“Lalu fase terakhir?” tanya Kak Siwei.
“Fase terakhir adalah「Era Keruntuhan」. Tatanan yang sangat kuat akan membawa dampak balik yang sama dahsyatnya.” Paman Wan berkata, “Aku sudah merasakan masa depan yang runtuh.”
Kak Siwei menghela napas setelah mendengar: “Meski tempat ini benar-benar akan「runtuh」, itu semua adalah efek dari tindakanmu sendiri.”
“Apa benar?” Paman Wan bangkit berdiri, memandang kami dengan dingin, “Kalian semua bisa menghentikanku, tapi diam-diam membiarkanku mengembangkan keluarga ini hingga hari ini, bukan? Lagipula kamu juga selalu di sisiku, kita saling memanfaatkan.”
“Apakah aku dan 「pahlawan」 punya pilihan……?” Kakak Siwei menggigit giginya, “Kami ditempatkan di ruangan yang sama denganmu… Semua orang di ruangan sudah kau cuci otak, bagaimana bisa kami pergi?”
“Ini salah Zheng Yingxiong sendiri.” Kata Paman Wan, “Siapa suruh dia jadi 「Ling Xiu」? Dan kamu, Xiao Li, kau ‘dalang tak bersalah, tapi menggendong giok berdosa’. Selama masih menemani Zheng Yingxiong, nasibmu sudah ditentukan. Jadi jangan salahkan siapa-siapa.”
Bau kemarahan menyengat dari tubuh Kakak Siwei, tapi aku tahu dia tak bisa berbuat apa-apa.
Sejak Paman Wan menginjakkan kaki di tanah ini, dia sudah tak punya cara untuk menghentikannya.
“Kak Wan……” Suara Kak Siwei melembut, “Mengingat kamu sebentar lagi pergi, bisakah memberi kejelasan pada mereka? Katakan saja Yingxiong sudah tidak punya 「kemampuan」, suruh mereka lepaskan kita berdua?”
“Ha……” Paman Wan membungkuk, bergetar pelan, “Xiao Li, aku menyarankan jangan lakukan percobaan seperti ini. Sekali para 「keluarga」 gila itu tahu Zheng Yingxiong tidak berguna lagi, sikapnya akan lebih berbahaya dari siapa pun.”
「Detik berikutnya」, aroma dingin menyebar dari tubuh noona, bau itu bernama 「putus asa」.
“Kamu seharusnya sudah mengira?” Paman Wan membuka mulut, “Mereka memuja Zheng Yingxiong layaknya 「Dewa」. Setiap pagi ritual mengendus aroma tubuhnya sudah menjadi satu-satunya sisa pikiran mereka. Sekarang kau mau aku secara langsung memberi tahu mereka 「Dewa」 ini telah berubah jadi 「dalang」? Meski aku selalu menjilat darah di ujung pisau, tapi ujung pisau seberbahaya ini tidak akan kusentuh. Mereka akan mencabik-cabikku.”
“Kakak Siwei menelan ludah, membuka mulut: "Artinya, entah kamu berhasil kabur dari sini atau tidak... Adik Pahlawan sudah tidak bisa pergi."
“Menurutmu ini hal yang harus kupedulikan? Xiao Li, aku harus pergi.” Paman Wan mengulurkan tangan menepuk bahu Kakak Siwei, “Sambutlah kehancuran.”
“Wan Cai...” Kakak Siwei menahannya dengan nada sangat dingin.
“Apa?”
“Kamu datang ke sini tengah malem begini cuma untuk mengancam kita?”
Paman Wan menggaruk kepalanya, menjawab: “Kenapa kamu berpikir seperti itu? Aku cuma merasa sebentar lagi akan pergi, jadi memberitahumu cara bertahan hidup di sini sebisaku, bisa dibilang... saran kehidupan lah.”
Setelah berkata begitu, dia keluar dari ruangan dan menghilang dalam kegelapan malam.
Malam itu aku duduk meringkuk di sudut ruangan bersandar pada Kakak Siwei. Meski ruangan tidak dingin, tubuhnya terasa seperti es.
Aku tidak tahu cara membuatnya hangat.
“Aroma bersih di tubuhnya juga terus berubah, kadang menjadi keruh, kadang berubah menjadi kejam yang mengerikan.
Dia terus memunculkan「pikiran」satu demi satu, lalu menghilang seperti asap yang tersapu angin.
Aku sangat takut dengan perasaan ini, aku selalu merasa dia akan「menciptakan」orang lain di pagi hari berikutnya.
Saat matahari terbit, baru saja Kak Siwei dan aku membuka mata, sudah mendengar keributan di luar.
