Qinglong menatap mata Qi Xia lama sekali, kemudian bergetar pelan:
“Seandainya aku tahu akan ada orang seperti kamu di「Tanah Akhir」, dulu seharusnya aku memilih kemampuan「membaca pikiran」. Bagaimanapun, aku sangat ingin tahu ucapan mana darimu yang benar-benar nyata.”
“Mungkin tidak terlalu berguna.”Qi Xia berkata,“「Tianlong」tidak bisa menembusku. Meski kamu「membaca pikiran」, tetap tidak akan mendapat keuntungan besar.”
“「Membaca pikiran」juga tidak bisa mengatasimu……? Bagaimana caramu melakukannya?” Qinglong bertanya.
“Sederhana.”Qi Xia menjawab,“Pertama harus bisa memikirkan banyak hal sekaligus. Saat「Tianlong」membaca informasi dalam jumlah besar, mereka tidak punya cara untuk mengurusnya. Otak akan berhenti bekerja sementara.”
“Meski begitu……dia sebenarnya bisa mencerna semua logikamu jika bisa menenangkan diri.” Qinglong berkata, “Bahkan jika kamu memikirkan seratus hal sekaligus, dia bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk memahami pemikiranmu.”
“Tapi aku punya pengaman kedua.” Qi Xia berkata, “Sejak menginjakkan kaki di tanah ini, aku mulai menebak penyebab dan kebenaran segalanya. Tapi ada kebiasaan burukku.”
“Apa……?”
“Aku tak pernah membuat kesimpulan pasti.” Qi Xia berkata, “Setiap jalan akan menuju ke banyak jawaban. Jadi aku selalu menghindari membuat keputusan final atas suatu hal, berusaha mempertahankan semua kemungkinan yang muncul di benakku. Ini membantuku membuat lebih banyak pilihan, sekaligus mengacaukan penilaian 「Tianlong」.”
“Tak pernah memastikan……” Qinglong bergumam pada diri sendiri, “Artinya meski 「Tianlong」 membaca pola pikirmu, yang terbaca hanya segudang pertanyaan dan jawaban tak pasti.”
“Benar……Makanya aku sangat berharap kau adalah 「membaca pikiran」.” Qi Xia berkata, “Bisa membantuku memikirkan masalah-masalah yang tak bisa kujawab.”
Qinglong setelah mendengar tidak merespons, hanya menatap Qi Xia lama sekali, kemudian berkata: 「Qi Xia, entah alasan apa yang kau berikan, sekarang kita sudah mengalami krisis kepercayaan.」
「Oh……?」 Qi Xia mengangguk bingung, 「Aku sudah bicara sampai segini…… Kau masih tidak percaya padaku?」
「Tidak tahu apakah kau masih ingat, kita berdua pernah melakukan banyak transaksi, tapi hanya kali ini situasinya berbeda.」 Qinglong berkata, 「Bagaimanapun, sekarang kau sudah memenuhi syarat untuk menjadi 「Naga」, meski kau bicara muluk-muluk aku tetap tidak bisa sepenuhnya mempercayaimu.」
「Sungguh disayangkan.」 Qi Xia berkata, 「Kerjasama paling tabu saling curiga.」
Qinglong mendengus dingin, lalu berbalik: 「Jika kau tidak ingin menjadi 「Naga」 justru lebih baik, transaksi dan rencana kita tetap sama, tapi sekarang aku harus menyiapkan pertahanan total untuk mengantisipasi pengkhianatanmu yang tiba-tiba.」
「Sangat menyesal mendengar kabar ini.」 Qi Xia berkata, 「Aku hanya bisa membuktikan diri dengan aksiku.」
Qinglong dengan wajah tidak senang mengibaskan lengan bajunya, kemudian menghilang tanpa jejak di atap gedung. Kilasan 「Bungkam」 yang mengepung dua orang itu pun lenyap.
Qi Xia menghela napas panjang setelah melihat Qinglong pergi, lalu membereskan perasaannya dan berjalan menuruni tangga.
Karena terlalu lama di atap gedung, Chen Junnan tampak agak khawatir. Dia sedang bersiap naik ke atas untuk memeriksa, kebetulan bertemu Qi Xia yang sedang turun.
"Lao Qi... Lama sekali di atap gedung, ngobrol lagi dengan hantu atau dewa-dewa ya?" Chen Junnan berdiri di tangga sambil menengadah bertanya.
"Hampir begitu." Qi Xia mengangguk.
