“Benarkah?”
Xu Jiahua, mungkin kamu tidak tahu, meski kita baru delapan tahun, tapi selama lima tahun ini aku selalu menganggapmu teman, hanya berharap kamu bisa memperlakukanku sebagai teman selama satu「hari」.
“Tentu saja! Ke depannya kita akan menjadi teman baik selamanya! Ayo! Mari kita bersulang!!” Dia mengangkat botol kaca ke hadapanku, “Persahabatan abadi!!”
“En! Persahabatan abadi!”
Aku meniru gaya para dewasa, dengan lembut menyentuh botolnya lalu mengintipnya diam-diam.
Meski semua orang bilang Coca Cola enak... Tapi benda ini berwarna 「hitam」, benarkah enak? Dalam ingatanku hanya obat cair yang berwarna seperti ini.
Xu Jiahua jauh lebih berani dariku, dia langsung menenggak air 「hitam」 itu sebanyak satu tegukan. 「Detik berikutnya」 matanya membelalak, tangannya menutupi mulut.
Aku melihat wajahnya yang bingung: “A-Apa yang terjadi? Jiahua... Enak?”
Tapi dia terus menutupi mulutnya, dengan sorotan mata bersemangat memberi isyarat agar aku mencobanya.
Aku tahu Xu Jiahua tidak akan menggodaiku, lalu kuangkat Kola itu dan menirunya minum.
“Air hitam beraroma harum ini masuk ke mulut, 「detik berikutnya」 aku pun membelalakkan mata!”
Celaka!!
Kola ini melompat-lompat di mulutku, gemeresik-gemeresik, seolah-olah 「hidup」! Ini menusuk mulutku!
Aku nyaris memuntahkannya, buru-buru menutupi mulut dengan tangan—kola ini sangat mahal.
Kami saling menatap dengan mata terbelalak dan wajah bingung, baru menelan setelah kola di mulut berhenti melompat dengan ekspresi tak percaya.
“Hik~~~”
Sejenak kemudian kami serentak bersendawa, setelah saling pandang, kembali tertawa 「kekeke」.
“Wah!!” Xu Jiahua tersenyum, “Ini kola!! Sangat menarik!”
“Enak sekali!” aku juga tersenyum.
“Aku mau mencoba lagi!”
“Ta...tapi Xu Jiahua.” Aku memotongnya, “Kalau kamu mentraktirku minum kola, kamu tidak bisa beli 「makanan」.”
“Apa masalahnya?!” Xu Jiahua tersenyum santai, "Sebelum jadi sebangku denganmu, aku tidak pernah makan malam! Dan cola ini bukan aku yang mentraktirmu, tapi kamu yang mentraktirku!"
Setelah bahagia sesaat, kami kembali terdiam, duduk kaku di pilar jembatan sambil meneguk cola.
Cola meski enak, tapi botolnya kecil, hampir setetes-setetes kami meminumnya.
Hari semakin gelap, bulan pun mulai muncul.
Tapi langit hari ini benar-benar lucu, senja yang tidak jelas, bulan berhadapan langsung dengan matahari.
Sepertinya bulan hari ini juga ada yang menemani.
"Xu Jiahua... kamu tahu 「Pahlawan」?" aku bertanya.
"Pahlawan? Yue Fei?" Dia mengisap botol dengan mulut, bertanya dengan suara tak jelas.
“Bukan pahlawan seperti Yue Fei……” Aku menggelengkan kepala, “Maksudku... seorang 「Pahlawan」 yang lahir di kota, di mana semua orang mengidolakannya, berharap dia bisa memimpin mereka. Tapi si 「Pahlawan」 sendiri bingung harus berbuat apa. Pernah dengar situasi seperti ini?”
“Aneh banget ya?” Xu Jiahua mencerna sejenak, “Meski nggak terlalu ngerti konsep 「Pahlawan」-mu, kalau dipikir-pikir mirip seperti 「Kak」 lah.”
“Kak……?” Aku tertegun, meski ingin menolak, sepertinya memang begitu maksudnya.
Aku adalah 「Kak」, dengan sekelompok 「adik」 sebagai bawahan.
“Kalau aku jadi Kak ini... eh bukan.” Xu Jiahua 「hehe」 tertawa, “Maksudku kalau jadi Pahlawan, pertama-tama harus pastiin anak buahku kenyang! Meski aku sendiri mati kelaparan juga nggak masalah!”
