Hei Yang memutar tubuh di udara, lalu menendang leher Banteng Tanah dengan kuat.
Banteng Tanah terpeleset beberapa langkah oleh serangan tiba-tiba itu. Setelah menenangkan postur, dia melangkah maju sambil menabrakkan beberapa kursi di jalan.
Ayam Bumi diam-diam melompat di tempat, menyambut kursi dengan stabil sebelum meletakkannya pelan-pelan di tanah.
“Bertarung ya bertarunglah… Jangan merusak perabotan.” Ayam Bumi bergumam pelan, “Perabotan ini kupilih dengan cermat. Aku cukup menyukainya.”
Kedua orang itu kembali saling serang beberapa kali, setelah sebuah tabrakan keras, mereka sama-sama mundur beberapa langkah. Tampaknya tidak ada yang unggul.
Melihat keduanya terengah-engah dalam posisi saling berhadapan, Ayam Bumi akhirnya juga ikut duduk.
“Sudah cukup bertarung?” dia bertanya dengan kesal, “Hari ini rencananya mau mati satu atau dua orang?”
Wajah kedua orang itu dipenuhi luka, jelas menunjukkan pertarungan seimbang.
“Kamu ini pria macam apa...” Banteng Tanah menggigit gigi, menstabilkan napas sambil bertanya, “Hei Yang, gaya bertarungmu cuma menusuk mata, mengunci leher, menendang selangkangan... Aku sudah sangat sopan padamu, tapi setiap jurusmu selalu mengincar titik vital.”
“Pernahkah kudengar minta kau bersikap sopan?” Hei Yang menyeringai dingin, “Sudah kukatakan dari awal tujuanku adalah membunuhmu. Bagaimanapun, selama kau tidak mati, saudara seperjuanganku dalam bahaya.”
Banteng Tanah menyadari Hei Yang di depannya bukan lawan sembarangan. Tampaknya dia benar-benar datang dengan tekad untuk membunuh.
“Jika kamu merasa rencana ini tidak baik, bisa tidak mendengarkan kata-kataku.” Banteng Tanah berkata, “Kita saling mengalah, hari ini aku anggap kamu tidak pernah datang, kamu juga anggap aku tidak mengatakan apa-apa. Bagaimanapun, masalah ini jika dibesar-besarkan tidak baik bagi siapa pun.”
“Kamu...” Hei Yang mengernyitkan alis halus setelah mendengar, “Banteng Tanah, apa kamu sedang bercanda denganku? Jika masalahnya semudah ini, bagaimana mungkin aku ingin mengambil 'kepala dalang'-mu?”
“Memang semudah ini.” Banteng Tanah berkata, “Kamu sendiri yang terlalu menganggapnya serius.”
“Omong kosong!” Hei Yang memaki marah, “Jika kamu tidak menggunakan papan nama Kakak Domba, masalah ini masih bisa kubiarkan. Tapi Harimau Penggelapan Uang yang tolol itu akan menganggap semua perkataan Kakak Domba sebagai perintah suci, meskipun itu cuma omongan sembaranganmu... Kamu cuma bicara seenaknya, tapi siapa yang bertanggung jawab atas 「nyawa」-nya?”
“Kalau begitu pulanglah dan katakan padanya bahwa hal ini palsu.” Banteng Tanah berkata, “Sesusah itu?”
“Bangsat...” Setelah mendengar, mata domba kuning menyala Hei Yang kembali dipenuhi niat membunuh, “Kamu benar-benar membuat api di hatiku menyala, sekarang langsung mengakui sendiri bahwa ucapanmu palsu?”
“Memang sudah palsu dari awal.” Banteng Tanah membuka mulut, “Aku perkirakan banyak orang pintar yang ada di sini bisa menembus lapisan ini, jadi orang bodoh akan pergi 「mati」, orang pintar akan bertahan hidup. Tapi kau yang begini……aku memang agak tidak bisa menebak. Seorang yang cerdas, tapi marah besar demi orang bodoh?”
“Kau pikir siapa dirimu……?” Hei Yang perlahan melangkah maju, jelas hendak melawan lagi, “Meski itu Kak Domba, tidak mungkin mengorbankan nyawa tim kita sendiri dengan rencana palsu.”
“Aku mewakili Domba Putih.” Banteng Tanah berkata, “Entah kau percaya atau tidak, aku memiliki hak memutuskan tertinggi dalam rencana Domba Putih.”
“Apa……?”
“Jujur saja, Domba Putih pernah memberiku hak 「Penyesuaian Dadakan」, sekaligus memberiku wewenang penuh untuk memimpin. Orang yang kita kumpulkan kali ini terlalu banyak.” Banteng Tanah menambahkan, “Rencana akhir tidak butuh sebanyak ini, hanya perlu sembilan 「shio」 yang bertahan hidup. Jadi aku perlu beberapa orang sengaja 「mati」 untuk menciptakan kekacauan, sambil mengurangi personel agar seluruh rencana bisa berjalan dengan akurat.”
