.
Karena taruhan kedua pihak sudah ditentukan sebelum ronde ini dimulai, Tian Tian akan segera memberikan 「kartu tertutup」 tanpa perlu penambahan taruhan di tengah permainan.
Seperti ronde sebelumnya, kartu pertama diserahkan ke 「Di Monyet」, lalu dengan lembut ia mengambil satu kartu lagi untuk Qi Xia.
Qi Xia melihat gambar kartu itu, mengerutkan alisnya sebentar. Begitu kartu itu ditaruh di meja, tubuhnya langsung limbung seperti kehilangan kesadaran dan jatuh tepat di atas 「kartu tertutup」.
“Diu!”
“Lao Qi!”
Dua orang di sampingnya buru-buru membantu Qi Xia bangkit, menemukan kedua matanya sudah hampir benar-benar hampa.
Luka di dahinya yang mekar akibat tabrakan ini kembali mengucurkan darah, mencetak bunga merah mengerikan di balik 「kartu tertutup」ini.
Chen Junnan merasa situasi memburuk, buru-buru mengambil 「kartu tertutup」itu dan menggosoknya keras-keras di bawah meja untuk membersihkan darah di belakangnya. Sayangnya material kartu yang doff ini tidak tahan air - noda darah kecil masih bisa diurus, tapi cipratan sebesar ini sudah meresap ke dalam kartu dan sama sekali tidak bisa dibersihkan.
Ia buru-buru menyembunyikan kartu itu ke tangan Qi Xia dari bawah meja, lalu kembali menepuk-nepuknya: "Lao Qi! Sadar! Cepat lihat kartu ini!"
Qi Xia menunduk memandangi kartu itu, ekspresinya seperti abu mati.
Tapi dia seolah terus-menerus mencerna sesuatu, tetap menolak meletakkan kartu ini di atas meja.
“Qi Xia, ada apa?”「Di Monyet」memeriksa kartu tertutup miliknya, perlahan meletakkannya di atas meja, lalu berkata, “Apakah kartu itu akan membuatmu menang?”
Memandangi kartu yang tergenggam di tangan, kepala Qi Xia tetap tertunduk. Tulisan kaligrafi yang liar bak naga menari di permukaan kartu seolah membentuk senyuman aneh, membuatnya tak sanggup membuka mulut.
“Kau bilang sudah tahu dua kartu asku, tapi kenapa tak melakukan apa-apa?”「Di Monyet」tersenyum, “Inikah kemampuanmu?”
Qi Xia mendengar perkataan「Di Monyet」, perlahan menggelengkan kepala.
Melihat ekspresi Qi Xia, sikap「Di Monyet」semakin arogan: “Di tanganmu ada 「Chong Yang」, bagaimana kau bisa mengalahkanku?!”
Chen Junnan dan Qiao Jiajin yang berdiri di samping serentak menunduk melihat kartu tertutup「Chong Yang」yang disembunyikan Qi Xia di bawah meja.
Tepat「Chong Yang」.