Dia menarikku buru-buru turun, baru menemukan banyak「dalang」berkumpul di ruang pengaman lantai minus satu.
Aku mencium bau yang sangat gelisah. Kak Siwei menarikku mendorong kerumunan, sampai di ujung depan「tim」.
Paman Wan saat itu sedang berlutut di「」, menatap brankas pengaman raksasa di hadapannya.
Aku ingat brankas ini selalu dia gunakan untuk menyimpan「Giok」, tapi bagian dalam brankas kosong.
“Ini……ini……” Paman Wan berlutut di depan brankas, seluruh tubuhnya menggigil.
“Jangan kau 「ini」 lagi!” Seorang 「kapten」 bertanya, “Kak Wan! 「Giok」 milik kita semua mana?! Bukannya katanya semua disimpan di sini olehmu untuk dibagikan?”
Paman Wan memalingkan kepala, kedua matanya merah membelalak. Aku jelas mencium aroma 「panik」 dari tubuhnya.
“Aku tahu... Pasti ada yang mencuri 「Giok」! Siapa? Berani sekali melanggar 「hukum keluarga」?!” Suaranya gemetar nyaris histeris, “Kalian tidak takut 「hukum keluarga」?!”
Tapi semua orang diam membisu, tak ada yang membuka mulut.
Aku bisa mencium campuran bau 「tegang」, 「kengerian」, 「gelisah」, lalu akhirnya bercampur 「putus asa」 dari tubuhnya. Pikirannya hampir macet.
“Kak Wan, 「Giok」 selalu kau yang mengawasi.” Seorang kapten perempuan berkata dengan dingin, 「niat membunuh」 mulai menguar dari tubuhnya.
Setelah kalimat itu, 「niat membunuh」 yang sama muncul dari semua orang.
“Benar, bukannya kau yang ditugasi mengurus?”
“Seberapa besar kepercayaan kami padamu sampai mempercayakan semua 「Giok」 padamu?” tanya seorang kapten lainnya.
“Apa kau menghabiskan 「Giok」 untuk diri sendiri?”
“Ba-bagaimana mungkin?!” Paman Wan tiba-tiba bangkit berdiri menghadap semua orang, “Apakah aku ini idiot? Kalau benar ingin menghabiskan 「Giok」, mengapa pagi tadi saat membagikan 「Giok」 masih mengajak kalian ke sini?!”
“Lalu mana 「Giok」-nya?” Para kapten terus menekan tanpa memberi kesempatan penjelasan.
Menatap brankas yang kosong melompong, seolah semua ucapan menjadi sia-sia.
“Mana aku tahu?!” teriak Paman Wan, “Kalian tidak percaya padaku? Kalau mau menghabiskan 「Giok」, bukankah lebih baik sudah kulumat dari dulu?!”
Saat keraguan mulai menyelimuti hadirin, Kak Siwei di sampingnya membuka mulut: “Itu karena jumlah 「Giok」 saat ini hampir cukup untuk satu orang kabur dari sini.”
“Xiao Li...!” Paman Wan membelalakkan mata ke arahnya, “Kau... Aku paham, inikah yang disebut menjatuhkan orang yang sudah terpuruk? Bangsat...”
Paman Wan tidak bisa tetap tenang, langsung ingin menyerang dan menangkap Kakak Siwei, tapi paman yang selalu melindunginya setiap hari justru menghadangnya.
“Kak Wan, benarkah kau mengambil 「Giok」?” tanya para paman itu.
“Kalian juga jadi bodoh!?” teriak Paman Wan, “Meski aku ingin menelan, mana mungkin aku memberitahu kalian semua!”
“Tapi hanya kau yang tahu password brankas pengaman itu.” Kata paman.
“Aku... Aku...”
「Niat membunuh」semua orang menyebar, membanjiri seluruh lantai.
Orang yang dulu paling percaya pada Paman Wan mengikatnya erat-erat dan menyeretnya ke lapangan di luar gedung perkantoran. Yang menunggunya adalah 「aturan pengadilan」yang dibuatnya sendiri.
Apakah Paman Wan juga akan menghilang?
Saat pemikiran ini muncul, tak ada sedikitpun perasaan sedih, tapi bau Kakak Siwei di sampingku terasa lebih menyengat.
Dia tidak mengajakku menyaksikan eksekusi Paman Wan, malah menarikku menuju arah ruangan.
“「Pahlawan」, Aku akan melindungimu.” Kakak Siwei membuka mulut.
“Lindungi aku……?”
“En.” Kakak Siwei menoleh memandangku, sorot mata penuh tekad, “Aku tak akan membiarkan 「Era Kekacauan」 terjadi. Karena kita tidak punya cara mengubah keadaan, terpaksa terus memanfaatkan orang-orang ini.”
