Qi Xia berjalan cukup lama sebelum menengok ke untaian manik-manik di atas kepalanya.
"Jika tidak segera menemukan Banteng Tanah, untaian manik-manik ini seharusnya akan segera menghilang. Bagaimanapun, yang disebut 「Momen Tianlong」 paling lama hanya akan bertahan dua jam."
"Sekarang tidak ada jam tangan maupun lonceng, sulit mengetahui waktu, tapi Qi Xia selalu merasa Waktu Si akan segera berlalu."
Dia menggelengkan kepala, mencoba menerima ingatan yang mengalir dari otaknya.
"Meski berisiko... tapi ini membuktikan metode ini tidak bermasalah." Qi Xia kembali menatap untaian manik-manik di atas kepalanya, "Melalui 「Kehidupan Abadi」 untuk 「memutar balikkan waktu」, Qinglong, kau lihat? 「Waktu」 sebenarnya tidak benar-benar ada. Kita hanya bisa melihat jejak 「waktu」 dari setiap orang. Selama bisa memutar balikkan seorang 「dalang」, secara teori waktu pun ikut terbalik."
Dia kembali menunduk memandangi kedua tangannya, keyakinannya terhadap logika dasar 「Tanah Akhir」 semakin menguat.
Tempat aneh ini beroperasi dengan mengandalkan kekuatan dahsyat 「Kehidupan Abadi」. Para dalang terus-menerus terputar di tempat yang sama, sementara waktu di tanah ini terus melesat ke depan. Paradoks aneh ini telah lahir sejak bertahun-tahun silam.
Apakah sang 「dalang」 yang tertinggal di tempat, ataukah 「dunia」 yang tertinggal di tempat?
Mengikuti peta di tangannya, Qi Xia berjalan sekitar belasan menit hingga akhirnya melihat area permainan「shio」.
Area permainan ini jauh lebih besar dari perkiraan Qi Xia, ternyata merupakan lapangan sepak bola terbuka yang telah lama ditinggalkan.
Satu-satunya hal yang membingungkan Qi Xia adalah kondisi lapangan yang rusak parah. Jika bukan karena posisinya jelas tertera di peta, bahkan Qi Xia pun ragu ini merupakan lokasi permainan Banteng Tanah.
Ia telah berkali-kali mengunjungi「shio」, namun lapangan sepak bola ini jelas yang paling bobrok - tingkat kerusakannya terkesan tidak wajar.
Apakah karena lokasinya terbuka? Atau mungkin「shio」yang bekerja di sini tak pernah merawat area mereka sendiri?
Qi Xia tiba di bagian depan lokasi, menemukan bahwa tidak ada「shio」di sini, tetapi bisa mendengar samar-samar teriakan dari dalam lapangan. Maka ia menyimpan peta dan langsung masuk melalui pintu utama lapangan sepak bola terbuka.
Dengan pandangannya terbuka lebar, Qi Xia langsung melihat lapangan yang telah berubah menjadi tanah kuning tanpa sehelai rumput, lalu yang masuk ke matanya adalah kerumunan orang di tengah lapangan.
Seekor Banteng Tanah yang terlihat sangat kurus sedang menarik seutas tali hitam legam, di ujung tali tersebut berkumpul enam peserta.
Ini terlihat seperti pertandingan tarik tambang yang adil, namun setelah diamati lebih seksama terasa tidak masuk akal.
Keenam pria itu dengan dua tangan mereka dipenuhi urat yang menonjol mencengkeram tali, tubuh mereka semua condong ke belakang. Setiap orang menggigit gigi mereka, mengerahkan tenaga seolah ingin membunuh. Mereka tampaknya memiliki pembagian tugas yang jelas; ada yang bertugas meneriakkan slogan, sementara yang lain bertugas mengikat tali di pinggang mereka.
Sementara Banteng Tanah yang kurus itu berdiri tegak, kedua tangannya menahan tali dengan mantap. Tali berwarna kelam itu tegang lurus di udara, namun sama sekali tidak bergerak.
Qi Xia berdiri di kejauhan mengamati game yang tidak imbang ini dalam diam. Sebuah pertanyaan segera muncul di hatinya.
Banteng Tanah terlihat masih memiliki cadangan tenaga. Sebenarnya bisa mengakhiri game ini seketika, tapi selalu menahan agar 「peserta」 tidak kalah. Hanya menarik tali tanpa mengerahkan seluruh kekuatan, seolah sedang mempermainkan mereka.
Apa maksudnya ini?