"Laozi sarankan kamu lebih banyak main dengan manusia." Kata Chen Junnan. "Benda-benda itu tak punya kepastian."
Qi Xia tidak bicara, hanya menghela napas lalu berkata: "Orang yang ingin kutemui mana?"
“Hei!” Begitu topik ini disebut, Chen Junnan tiba-tiba bersemangat, “Lao Qi! Barusan aku juga mau nanya, kamu mau istri nggak? Jie itu keliatannya cocok banget sama kamu!”
Setelah mengucapkan kalimat ini, Chen Junnan terdiam sebentar selama satu detik. Ia merasa ucapan serupa pernah diucapkannya sebelumnya, tapi tak ingat kapan persisnya.
“Cocok……?” Qi Xia mengerutkan alis, “Jangan ngaco, di mana dia?”
“Oh! Ikut aku.”
Chen Junnan melambaikan tangan, membawa Qi Xia menuju lantai dua gedung sekolah, lalu berjalan ke ruangan di ujung koridor dan mendorong pintu.
Yan Zhi Chun yang mengenakan baju putih sedang berdiri di dalam, membelakangi mereka sambil menatap ke luar jendela.
Chen Junnan masih ingin bercanda, tapi saat menoleh ia melihat sorot mata Qi Xia yang sangat serius saat menatap Yan Zhi Chun. Menyadari tak boleh sembrono, ia memilih diam. Setelah Qi Xia masuk ke ruangan, ia menutup pintu dari luar.
Setelah mendengar ada suara di belakangku, Yan Zhi Chun menoleh dan saling pandang dengan Qi Xia.
Setelah menatap mata abu-abu keputihan seperti kambing itu selama beberapa 「detik」, ekspresi Yan Zhi Chun berubah.
Pertama-tama dia terlihat bingung beberapa detik, kemudian menunjukkan keheranan, akhirnya mengangguk seperti tersadar.
"Mata ini... benarkah ini kamu?" Yan Zhi Chun berkata, "Kakak Domba...?"
"Tepat." Qi Xia mengangguk, "Saat bertemu sebelumnya aku belum ingat siapa dirimu, tapi sekarang berbeda."
Yan Zhi Chun terdiam sejenak setelah mendengar, lalu menghela napas lega: "Apa-apaan ini... Aku benar-benar mengira kamu sudah mati."
"Aku tidak akan mati semudah itu." Qi Xia berkata, "Yan Zhi Chun, selama bertahun-tahun ini kamu telah melakukan dengan baik, saatnya untuk melangkah ke tahap akhir."
"Kamu... mana tahu kalau aku sudah melakukan dengan baik?"
“Karena nama 「Jidao」 terlalu terkenal.” Qi Xia tersenyum sinis, “Di 「Jidao」 ada seorang wanita bernama Xiao Xiao, dia meninggalkan kesan sangat mendalam padaku saat aku kehilangan ingatan. Dia menghabisi hidup-hidup Qiao Jiajin dan Tian Tian yang tak sadarkan diri di hadapanku, membuatku langsung membenci tempat ini dan juga 「Jidao」. Keputusasaan ini datang di saat yang tepat, ini juga hasil kerja keras pantang menyerahmu, aku sangat terharu.”
Yan Zhi Chun tersipu malu setelah mendengarnya: “Kakak Domba, pujianmu berlebihan. 「Keputusasaan」 ini intinya adalah sesuatu yang kau sampaikan ke dirimu sendiri setelah terpisah tujuh tahun, aku cuma perantara saja.”
Qi Xia mengangguk: “Selain itu, nama 「Jidao」 juga sangat kusukai, sangat cocok sebagai sebuah 「jarum」. Tapi ngomong-ngomong... apa kau punya 「jarum」-mu sendiri?”
“「Ada.」” Yan Zhi Chun berkata dengan serius, “Aku banyak belajar darimu, Kakak Domba. Baik「Kucing」maupun「Surga Firdaus」, selalu ada orangku di sana.”
“「Bagus.」” Qi Xia mengangguk, “Besok pagi aku akan ikut game「Naga Bumi」. Nanti kamu ikut denganku. Selain itu... suruh para pengikut itu mulai bergerak.”
“「Baik.」” Yan Zhi Chun mengangguk, “Malam ini akan katurunkan perintah.”
“Selama ini... kerja kerasmu sungguh luar biasa.” Qi Xia mengangguk dan berkata, “Biarkan revolusi dimulai.”