“Kenyang……?” Tiba-tiba aku tersadar perkataannya masuk akal. Setiap sepuluh hari, seluruh keluargaku selalu hidup dalam kelaparan.
Meski 「Pemilik Aroma Harum」 dalam 「keluarga」 bisa menghasilkan makanan tertentu, tapi jumlah orang jujur terlalu banyak, semua tidak bisa makan kenyang.
Kalau lain kali aku kembali, harus memastikan semua bisa makan kenyang.
“Lalu?” Aku bertanya lagi.
“Selanjutnya adalah 「persatuan」 ya!” Xu Jiahua tersenyum, “Apa tidak pernah membeli kaset bajakan? Banyak film yang seperti itu!”
“Aku tidak pernah lihat, tapi kamu bisa ceritakan padaku.” Aku membuka mulut.
“Intinya harus menyayangi kecilnya... eh... maksudku 「rakyat」 lah, mungkin begitu sebutannya?” Xu Jiahua menggaruk kepala, “Kayaknya di dongeng ditulis seperti ini...”
“Rakyat?”
“Iya!” Xu Jiahua lagi menyesap sedikit cola, mengangguk dan berkata, “Pahlawan ini terdengar seperti 「Pangeran」 di dongeng ya?”
“Tapi aku juga tidak kenal 「Pangeran」...” Aku berkata.
“Apa susahnya mengenali itu！！” Xu Jiahua berdiri tegak, “Pangeran sangat mudah dikenali! Mereka semua mengenakan mahkota, membawa pedang pusaka, dengan jubah di punggung. Di banyak cerita, pangeran adalah pahlawan, pahlawan adalah pangeran lah!”
Xu Jiahua sambil berkomunikasi dengan gerakan mengangkat botol cola di tangannya ke udara: “Pasti seperti ini kan! Mereka akan mengangkat pedang sambil berteriak 「Aku datang untuk melindungi kalian semua! Aku adalah pahlawan!」”
Melihat botol cola di tangannya memantulkan cahaya menyilaukan di bawah senja, sepertinya aku mulai mengerti maksud dari 「pahlawan」.
“Eh……?” Aku tertegun, “Benarkah seperti itu?”
“Pasti begitu!”
Hari itu, aku dan Xu Jiahua mengobrol sangat lama. Sepertinya ini pertama kalinya aku memahami arti karakter 「teman」. Dia mengajariku sangat banyak hal.
Sayang sekali waktu tidak bisa dihentikan. Seiring malam semakin larut, kami harus berpisah. Kali ini perpisahan akan berlangsung selama 10 hari masa.
Aku menengadah melihat, benar juga, Matahari pada akhirnya akan menghilang.
Meski dia bertemu dengan Bulan, pada akhirnya juga akan menghilang.
Di 「Langit」 yang sekarang, hanya tersisa Bulan yang sama sebatang kara denganku.
Matahari punya tempat yang harus dituju, tak mungkin selamanya tinggal dalam gelap gulita.
Malam panjang selanjutnya, hanya Bulan yang harus berjalan sendirian.
Aku akhirnya tiba di 「penjara」 yang menjadi milikku.
Menurut para Daren, saat bekerja rasanya seperti dipenjara. Setiap beberapa waktu dipenjara, bisa istirahat dua hari.
Ternyata aku sudah lama dewasa.
Aku duduk di ruangan, Kak Siwei di samping sedang membaca buku.
Kurasakan Kak Siwei mungkin orang paling berpengetahuan yang pernah kukenal. Saat senggang, dia selalu membaca buku atau koran. Banyak karakter yang kukenal sekarang diajarinya olehnya.
Dia bilang dirinya hanya pelajar biasa. Ternyata pelajar biasa bisa punya pengetahuan sebanyak ini?
Melihat ekspresi seriusnya, aku tidak tahan bertanya: 「Kak, setelah membaca begitu banyak buku, adakah buku yang menulis di mana bisa menemukan 「mahkota」 dan 「pedang pusaka」?」
「Mahkota dan pedang pusaka……?」 Kak Siwei tertegun, 「Ini terdengar seperti cerita pangeran kecil, untuk apa kamu mencari benda-benda itu?」
「Aku…… Aku……」 Aku agak malu mengatakannya, karena aku memang ingin menjadi pangeran itu.
Kak Siwei sepertinya membaca isi hatiku, lalu bertanya: 「Adik Pahlawan, pernahkah kamu dengar cerita 「Pangeran Bahagia」?」
「Pangeran Bahagia?」
