Aku dan Ruoxue diam-diam memandang api unggun di depan mata, menunggu matahari terbenam ke bumi.
Kami persis seperti dulu, seolah tak ada perubahan sedikit pun.
“Zhi Chun…” Jiang Ruoxue perlahan mengangkat kepala memandangku.
“Ada apa?”
“Masih ingat gadis yang cantiknya gemuruh menggetarkan langit-bumi yang pernah kubicarakan?” tanyanya.
“Ingat.” Aku mengangguk.
“Dia sekarang juga berada di 「Surga Firdaus」.” Jiang Ruoxue mengambil sebatang besi, mengaduk api unggun, “Aku ingin bergabung dengan 「Surga Firdaus」.”
Setelah mendengar ini, aku terdiam sejenak, lalu mulai merasa tegang.
Aku tidak mengerti apa maksud kalimat ini.
Apakah 「mundur」?
Aku buru-buru menundukkan kepala, mengambil sebatang kayu dari tanah, meniru gayanya mengaduk cahaya lilin, berusaha menekan emosiku sekuat mungkin.
Udara di sekitar sangat hening, hanya terdengar suara 「pli-plak」 dari api unggun.
Ruoxue... mau mundur?
“「Kamu bagaimana pendapatmu?」” Jiang Ruoxue bertanya lagi.
Tangan aku tertahan di udara selama setengah detik, lalu memaksakan senyum tipis: "Ruoxue... Kamu sendiri juga pernah bilang, maksudmu bukan mendirikan 「Jidao」, tapi membantuku. Sekarang 「Jidao」 sudah berjalan lancar, Kakak Domba juga maju sesuai rencananya. Segalanya sepertinya mulai membaik... Jadi kalau sekarang kamu ingin 「mundur」 juga tidak apa-apa. Lagipula 「Surga Firdaus」 memang cukup bagus, di sana ada 「kebaikan」 yang besar. Dan kamu juga bilang sangat menyukai gadis itu, j-jadi..."
"Apa-apaan ini...?"
Jiang Ruoxue berkedip perlahan, wajahnya penuh kebingungan memandangku.
"Hah...?"
"Membaik bagaimana? 「Mundur」 bagaimana? Masih ngomong soal 「kebaikan」 besar... Apa kamu makan upil orang ya...?"
"A-Apa?" Aku juga mulai tidak paham, "Ngapain aku makan upil orang?! Bukannya tadi kamu mau bergabung ke 「Surga Firdaus」...? Lalu kenapa sekarang bicara soal 「mundur」?"
“Sakit jiwa.” Jiang Ruoxue mengerutkan mulut dengan pasrah, “Aku bergabung dengan 「Surga Firdaus」 bertentangan dengan statusku sebagai 「Dao」? Peraturan mana yang melarangku tetap di 「Jidao」 setelah masuk 「Surga Firdaus」? Apa aku tidak boleh main-main saja? Nak fobia sosial ini kok mikirnya aneh-aneh terus.”
“Kapan aku bilang begitu?! Aku...!”
“Kamu apa kamu? Mau mengeluarkanku dari organisasi?”
“Ngapain aku mengeluarkanmu?!”
Ya Langit, aku benar-benar ingin Jiang Ruoxue 「mati」 kesel, dia pasti sengaja!
“Pokoknya kamu sudah makan tai hidung.” Jiang Ruoxue tersenyum nakal, “Di kampungku ada mitos, makan tai hidung akan menciptakan kebodohan.”
“Aku ingin sekali memukulmu...” Raut wajahku menunjukkan kekesalan.
“Salah, salah.”
Jiang Ruoxue tersenyum 「Hehe」, lalu ekspresinya perlahan menjadi serius.
“Sejujurnya, Zhi Chun, gadis itu sama seperti aku dan Tante Tong.”
Melihat keseriusannya, aku pun tidak bisa bercanda lagi: “Sama... maksudmu...?”
“「Gema」-nya.” Jiang Ruoxue menatap api unggun itu, “Menurut pengamatan saya, di「Tanah Akhir」hanya sedikit「Gema」yang bisa mengubah nasib atau keadaan seseorang. Gadis itu kebetulan salah satunya.”
“Dia?”
“「Kemujuran Kuat」.” Jiang Ruoxue berkata, “Kemampuan yang langsung kuketahui kekuatannya meski hanya sekali dengar. Baik aku maupun Tante Tong, kemampuan kami memiliki「kelemahan」yang jelas. Bagaimanapun,「penyebab」belum tentu mengarah ke「akibat」yang paling diinginkan, karma juga tak selalu memberi berkah. Tapi「Kemujuran Kuat」berbeda, itu akan membuat tuannya tak terkalahkan.”
