Aku perlahan membelalakkan mata.
Meski orang lain tidak tahu, tapi Kak Siwei pasti mengerti.
Kak Gu Yu pernah bilang ke kita, selama mengatakan「pertaruhan nyawa」ke「shio」apa pun, jika gagal akan menjadi「orang yang berkeliaran」di sini.
“Membawa ribuan orang... untuk bertaruh nyawa dengan「Naga Suci」...” Aku bergumam, “Mengapa......?”
“Karena「keyakinan」.” Kak Rambut Panjang menjawab, “Orang di dunia ini bisa mati demi「keyakinan」mereka sendiri, bahkan yang palsu sekalipun. Dia begitu, para pengikutnya juga begitu. Hanya saja「keyakinan」yang mereka ikuti berbeda.”
“Keyakinan......?”
“Adik, kekuatan terkuat di tempat ini adalah 「keyakinan religius」.” Dia mengulurkan tangan mencubit bahuku, seolah menghiburku, “Selama kau punya cukup 「keyakinan religius」, itu akan membantumu meraih segalanya.”
Tapi aku tak mau segalanya, aku ingin Kak kembali.
“Kakakmu melakukan semua ini justru karena memiliki 「keyakinan religius」 yang cukup kuat.” Suaranya bergetar pelan, “Di hatinya kau adalah 「pahlawan」 sejati yang layak diperjuangkan. Hanya saja... dia sekaligus menipu ribuan orang sampai musnah, dan dirinya sendiri juga ingin tinggal di sana untuk 「penebusan dosa」.”
“「Sebab-Akibat」, lepaskan aku.” Aku membuka mulut, “Aku tak mau diatur... Ingin memilih 「akhir」 sendiri... Sudah belasan tahun diatur orang... Hanya kali ini aku mau tentukan nasibku.”
“Tidak boleh.” Dia menggelengkan kepala, ekspresinya sedih, “Aku sudah janji pada gadis itu akan menahanmu sejam. Kalau kau pergi, aku sulit memberi kejelasan.”
“Tapi……” Aku menggigit gigi, seluruh tubuh bergoyang, “Kamu tahu tidak apa arti Kak bagiku……?”
“Aku mungkin bisa membayangkannya, tapi ini benar-benar tidak bisa.” Wanita berambut panjang menggelengkan kepala, bau di tubuhnya terasa 「kesedihan」, “Nak, tutup matanya, sebentar lagi selesai. Aku datang jauh-jauh dari tempat lain, kalau urusan tidak beres, arti kedatanganku juga hilang.”
“「Sebab-Akibat」…… Kamu sama sekali tak tahu, waktu yang kuhabiskan dengannya lebih lama dari keluargaku... Dia adalah daging dan darah yang tumbuh di tubuhku, cahaya di hatiku, burung layang-layang di sampingku... Kamu tak boleh memperlakukanku begini...”
“Daging dan darah akan menghilang, cahaya akan meredup, lalu burung layang-layang itu?” Wanita berambut panjang bertanya, “Entah kamu mau akui atau tidak, ini akhir terbaik antara dia danmu, 「Sebab-Akibat」 kalian sudah ditentukan sejak detik pertemuan itu.”
Aku berdiri di tempat sambil gemetar, air mata mengalir deras.
“Dia menyisakan orang lain di ruangan itu, agar aku bisa kabur dari Ruangan tersebut. Dia meninggalkan orang yang bisa memproduksi makanan, agar aku bisa bertahan hidup.”
“Dari awal sampai akhir dia selalu memikirkan aku... Pantas saja aroma pekat selalu tercium dari tubuhnya.”
“Kebohongannya terlalu besar... Dia menjadi 「Dewi」 demi 「membunuh」 semua orang di kota ini, dia menduduki tahta ini untukku.”
“「Sebab-Akibat」……” suaraku tercekat, “Lima puluh menit lah.”
“Apa?”
“Biarkan aku pergi setelah lima puluh menit...” aku memalingkan kepala, air mata mengalir di wajah, “Berikan sepuluh menit untukku berpamitan dengan Kak... Boleh?”
“Ini...”
“Kumohon, sepuluh menit saja...”
“Nak, di dunia ini tak mungkin semua kejadian sesuai keinginanmu.” Wanita berambut panjang berkata, “Kau seharusnya mengerti logika ini.”
