Domba Putih menatapku dan Jiang Ruoxue cukup lama.
Sorot matanya perlahan berubah dari tanpa perlawanan, kembali menjadi dingin seperti es.
Sekitar satu menit kemudian dia sepertinya ingat siapa aku, lalu menoleh melihat Jiang Ruoxue, mengangguk patuh dan bergumam pelan: 「Syukurlah.」
Suara itu keluar samar dari dalam topeng, aku bahkan tidak yakin apakah salah dengar atau tidak.
Sebelum Jiang Ruoxue sempat bicara, Domba Putih kembali menatapnya dan bertanya: 「Apa yang kamu katakan tadi?」
「Aku...?」 Jiang Ruoxue berkedip perlahan, 「Aku bilang kukira kamu tidak masuk kerja.」
“Bekerja……” Domba Putih tertawa getir, “Mengatakan「bekerja」, terdengar terlalu menyedihkan. Aku bebas keluar masuk setiap hari di sini, tempat ini tidak berbeda dengan rumahku.”
“Oh?” Jiang Ruoxue mengangguk, “Kalau begitu aku ucapkan ulang, ternyata Domba Putih ada di rumah. Sudah lama memanggil tapi tak ada jawaban, kukira tidak ada di rumah.”
Aku benar-benar mengagumi Jiang Ruoxue.
Meski baru pertama kali bertemu dengan Domba Putih, dia bisa berbincang secara alami layaknya sahabat lama. Aku sendiri butuh berbulan-bulan hanya untuk bisa berbicara lebih dari beberapa kalimat dengan orang seperti Domba Putih.
“Menarik.” Domba Putih mengangguk, “Orang sepertimu yang memaksakan topik pembicaraan memang jarang terlihat.”
“Benarkah?” Jiang Ruoxue mengangkat bahu, “Orang sepertimu yang terus menerus melamun di tempat juga sangat langka lho.”
Domba Putih tampaknya tak berminat melanjutkan percakapan sesuai topik Jiang Ruoxue, hanya memutar kepala dan menatapku: “Ada keperluan? Mengapa mencariku di sore hari?”
“Aku...” Aku bingung bagaimana menjawab. Apakah harus kukatakan「Aku membawa Jiang Ruoxue untuk membantumu memahami kembali makna cinta」?
“Hei! Domba Putih!” Jiang Ruoxue langsung mengulurkan tangan dan menepuk bahu Domba Putih, “Aku datang untuk mengajarimu kemampuan!”
“Mengajariku kemampuan?” Domba Putih tertegun sejenak.
“Kenapa?” Jiang Ruoxue tersenyum, “Aku terlihat tidak bisa mengajarimu?”
“Tidak juga.” Domba Putih menjawab, “Hanya saja jarang ada orang yang berbicara seperti ini padaku, terdengar agak baru.”
“Aku tidak sama seperti Zhi Chun.” Jiang Ruoxue menyilangkan kedua tangannya di dada, “Selama ada satu hal yang lebih kuasai darimu, aku mau dengan rendah hati mengajarimu.”
“Tergantung apakah aku mau belajar dengan rendah hati.” Domba Putih berkata, “Kemampuan apa yang kau punya?”
Jiang Ruoxue tersenyum nakal, menatap Domba Putih dan bertanya: “Pernahkah kau pacaran?”
“Aku...” Domba Putih tertegun, “Apa hubungannya denganmu?”
“Sebelumnya Zhi Chun menjelaskan padamu tentang apa itu 「cinta」, aku khawatir penjelasannya terlalu sepihak, jadi ingin menambahkan beberapa kalimat lagi.”
Setelah terdiam selama beberapa 「detik」, Domba Putih berkata dengan sorot mata yang sangat dingin: “Sudah tidak perlu lagi.”
“Tidak perlu lagi……?” Raut wajah Jiang Ruoxue juga berubah suram, “Aku terlambat datang……?”
“Terlambat datang?” Sorot mata Domba Putih tidak lagi dingin, malah mengamati Jiang Ruoxue dari atas ke bawah seolah teringat sesuatu, “Tak kusadari kamu juga orang pintar.”
“Orang pintar sih tidak, aku cuma orang yang mengalir saja.” Jiang Ruoxue tersenyum, “Kamu yakin tidak butuh bantuan lagi? Konsep cinta yang dijelaskan Zhi Chun padamu mungkin terlalu sempurna... Benda seperti itu di dunia nyata tidak benar-benar ada...”
“Oh?”
Jiang Ruoxue terdiam sejenak, lalu melanjutkan: “Dua orang yang benar-benar menjalin hubungan, setelah sekian lama bersama tidak akan selalu harmonis. Kalian mungkin akan berselisih karena hal-hal sepele, misalnya siapa yang harus mencuci piring setelah makan, jam berapa harus tidur di malam hari, bahkan perbedaan pemahaman tentang siapa yang tidur di sisi kiri atau kanan. Kalian bahkan bisa bertengkar hebat karena hal-hal kecil ini lalu putus...
