Peta ini sudah saya lihat sekali dan sepenuhnya diingat, jadi benda bernama「peta」tidak penting, informasi di atasnya yang krusial.
Tunggu……Di「Tanah Akhir」, bagaimana cara mempertahankan peta secara utuh dan aman?
Jika peta saya bawa, meski tidak bertemu Qinglong, akan tertinggal di tanah saat musnah berikutnya.
Dengan begini keberadaan peta jadi tak jelas, apalagi siapa yang akan menggenggamnya.
Kalau ingin menyimpannya dengan aman……mending serahkan ke Qinglong. Tapi memberikannya langsung pasti membuatnya curiga, makanya Domba Putih merancang tipuan ini.
Tapi untuk siapa peta ini dipertahankan? Secara teori hanya orang yang kehilangan ingatan yang membutuhkannya.
Apakah……?
Domba Putih berkali-kali menyatakan dirinya mungkin suatu hari kehilangan ingatan……Jangan-jangan dia ingin memanfaatkan tangan Qinglong untuk memindahkan peta ini ke dirinya sendiri……?
Saya berjalan keluar dari area permainan Domba Putih sambil mengucurkan keringat dingin.
Saya masih ingat pernah bilang ke Jiang Ruoxue……Logika Domba Putih melampaui kita berkali-kali lipat.
Saat dia memberikan peta ini kepadaku, dia sudah memprediksi reaksi apa yang akan ditunjukkan Qinglong selanjutnya, bahkan juga memperkirakan respons apa yang akan kukeluarkan.
Dia bahkan mengantisipasi kemungkinan bahwa aku akan bermain sandiwara untuk membuat Qinglong merasa tenang saat menemukan semua ini.
Jalur yang kuretas dengan mengerahkan segala akal menerobos kabut tebal ini, ternyata sudah ditandai Domba Putih dengan patokan jalan lengkap di sepanjang rute.
Aku tak bisa berlama-lama lagi. Domba Putih sudah melaju kencang di jalan ini, sementara aku masih meraba-raba.
Aku tahu aku perlu segera menjadi kuat.
Kucari sebuah gedung terbengkalai, mengukir replika peta Domba Putih di dinding tersembunyi dengan garis-garis abstrak yang menyerupai retakan alami dinding. Setelah memastikan hanya diriku yang bisa memahaminya, kutambahkan delapan simbol binatang menggunakan bahasa Inggris kuno yang hanya segelintir orang mengerti.
Bagaimanapun, aku tak yakin berapa tahun rencana Domba Putih ini akan berlangsung. Meski kuhafalkan semua posisi ini, tetap sulit menjamin apakah ingatanku akan bertahan selama itu.
Kemudian aku mulai hari-hari mengembara di kota, pagi hari ikut game level 「Bumi」 untuk diam-diam membantai 「peserta」, sore hari melanjutkan perekrutan anggota 「Jidao」.
Karena tak perlu rutin melapor ke area permainan Domba Putih, aku pun punya lebih banyak waktu untuk mencari Jiang Ruoxue.
Ternyata dia sudah bergabung dengan 「Surga Firdaus」 dan dekat dengan Yun Yao. Aku tidak membocorkan rencana Domba Putih, hanya memberitahu Jiang Ruoxue bahwa 「Jidao」 tak bisa terus-menerus berantakan seperti ini.
Aku butuh metode, cara yang bisa mengumpulkan semua anggota 「Jidao」 dalam sedetik pun.
Biasanya anggota 「Jidao」 boleh tersebar, meski sekarang mereka aman, tapi sama sekali tak ada cara memanggil berkumpul. Jika begini terus, mustahil menjalankan tugas terakhir yang diamanatkan Domba Putih.
Meski Jiang Ruoxue tak bertanya alasannya, dia setuju mencari solusi. Katanya ini tak sulit, butuh kerja sama dia dan Akhir Pekan. 「Sebab-Akibat」 ditambah 「penyampaian suara」, seharusnya bisa membuat mereka mendengar suara magis turun dari langit.
Mereka mengatakan perlu waktu untuk mempersiapkan rencana ini. Setelah momentum matang, mereka akan mencari setiap 「Dao」 untuk memberikan 「Gema」.
Selama itu aku juga mencari Domba Putih. Dia masih berdiri tegak di depan pintu area permainan. Yang membuatnya sakit kepala adalah 「Bank Surgawi」 kembali ramai. Awalnya dia ingin mengurangi panasnya game, tapi tak bisa menghentikan keserahan para Peserta yang Kesepian.