“Aku mohon…… Aku benar-benar mohon……” Hati ini sungguh sakit, sampai kata-kata pun kelu，「Aku semalam tidak sempat bicara dengan Kak...... Aku tak menyangka itu kesempatan terakhir!! Aku tidak mau berpamitan seperti ini! Biarkan aku berpamitan baik-baik dengannya...... Aku mohon...... sepuluh menit saja......」
Seumur hidup, baru kali ini aku merasa seegois ini. Tapi jika tidak egos sekarang, aku tidak akan memiliki apa-apa lagi.
Para Daren selalu bilang "selama kau menurut, segalanya akan jadi milikmu". Tapi selama ini aku terus menurut, malah semua telah diambil dariku.
Wanita berambut panjang itu ekspresinya berubah sejenak, lalu menghela nafas dalam: 「nak, Perpisahan ini hanya akan membuat luka hati yang takkan pernah sembuh. Dia pun begitu...... Dia pasti tak mau kau melihat wajahnya saat 「mati」 tragis nanti.」
“Cuma beberapa patah kata......” Aku menangis histeris, 「Ada begitu banyak yang ingin kusampaikan pada Kak...... Biarkan aku menemuinya sekali saja......」
「Dia」 setelah mendengar, termenung sejenak, lalu mengangguk perlahan: 「Baiklah, aku setuju memberimu sepuluh menit. Tapi mungkin saat kau pergi... sudah terlambat.」
「Tidak apa-apa!!」 Aku berteriak keras, 「Tidak apa-apa, aku pasti akan bertemu dengannya!」
「Kalau begitu... pikirkan baik-baik kata-kata perpisahanmu.」
Aku mengangguk kuat-kuat lalu mulai berpikir cepat di hati tentang apa yang harus kukatakan... Sepuluh menit... Apa yang bisa kusampaikan dalam sepuluh menit?
Sepuluh menit seharusnya cukup lama... Aku bisa mengatakan banyak hal.
Kenangan demi kenangan terus berkilas di hadapanku.
Aku teringat saat pertama kali bertemu, dia bertanya padaku 「Kau masih bayi kecil, bagaimana bisa menjadi pahlawan?」.
Aku teringat dia mengusap kepalaku sambil berkata 「Di mana ada Pangeran Bahagia, di situ ada Burung Layang-layang, mereka selalu bersama」.
Aku teringat「kakak」 terbaring di lantai dingin sambil berbisik 「Aku sudah menemukan cara untuk membebaskan kita berdua」.
「Kakak」 sejak awal selalu melindungiku... Tapi apa yang benar-benar kubawa untuknya? Andai dia tak pernah bertemu aku, pasti tak akan berakhir seperti ini.
Aku harus memastikan bisa bicara banyak-banyak dengannya... Aku harus memberitahu semua yang bisa kupikirkan, aku akan bilang「maafkan aku」, juga mengucapkan「terima kasih」.
Aku akan selamanya ingat dia, aku akan beri tahu semua orang bahwa dulu pernah bertemu seorang kakak yang sangat baik, aku mencintainya seperti mencintai orang tua kandungku.
Tapi otakku benar-benar kacau, selanjutnya tidak bisa memikirkan apa-apa, hanya merintih dan menangis tersedu-sedu.
Sebenarnya ada waktu「12」tahun untuk berkumpul, tapi yang kutunggu hanya sepuluh menit terakhir.
Aku belum pernah berdiri di jalanan kota ini sambil menangis meraung-raung, sakit sekali, di sekitarnya terus bergema tangisanku, seolah seluruh kota menyiramkan air asin pahit.
Entah di dunia nyata maupun「penjara」, semua perpisahan bisa bertemu lagi... Tapi kali ini berbeda, aku akan benar-benar「kehilangan」kakakku.
Tak tahu berapa lama, wanita berambut panjang membuka mulut padaku: “Pergi, nak.”
Kedua kakiku seketika pulih sensasinya, aku langsung berlari secepat mungkin ke depan bagai orang tak bernyawa. Setiap detik aku berlari lebih cepat, waktu berbicara dengan Kakak akan bertambah satu detik.
Angin kencang di sepanjang jalan menerbangkan bekas air mata di wajahku hingga hancur berkeping di udara, tapi aku tak sempat mengurusnya. Aku sedang mengejar waktu.
Aku mengejar waktu bersama angin, mengejar waktu dengan seutas nyawa, juga mengejar waktu bersama dua belas tahun kehidupan masa laluku.