“Tidak penting.” Domba Putih memotong.
“Apa?”
“Aku bilang tidak penting.” Domba Putih mengulangi, “Kamu bisa mengingat hal-hal buruk ini semata karena 「Efek Puncak-Akhir」yang sedang bekerja.”
“「Efek Puncak-Akhir」……?” Jiang Ruoxue menoleh melihatku.
Aku buru-buru menjelaskan: “Ini berarti orang biasanya hanya mengingat kondisi emosi puncak dan kondisi emosi akhir dari suatu peristiwa. Jika dua kondisi ini sama-sama menyenangkan, orang akan mengira seluruh proses ini menyenangkan.”
“Teori ini tidak bisa kupahami.” Jiang Ruoxue membuka mulut, “Berikan contoh.”
“Banyak toko menggunakan prinsip ini.” Aku menjelaskan, “Misalnya saat kamu membeli baju, pramuniaga akan refleks memujimu「postur tubuh bagus」、「kulit putih bersih」, lalu memberi tahu diskon saat pembayaran. Dengan begitu awal dan akhir yang menyenangkan membuatmu merasa seluruh proses belanja menyenangkan. Kamu juga akan refleks melupakan「toko ramai」、「jarak tempuh jauh」、「kualitas baju biasa saja」、「ada ujung benang di baju」, bahkan mau bilang ke orang lain「ini toko yang bagus」. Inilah manifestasi aktual「Efek Puncak-Akhir」.”
“Untung ada terjemahannya.” Jiang Ruoxue melirik ke Domba Putih, “Aku paham「Efek Puncak-Akhir」, tapi apa hubungannya dengan ingatanku?”
“Bila tebakanku tidak salah……” Domba Putih membuka mulut, “Kamu ingat adegan pertengkaran ini karena putus dengannya.”
“Apa……” Jiang Ruoxue terhenti sejenak.
“Karena 「puncak」 dan 「akhir」 sama-sama tidak membahagiakan.” Domba Putih berkata, “Makanya kamu baru menganggap bahwa 「cinta itu tidak sempurna」.”
“Ah……” Jiang Ruoxue menggelengkan kepala dengan pasrah setelah mendengar, “Aku cuma tahu kalau suka ya bersama, lelah ya berbalik pergi. Ngobrol dengan kalian orang pintar kayak gini beneran melelahkan……”
“Tidak melelahkan, aku bisa meniru 「cinta」 menggunakan teori dan pengetahuan. Meski tidak paham cinta, tapi aku bisa memanfaatkan 「Efek Puncak-Akhir」 untuk mensimulasikan cinta yang sebenarnya. Selama hubungan ini tidak putus, aku akan selalu mengingat kenangan positif, dan selamanya menganggap pasangan itu sempurna.”
Jiang Ruoxue benar-benar kehabisan kata setelah mendengar penjelasan itu.
Setelah mendengar percakapan Domba Putih dan Jiang Ruoxue, aku pun bisa menebak kira-kira apa yang ingin dilakukan Domba Putih.
Hanya saja kesimpulan ini terlalu kacau, sulit bagiku untuk mempercayainya.
Apakah Domba Putih akan menciptakan sebuah perasaan kacau, tak bernoda, dan sempurna di dunia batinnya sendiri?
“Domba Putih……” Jiang Ruoxue menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan, “Mungkin kau tidak tahu, tempat kelahiranku sangat jauh. Tidak mudah bagiku untuk menemuimu. Apa kau yakin tidak ada hal yang perlu kubantu?”
“Mengapa kau begitu bersikeras ingin membantuku?” tanya Domba Putih.
“Ini adalah「Sebab-Akibat」ku.” Jawab Jiang Ruoxue, “Karena aku sangat menghargai Zhi Chun, dan dia menghargaimu, maka「Sebab-Akibat」nya menjadi「Sebab-Akibat」ku.”
“Menarik.” Domba Putih mengangguk, “Kalau begitu, memang ada satu hal yang kuperlukan bantuanmu.”
“Oh?” Jiang Ruoxue mengangkat alisnya, “Coba jelaskan.”
Domba Putih perlahan mendekat selangkah ke arah Jiang Ruoxue, sepertinya ingin berbisik padanya.
Melihat hal ini, Jiang Ruoxue mengulurkan tangan menghentikan langkah Domba Putih, lalu bertanya dengan wajah kesal: “Ada hal apa yang tidak boleh didengar Zhi Chun?”
Domba Putih melirik ke arahku, lalu menggelengkan kepala: “Aku bukan takut Yan Zhi Chun mendengar, tapi takut pada『yang lain』.”
