"Hancurkan...?" Setelah mendengar, aku tersenyum pahit. Tujuan 「Jidao」 selalu melindungi di sini, tapi dia malah ingin menghancurkannya.
“Sungguh tak berdaya……” Jiang Ruoxue menatapku dengan kedua matanya merah darah, “Sebelum pergi, aku sudah bilang akan melihat situasi di sana dulu. Jika aku menyukai「menabur」dan「bunga」itu, akan kubawa mereka pergi. Jika tidak suka, biarkan mereka tenggelam di sana.”
“Benar……” Aku mengangguk, “Bukankah ini sudah ada rencana yang jelas?”
“Tapi aku benar-benar tak berdaya.” Jiang Ruoxue membuka mulut, “Aku sangat menyukai「bunga」dan「menabur」, tapi tak bisa membawa mereka. Kekuatanku sendiri terlalu kecil. Semua yang bisa kulakukan sudah kulakukan…… Tapi tetap sia-sia. Tempat itu seperti neraka dunia yang sebenarnya.”
Jiang Ruoxue menjelaskan secara detail padaku tentang peristiwa di「Kota Giok」.
Bagi kota yang sudah sepenuhnya sakit, baik kekerasan fisik maupun kecerdasan sama sekali tidak berguna. Setelah berdiskusi lama dengan pemimpin「Kota Giok」Li Siwei, akhirnya mereka membuat rencana: Jika ingin membuat suatu penyakit terlihat menghilang, satu-satunya cara adalah membuat kota ini terjangkit penyakit yang lebih parah.
Jadi mereka membangun seorang 「Dewi」 dengan tangan mereka sendiri, entitas yang melampaui semua pemimpin sebelumnya di 「Kota Giok」. Dia memiliki aura mitologis, kemampuan supernatural, serta nilai spiritual yang indah yang mampu menenangkan hati semua orang.
Tapi ini adalah jalan yang pasti menuju kehancuran. Bagaimanapun, sang 「Dewi」 tidak punya cara untuk memimpin siapa pun kabur. Semua atribut yang dilekatkan padanya adalah palsu. Ketika orang lain menyadari sang 「Dewi」 hanyalah orang biasa, mereka akan menjatuhkannya dari altar dengan cara paling kejam.
Karena itu ini hanya rencana permukaan. Inti strateginya adalah menyelamatkan 「Benih」.
Untuk rencana ini, sang 「Dewi」 akan memimpin ribuan orang 「mati」.
"Aku benar-benar menyaksikan perpisahan itu..." kata Jiang Ruoxue dengan mata memerah, "「Bunga」 dan 「Benih」 kepercayaannya berhamburan di tanah, hanya bisa bergerak maju dengan cahaya redup. Mereka takkan bertemu selamanya, tapi mengapa orang baik harus menderita sebegitu banyak?"
“Ruoxue……” Aku perlahan meletakkan tangan di bahunya, tapi tak tahu harus bagaimana menasihatinya.
Sejak dia meninggalkan「Surga Firdaus」, suasana hatinya terus memburuk. Baru beberapa hari pulih, malah menyaksikan tragedi di「Kota Giok」. Aku sungguh khawatir dengan kondisi mentalnya.
“Lihatlah betapa leluasanya orang jahat di sini……” Suara Jiang Ruoxue gemetar, “Mereka tak perlu repot seperti kita mengurus segalanya, cukup hidup demi kepentingan sendiri...”
“「Ya」.” Aku mengangguk, “Semakin egois seseorang, semakin mudah hidupnya di tempat ini. Tapi ini tidak benar. Andaikan di「Tanah Akhir」ini tak ada orang egois, semua bersatu padu, kita pasti sudah kabur sejak hari pertama terciptanya tempat ini.”
“Tapi itu mustahil……” Jiang Ruoxue membuka mulut, “Selalu ada orang jahat, egois, pengecut, dan pemalas di sini. Ironisnya justru di neraka ini mereka bisa hidup enak, sementara yang berpegang pada prinsip malah terus terluka.”
Aku tak bisa membantah ucapan itu.
Bagaimanapun, akhir-akhir ini aku juga melakukan "pembunuhan" tanpa pandang bulu dalam game. Aku hanya ingin melatih kemampuan dan「kepercayaan」ku, tapi bagi mereka yang bahkan berlutut memohon, aku tetap akan membunuhnya.
Bagaimanapun, target akhirku adalah「membebaskan tempat ini」. Meski aku melunak dan membiarkan mereka bertahan dalam game, mereka tetap takkan bisa dibebaskan.