Di sisi lain, keenam peserta di kejauhan itu ekspresinya semakin menyiratkan kesakitan. Tangan yang menggenggam tali mulai memerah. Hingga seluruh tubuh mereka gemetar, Banteng Tanah menginjak 「」 dengan sekuat tenaga. Tali tiba-tiba mengencang, membuat semua 「peserta」 terjatuh tertelungkup di tanah.
Menyaksikan adegan ini, Qi Xia mengernyitkan alisnya halus. Game ini terlihat... tidak masuk akal.
Meskipun bentuk setiap game tingkat bumi tidak seragam, mereka pasti memiliki inti utama, yaitu 「pembunuhan」.
Permainan tarik tambang di depan mata ini bagaimanapun caranya tidak mungkin menyebabkan kematian 「peserta」, lalu apa tujuan Banteng Tanah mengadakan game ini?
Qi Xia teringat kembali bagaimana Banteng Tanah terus menahan tali dan menghabiskan tenaga semua 「peserta」, tiba-tiba tersadar: "Tidak beres... game belum berakhir."
Benar saja, saat semua 「peserta」 terjatuh terengah-engah di tanah, Banteng Tanah perlahan maju dan berkata: "Ronde pertama selesai. Sekarang kalian bisa memilih apakah akan melanjutkan ke ronde kedua."
Baru setelah mendengar suaranya, Qi Xia menyadari Banteng Tanah yang kurus di depannya adalah seorang wanita.
"Ronde... kedua?" Seorang pria besar terbaring di tanah menatap Banteng Tanah, "Ronde kedua apa?"
Banteng Tanah mengelus saku di dadanya, lalu mengeluarkan sebuah belati dan melemparkannya.
Belati meninggalkan telapak tangannya, berputar satu putaran di udara sebelum menancap ke tanah.
“Satu nyawa manusia ditukar dengan satu anggota tubuhku.” Banteng Tanah berkata, “Kalian bisa memilih rekan setim mana yang akan dikorbankan. Setiap satu orang yang dikontribusikan, aku akan mengurangi satu anggota tubuh. Maksimal empat orang. Jika kalian bisa menang tarik tambang dengan personel yang kurang, hadiah akan berlipat ganda untuk setiap korban. Atau kalian bisa memilih pergi sekarang, tapi harus sukarela.”
“Apa maksudnya 「mengurangi satu anggota tubuh」?” seorang pria kurus tinggi bertanya.
“Ini masih belum jelas?” Banteng Tanah menyembunyikan satu tangan di punggungnya, berkata ke semua orang, “Aku bisa hanya menggunakan satu tangan untuk menahan tali, atau tidak menggunakan kedua tangan sama sekali dengan mengikat tali di pinggangku. Bisa juga dengan satu kaki terangkat. Intinya anggota tubuh mana yang tidak kugunakan terserah pilihan kalian. Dengan penjelasan ini, mengertilah?”
Qi Xia kali ini sedikit mengangkat sudut mulutnya. Situasi sesuai perkiraannya, hanya saja belum memperhitungkan klausul 「hadiah berlipat ganda per korban」. Peserta berikutnya perlu membuat pertimbangan sulit.
Apakah akhirnya menyerahkan semua 「tiket」 dan pergi, atau perlu menanam modal lebih besar untuk mendapatkan keuntungan berlipat?
Mungkin di mana pun semua orang bisa menilai dengan 「akal sehat」—bahwa menukar nyawa dengan apapun adalah kerugian, tapi di 「Tanah Akhir」 malah tidak begitu.
“Aku menyarankan biarkan Kak Wang yang berkontribusi.” Seorang pria berkata, “Kak Wang sudah 「Gema」, kita bisa bagi 「Jalan」 untuknya nanti, kalau pergi sekarang terlalu merugi.”
“Apa……?” Seorang pria langsung membelalakkan mata, tampaknya dia adalah Kak Wang yang dimaksud, “Ini omongan macam apa? Bagaimana kalau aku mati tapi tetap tidak menang? Aku mati sia-sia!”
“Aku punya saran……!” Seorang pria gemuk berkacamata membuka mulut.
“Saran apa? Cepat bilang!” Pria yang dipanggil Kak Wang seperti melihat tali penyelamat, bertanya dengan panik.
Pria gemuk itu mendorong kacamatanya, dengan wajah serius berkata: "Manusia total cuma punya empat anggota tubuh, si 「shio」 bilang satu 「nyawa」 **dalang** bisa ditukar satu anggota tubuh! Asal kita mau berkorban empat 「nyawa」, itu pasti jadi perangkop menang."
