Benar, aku tahu aku sangat mengecewakan Domba Putih… Tapi aku benar-benar tidak punya cara.
“Apakah dia mengancammu?” Domba Putih bertanya.
“Ya… Dia tidak hanya ingin mengancamku, tapi juga berusaha menarikku untuk bergabung, tapi aku menolak.” Aku menghela nafas, “Hanya untuk menyelamatkan diri, aku terpaksa menyerahkan peta padanya… Jika tidak, aku bahkan tidak punya kesempatan datang ke sini dan berbicara denganmu, aku akan menjadi 「Penduduk asli」.”
“Seberapa takut mati kamu?” Domba Putih bertanya lagi, “Bagaimana bisa hidup matimu seorang diri disejajarkan dengan semua orang?”
Aku seperti anak yang melakukan kesalahan, menundukkan kepala dalam-dalam di hadapan Domba Putih.
“Yan Zhi Chun, apakah rencanaku juga kamu bocorkan?” Domba Putih kembali bertanya dengan keras.
“Aku…” Aku baru ingin bilang tidak, tapi tiba-tiba merasa ada yang tidak beres.
Tunggu sebentar…… Rencana?
Suara Domba Putih tiba-tiba berputar-putar di otakku: 「Yan Zhi Chun, setelah hari ini, semua rencana tidak akan kusebutkan lagi, biarkan mereka menjadi rahasia di hatimu.」
Mengapa sekarang dia tiba-tiba sengaja menyebutkan 「rencana」……? Apakah karena aku membuat kesalahan dalam hal ini?
Aku mengangkat kepala memandang Domba Putih, sama seperti bayanganku, meski suaranya sangat keras, tapi sama sekali tidak terlihat ekspresi.
Bagaimana mungkin Domba Putih tidak memikirkannya?
Dia sengaja memanggil 「Bungkam」 untuk menyembunyikan informasi ini, membuktikan bahwa dia tahu ada penyadapan di atas. Bagi orang yang lama berada di lingkungan tersadap, memutus penyadapan tiba-tiba pasti akan menarik perhatian.
Kakak Domba pernah bilang, begitu rahasia ini dibocorkan sampai orang ketiga tahu, semua rencana mungkin mengalami kekalahan total. Sayang Qinglong bukan manusia, bahkan dirinya sendiri tidak menganggap diri sebagai manusia.
Jadi yang tahu rencana ini bukan manusia, rencananya belum gagal!
Atau mungkin……semuanya adalah rencana?
“Langit, aku agak tegang……Aku sepertinya mulai mengikuti logikamu, Domba Putih.”
Kini Qinglong menampakkan diri, tapi Domba Putih sengaja menyampaikan rencananya sendiri. Ini bertentangan dengan pesannya sebelumnya dalam 「Bungkam」.
Jika begitu, haruskah aku mempercayai kata-kata dalam 「Bungkam」, atau ucapan di bawah penyadapan?
Jawabannya sudah jelas.
Selanjutnya aku akan 「」, dengan tindakan nyata akan kubuktikan pada Domba Putih bahwa pilihannya selalu benar.
Aku layak mendapatkan 「kecerdasan turun dari langit」 ini.
“Kakak Domba……kau harus percaya padaku……Aku benar-benar tidak mengatakan apa-apa……” Aku mulai membela diri, “Kesetiaanku padamu sebesar ini, masakah kau tidak melihatnya? Bagaimana mungkin aku membocorkan rencanamu……?”
Mendengar ucapanku, sudut mulut Domba Putih sedikit terangkat tak kasatmata.
Aku tahu tebakanku tepat.
Dia perlahan bangkit berdiri, pergi ke bar di kantor menuangkan segelas air, lalu berbalik menyerahkannya ke tanganku, kemudian menepuk bahuku menyuruhku duduk, lalu berkata: “Pergilah, Yan Zhi Chun, kamu sudah tidak berguna.”
Mendengar kalimat itu, hati yang menggantungku akhirnya tenang.
Aku duduk di kursi meneguk air sepuasnya, mencoba menenangkan kepanikan di hati.
Ternyata Kakak Domba tahu segalanya…… Bagus sekali……
“Kakak, meski tak punya jasa setidaknya ada pengorbanan?” Aku menarik napas dalam lalu melanjutkan, “Qinglong bilang kau selalu mempermainkan kehidupanku, sekarang kau mau membuangku, sungguh hati yang kejam…… Bagaimana mungkin aku mengikuti orang sepertimu?!”
Kuletakkan gelas kosong di meja, Domba Putih mengisinya separuh lagi, lalu dia menunjuk ke arah sekantong kacang tanah yang sudah termakan separuh sambil memberi isyarat padaku. Aku menggelengkan tangan menolak.