"Hanya orang altruis dengan struktur yang cukup besar yang bisa." Kataku. "Ruoxue, mari kita menjadi orang seperti itu."
Jiang Ruoxue menundukkan kepala dengan pasrah setelah mendengar ini. Aku tahu semua ini sulit diterimanya.
Saat kami sedang berbicara, tiba-tiba tiga orang masuk dengan tergesa-gesa dari luar pintu. Tampaknya hari semakin malam, ada yang datang bermalam di bangunan ini.
Hanya saja ketiganya terlihat tidak menyenangkan: satu pirang, satu rambut hijau, dan yang terakhir botak.
"Waduh... Ada dua neng cantik di sini..." Pria rambut hijau yang memimpin menunjukkan senyum mesum. "Kita bertiga beruntung hari ini."
Aku tidak mengacuhkan trio itu, hanya menggunakan nada selembut mungkin pada Jiang Ruoxue: "Ruoxue, kamu jangan terlalu banyak berpikir... Setidaknya di mataku, Kakak Domba bukan tipe orang seperti itu... Aku juga tidak akan menjadi seperti itu. Meski kita melakukan banyak hal egois, tapi tujuan akhirnya bukanlah 「egoisme」."
"Zhi Chun..." Jiang Ruoxue menyentak rambutnya dengan penuh penderitaan, "Hatiku benar-benar kacau... Kamu tidak melihat pemandangan itu... Ribuan orang direbus dalam panci raksasa... Saat mati mereka masih tersenyum, mengira diri telah naik ke langit... Padahal dalang semua ini cuma seorang bos penjualan berantai, hanya dengan mulut saja dia membuat seluruh kota perlahan menuju kehancuran..."
"Bukankah dia juga sudah mendapat balasannya?" kataku, "Ruoxue... Kondisi hatimu sekarang sedang kacau... Ini tidak baik untukmu."
"Neng! Ngobrol apa nih?"
Seorang pria berambut pirang dengan seenaknya mendekatiku, lalu mengulurkan tangan menarik lenganku.
Rambut Hijau dan Botak di samping melihat kejadian itu kemudian mendatangi kami, bertiga bergegas berdiri di belakang punggungku.
Sorot mataku langsung membeku, orang-orang ini benar-benar tidak tahu 「hidup」 atau 「mati」. Aku sedang menghibur Jiang Ruoxue, melihatnya dalam kondisi seperti ini, hatiku sangat kacau.
Kalian harus mengacau di saat seperti ini? Aku sudah tiga hari tidak melakukan "pembunuhan".
Aku menoleh sekilas, di pinggang semua orang ini terselip belati. Mungkin di tempat lain bisa menakut-nakuti orang, tapi di sini ini cuma mencari 「mati」.
Perlahan kuulurkan tanganku ke pinggang, mengarahkan trio di belakangku untuk mengeluarkan belati mereka.
Di depan panik mereka, kudekatkan tanganku ke leherku sendiri. Ketiganya pun meniruku, menempelkan belati di leher mereka.
“Ruoxue, aku akan membuktikannya dengan 「Aksi」,” kataku, “Pelaku kejahatan di lokasi ini pasti berakhir mengenaskan.”
“Bangsat、Bangsat! Apa maksudmu, Noona?” Rambut Hijau di belakang bertanya panik, “Kami cuma ingin mengajak ngobrol, ini 「kemampuan」 macam apa?!”
“Zhi Chun, aku tidak ingin menjadi 「orang baik」 lagi.” Ruoxue perlahan bangkit berdiri, berkata padaku dengan ekspresi datar, “Aku benar-benar lelah, aku sangat tidak 「bahagia」.”
Mendengar kalimat itu, alisku sedikit berkerut, hati ini tiba-tiba terasa perih.
“Para Jenderal.” Jiang Ruoxue menampakkan senyum tanpa beban, berkata pada mereka, “Ada minuman? Bisakah kalian mengajakku minum beberapa gelas?”
Tanganku terhenti di udara, kepercayaan di hati mulai bimbang.
“Zhi Chun, lepaskan mereka.” Jiang Ruoxue berkata, “Hanya karena diajak bicara lalu membunuh mereka, apa bedanya kamu dengan orang jahat?”
Seusai kalimat itu, kepercayaanku benar-benar runtuh, tiga orang itu bergegas melepaskan diri dari ikatanku, mereka segera mundur beberapa langkah.
Jiang Ruoxue maju dan menyandarkan lengannya pada salah seorang pria, lalu menoleh padaku dengan senyum pahit: “Jangan salahkan aku, aku hanya ingin membuat diriku sendiri 「gembira」.”