Hei Yang tertegun lama, akhirnya mengeluarkan tiga kata perlahan: 「Jangan ngaco……」
「Mana ada ngaco?」
「Di Ruangan kita sudah ada sembilan orang.」 Suara Hei Yang berat, 「Bukankah kau sendiri yang bilang? Sembilan 「shio」 kita persis seperti Ruangan Wawancara awal.」
「Tapi kandidatnya salah.」 Banteng Tanah membuka mulut, 「Masih ada tiga rekan setim menunggu di luar. Total sekarang ada 「12」 kandidat, minimal tiga orang harus sengaja mati.」
Hei Yang tertegun. Masih tiga orang menunggu bergabung……？
Apakah mereka Naga, Ular, dan Monyet itu?
「Domba Putih tidak mau jadi orang jahat, tapi aku tak peduli.」 Banteng Tanah melanjutkan, 「Meski tanganku berlumuran darah, rencana Kakak Domba harus terlindungi.」
Hei Yang melangkah mendekat. Wajah mereka nyaris bersentuhan.
「Banteng Tanah, kau masih berbohong.」 Hei Yang menggeram, 「Jika bicara soal 'menjadi penjahat', kehadiranku di sisi Kakak Domba sudah cukup. Semua pekerjaan kotor bisa kulakukan. Lantas kau ini makhluk apa sebenarnya?」
“Benarkah?” Banteng Tanah tersenyum, “Kalau sekarang Domba Putih menyuruhmu membunuh Harimau Bumi, apakah kamu akan menurut?”
“Justru karena Kakak Domba tidak mungkin merencanakan skema yang membuat orang Sulit untuk Mundur atau Maju ini, aku baru memanggilnya dengan sebutan「Kakak Domba」.” Hei Yang berkata, “Hanya dia satu-satunya yang bisa membuatku tunduk sepenuhnya. Janganlah kau menjadi badut.”
“Lalu bagaimana……?” Banteng Tanah kembali bersuara, “Keberadaanku di sini sejak awal bukan untuk berteman denganmu. Tidak apa jika kau tidak mematuhiku.”
Hei Yang mencerna sejenak, lalu menahan pergelangan tangan Banteng Tanah: “Sekarang ikut aku. Aku mau kau memberi tahu langsung pada Harimau Penggelapan Uang bahwa rencana itu palsu, buatlah dia kehilangan harapan.”
“Jangan bermimpi.” Banteng Tanah melepaskan genggaman Hei Yang, “Tujuanku sejak awal adalah membuatnya mati. Jika hatinya sudah mati, orangnya tidak akan mati.”
“Kau……” Wajah Hei Yang muram, “Kakak Domba juga tidak akan mengizinkanmu「membunuh」Harimau Penggelapan Uang. Dia bukan tipe orang seperti itu.”
“Dia bukan orang seperti itu?!” Suara Banteng Tanah tiba-tiba bergemuruh, “Orang macam apa dia?! Demi rencananya sendiri, selama puluhan tahun dia memperlakukan nyawa semua orang seperti bidak, tak terhitung orang mati dan hidup kembali karena rencananya. Sekarang hanya seekor Harimau Bumi rendahan di hadapannya di fase terakhir rencana... Kamu benar-benar pikir dia akan peduli?!”
“Dia...” Hei Yang terdiam.
“Menyelamatkan nyawa Harimau Bumi, atau mengeluarkan semua orang... Menurutmu Domba Putih akan memilih yang mana?” Banteng Tanah bertanya lagi, “Rencana Domba Putih benar-benar tidak membutuhkan orang gegabah seperti ini... Aku harap kamu juga bisa bersikap bijak.”
……
Saat Hei Yang kembali ke Ruangan Harimau Bumi, sang Harimau Bumi sedang berjongkok memunguti makanan di lantai.
Sambil memasukkan makanan yang berserakan ke mulutnya, dia bergumam tak jelas: “Lao Hei, barusan kamu dengar nggak? Ruangan sebelah berisik bangat kayak mau dibongkar...”
Hei Yang tanpa sepatah kata menyangga dahinya, perlahan duduk lemas di tanah.
“Waduh……Lao Hei, kamu berantem sama siapa nih? Kok kepala domba sampe pecah gini?”
Harimau Bumi buru-buru mengusap tangan pakai setelan jas, maju mau meraba Hei Yang, tapi ditolak kasar.
“Bangsat! Lao Hei bangsat ngomong dong! Dipukul sampe bego ya?!”
Hei Yang berpikir lama, akhirnya membuka mulut: “Harimau Penggelapan Uang, aku bareng kamu bunuh 「Harimau Langit」.”