Domba Putih berkata dia sudah sangat tidak ingin menghasilkan 「Dao」, tapi jumlah 「Dao」 masih melonjak setiap hari.
Saat berbicara dengan Domba Putih, aku juga berusaha mengikuti dialog provokatif. Jika Qinglong mengira kita mulai terpecah, biarkan Perpecahan itu sampai ke dasar.
Hari-hari seperti ini berlangsung cukup lama... Sampai dua tahun lalu, aku kembali linglung.
Kali ini linglungku terasa ada sesuatu yang tidak beres……Aku tiba di tempat asing, setelah berputar-putar di jalanan selama kira-kira satu dua hari, barulah kusadari diriku berada di pinggiran kota 「Dao」. Aku tak tahu mengapa sampai di sini, tapi tetap berusaha menemukan jalan raya yang kukenal dan segera bergerak menuju area permainan Domba Putih.
Kucurigai waktuku mulai kacau lagi……Aku harus segera tahu sekarang tahun dan hari apa……
Tapi sepanjang jalan hanya kulihat mayat bertebaran, bau darah di udara sangat pekat……Biasanya saja 「Tanah Akhir」sudah mirip neraka, hari ini semakin parah.
Ada apa ini?
Mengapa di jalan tak terlihat satu pun makhluk bernyawa……?
Sebelumnya aku juga sering linglung……Tapi kali ini situasinya benar-benar spesial.
Setelah berjalan hampir lima enam jam, akhirnya kujumpai Domba Putih.
Area permainannya berbeda dari biasanya, dalamnya dipenuhi 「peserta」yang sudah 「mati」, sementara Domba Putih masih asyik membaca buku di ruangan.
“Kakak Domba……?” Kudorong 「pintu」, memanggil dengan hati-hati.
Domba Putih tertegun, menatapku lama, lalu juga tampak bingung: "Kenapa kamu sekarang sudah……"
"Ada apa yang terjadi……?" Aku bertanya dengan suara berat, "Kenapa jalanan berubah jadi seperti ini……? 「Peserta」 di sini kenapa semuanya……"
Belum selesai bicara, tiba-tiba aku tertegun.
Sebelumnya aku tidak memperhatikan…… Sekarang sepertinya ada yang aneh.
Di tengah kantor Domba Putih terdapat mayat yang sedang berjongkok.
Wajah mayat itu menghadap ke bawah sehingga tidak jelas…… Tapi dia mengenakan「gaun putih」.
Gaun putih ini agak familiar…… Tunggu, ini?
"Ka、Kakak Domba……" Suaraku gemetar, "Apa ini……?"
Domba Putih tidak melihat mayat di depannya, malah menatap mataku: "Di sini tidak ada apa-apa, kamu salah lihat."
"Apa……" Aku berkedip, merasa tidak mungkin salah lihat, ini mayatku sendiri……
Aku maju dan membalikkan mayat itu. Benar-benar ada wajah yang sama persis denganku.
Aku kembali melihat ke arah jarinya, di sana juga ada tato yang persis sama dengan milikku.
Di tengah dahinya terdapat luka yang jelas, seolah ditembus oleh sesuatu...
Domba Putih tampak agak panik, dia bangkit dari tempat duduknya, menarik lenganku ke arah pintu sambil berkata: 「Yan Zhi Chun, di sini tidak ada apa-apa, kau salah lihat.」
Aku tidak mengerti apa sebenarnya yang direncanakan Domba Putih... Apakah dia baru saja membunuhku?
Tidak, tetap saja tidak masuk akal... Kalau dia membunuhku, lalu apa sebenarnya diriku yang sekarang ini?
「Ka-Kakak Domba... Tidak bisakah hal ini ditanyakan?」 Gumamku pelan, 「Meski aku tahu kau punya pengaturanmu sendiri... Tapi bagiku ini benar-benar... Sulit diterima...」
「Kau akan selamanya aman.」 Kata Domba Putih, 「Hanya saja sepertinya ada kesalahan kecil... Kau malah muncul sebelum proses kemusnahan.」
「Sebelum kemusnahan...?」
「Yan Zhi Chun, carilah tempat untuk menunggu ajal.」 Domba Putih melanjutkan, 「Ini semua hanya mimpi buruk, akan baik-baik saja setelah bangun.」