Aku tahu Jiang Ruoxue tidak salah. Sebenarnya bukan hanya「Gema」mereka yang punya kelemahan, milikku juga sama.
Untuk mengontrol lawan, aku harus meniru gerakan persis mereka. Meski kemampuan ini membuatku tak terjerumus dalam bahaya, tapi bukan berarti benar-benar aman.
Apalagi jika ingin mengontrol seseorang, aku harus memastikan mereka mendengar suaraku.
Bagaimana jika lawanku seorang tuli?
“Jadi tujuanmu bergabung dengan 「Surga Firdaus」 adalah untuk mengajak dia bergabung?” Aku bertanya lagi.
“Benar.” Jiang Ruoxue mengangguk, “Aku ingin gadis itu masuk ke 「Jidao」. Tapi situasinya sebenarnya tidak optimis, karena konsep 「Jidao」 benar-benar bertolak belakang dengan 「Surga Firdaus」. Kami akan sebisa mungkin melindungi 「shio」, tapi 「Surga Firdaus」 akan mempertaruhkan segalanya untuk membuat 「shio」「mati」. Harus diakui Chu Tianqiu lebih cerdas dari Nie Bei. Dia terus mengirim orang untuk mengumpulkan game 「level dalang」. Ketika merasa momentumnya sudah matang, dia akan menulis metode pertaruhan nyawa terperinci untuk peserta di organisasinya, lalu mengerahkan tim kecil untuk membuat 「shio」「mati」. Setelah berhasil membuat 「shio」「mati」, Chu Tianqiu akan menyuruh orangnya mengambil topeng 「shio」 tersebut, memastikan tidak ada orang lain yang bisa menjadi 「shio」.”
“Mengumpulkan ... Jadi begitu.” Kataku, “Tapi bagaimana dengan game 「Bumi」? Game level ini bahkan saat mengumpulkan saja akan menimbulkan banyak 「korban jiwa」, apalagi melakukan pertaruhan nyawa.”
“Dia seharusnya sudah memikirkannya sejak lama.” Jiang Ruoxue membuka mulut, “Sepengetahuanku,「Surga Firdaus」sampai saat ini belum pernah menargetkan「shio tingkat bumi」, target mereka hanyalah「shio level dalang」.”
Tidak pernah menargetkan「shio tingkat bumi」……？
Lalu bagaimana Domba bisa mati di sini?
Hampir saja hatiku kembali kacau……「Apakah」Domba bukan dibunuh oleh「Surga Firdaus」, melainkan ada pelaku lain……？
Atau seperti yang kutebak……sebenarnya tidak ada orang bernama Domba di dunia ini？
Tapi harus diakui……dari perspektif makro……pria bernama Chu Tianqiu itu memang melakukan pekerjaan dengan baik.
Jalan yang dipilihnya ini bagi orang asing terlihat penuh celah dan sama sekali tidak berguna, tetapi selama seseorang memahami「Tanah Akhir」, akan ditemukan bahwa jalan ini sangat masuk akal.
Asumsikan situasi paling ideal……lima kota seluruhnya menerapkan metode Chu Tianqiu, hanya menargetkan「shio level dalang」, dengan stabil dan bersatu membunuh semua「shio level dalang」lalu menyita topeng……
Secara teori di sini tidak akan pernah muncul lagi「shio level dalang」yang baru, sementara「peserta」lainnya juga akan takut menjadi target massal, sehingga menolak mengenakan「topeng」.
Tanpa adanya「level dalang」, membuktikan bahwa pengiriman personel di「Ruangan Wawancara」dan「Bumi」akan bermasalah.
「Shio」akan benar-benar mulai berkurang jumlahnya.
Pada titik ini, para pemimpin bisa mengorganisir pejuang-pejuang sejati, mengarahkan tombak ke「Bumi」- membunuh satu orang berarti mengurangi satu musuh.
Chu Tianqiu bukan mencari yang lemah dengan mengincar「level dalang」, melainkan memotong pasokan pasukan musuh dari dasar. Jika tidak, dia tak perlu menyita topeng-topeng itu.
Sayangnya kekuatan seorang dirinya terlalu kecil.
Dia mungkin juga berharap ada orang di kota lain yang membuat keputusan sama dengannya, tapi dia tak tahu ini satu-satunya kota sehat yang tersisa.
Metodenya sempurna, tapi salah waktu dan salah tempat.
"Sayang sekali……" Aku menghela nafas, "Konon zaman melahirkan pahlawan, tapi pahlawan ini justru kalah oleh zaman."