“Aku mengacaukan hidupmu?” Domba Putih mendengus, “Kecerdasanmu semua berkat aku, meski aku mengacaukan hidupmu lalu kenapa?”
“Tapi ini tidak benar!” Aku membuka mulut, “Qinglong juga punya kemampuan kuat, tapi dia tak pernah berpikir untuk mempermainkanku seperti ini!”
Kalimat ini sepertinya terlalu terburu-buru, agak ingin batuk.
“Mengada-ada!” Domba Putih sendiri mengambil beberapa butir kacang tanah lalu berkata, “Yan Zhi Chun, melihat kau sudah mempertaruhkan nyawa untukku selama ini, aku tinggalkanmu seutas nyawa. Jika kau tidak segera pergi, aku pasti akan bertaruh nyawa denganmu. Game-ku kau tidak akan menang, nanti jasadmu pun tidak utuh.”
Langit, beberapa butir kacang tanah Domba Putih itu jelas sudah berjamur... Bagaimana dia bisa menelannya?
“Taruhan nyawa... Kakak Domba, kau benar-benar bersiap memperlakukanku seperti ini?” Aku berkata, “Ini jelas strategi Qinglong untuk mengadu domba... Kau seharusnya bisa menyadarinya!”
“Provokasi?” Domba Putih mengulurkan tangan menepuk meja, membuat serpihan kacang beterbangan, lalu berteriak tanpa ekspresi, “Kalau kau tidak setuju bekerja untuk Qinglong... apa sekarang masih bisa kembali ke sini? Maukah dia melepaskanmu?”
Kakak Domba, kau benar-benar jangan makan kacang itu lagi, sudah berjamur...
“Kak... kalau kau sungguh tidak percaya padaku... maka hidupku memang sudah tak punya motivasi lagi.” Aku meneguk air lagi, “Apakah kau tak takut aku akan menggoyang semua rencanamu?”
Qinglong ingin melihat serangga saling mengoyak, maka kita akan tampilkan pertunjukan untuknya.
Ketika suatu hari kau berjongkok mengamati semut berebut makanan, tiba-tiba menyadari dua semut yang pura-pura bertarung ini... semua mata tunggal dan majemuk di kepala mereka menatapmu... apa yang harus kau lakukan?
“Kau...” Domba Putih menatapku dengan pandangan kagum, “Yan Zhi Chun, ini ancaman darimu?”
“Tepat.” Aku mengangguk, “Aku harus memperjuangkan kesempatan untuk bertahan hidup. Jika aku bisa selamat di hadapan Qinglong, pasti juga bisa di hadapanmu.”
“Berani sekali.” Domba Putih berkata, “Kau memang menyelamatkan seutas nyawamu sendiri, tapi aku tak akan lagi benar-benar mempercayaimu.”
“Tak apa, aku juga tak bisa sepenuhnya memercayaimu.” Kataku, “Kau membuat kehidupanku berantakan... Inilah konsekuensi yang pantas kau dapatkan. Aku akan menjalankan rencana di peta untuk diriku sendiri, nanti kita berpisah jalan.”
Setelah selesai bicara, aku bangkit berdiri lalu mengangkat alis ke arah Domba Putih. Aku tak tahu apakah percakapan ini harus diakhiri sekarang.
Domba Putih mengelus dagu sambil berpikir sejenak, lalu mengangguk padaku.
“Kalau begitu begini saja.” Domba Putih membuka mulut, “Untuk sementara kita terikat oleh kepentingan bersama, tapi aku akan「membunuh」mu.”
“Aku juga akan「mengkhianati」mu.”
Domba Putih mengangkat bahu setelah mendengar, memberi isyarat anggukan lagi. Aku pun mengangguk dan mundur dari ruangan Domba Putih.
Kali ini aku benar-benar rileks, bersandar di dinding lalu perlahan duduk, terasa kakiku lemas……
Aku benar-benar bisa bertahan di antara Domba Putih dan Qinglong… Untungnya aku masih bisa mengikuti.
Entah masih ada orang seperti aku di「Tanah Akhir」ini, yang dalam satu hari sekaligus bermain langkah strategis dengan dua monster.
Tapi di sisi lain, tugas yang Domba Putih berikan padaku memang yang paling ringan di antara semua orang.
Dia sendiri harus berhadapan dengan Qinglong, sementara「peta」kali ini juga dimaksudkan untuk diserahkan ke Qinglong melalui tanganku.
Pemanggilan「Bungkam」olehnya punya dua arti: pertama, Domba Putih benar-benar akan memberitahukan rencana padaku untuk kuhafal dan mulai persiapan perlahan; kedua untuk memancing Qinglong keluar.
Domba Putih tahu aku pasti tidak mungkin membocorkan rencana, jadi satu-satunya cara adalah memberikan peta ke pihak lawan.
Tapi apa arti pengiriman peta ke Qinglong oleh Domba Putih?
