Ekspresi Chen Junnan yang semula tertawa tiba-tiba menjadi muram, membuat Han Yimo ikut merasa panik.
“Barusan kau bilang apa?” Chen Junnan bertanya.
“Aku bilang... apa kamu tidak mau ambil sebuah「karakter」dari Qiao Jiajin untukku...” Suara Han Yimo semakin lembut saat bertanya.
“Dasar kau ini tidak waras...?” Chen Junnan mengerutkan alisnya, “「Karakter」-karakter itu adalah hasil perjuangan Lao Qiao yang mati-matian melindungi dan merebut kembali. Sekarang kau malah minta ambil「karakter」itu? Beraninya kau mengulangi permintaan itu sekali lagi?”
“Bukan, jangan marah dong...” Han Yimo merasa situasi mulai kacau, “...Bukannya kau bilang kita sekapal? Bukannya kau juga ingin membelot ke seberang?”
“Eh……” Chen Junnan menggaruk kepala setelah mendengar, “Meski begitu, Lao Qiao itu saudara seperjuanganku. 「Karakter」 di tubuhnya tidak bisa, coba cari orang lain.”
Han Yimo berkedip perlahan setelah mendengar: “Kalau… kalau begitu, aku akan merebut dari anak kecil yang tadi, boleh kan?”
“Gak boleh. Anak itu teman lintas generasiku. Yang di tubuhnya pasti tidak bisa.” Chen Junnan mengorek telinga sambil berkata, “Ganti.”
“……?” Han Yimo merasa otaknya masih bingung, “Lalu aku rebut dari gadis-gadis itu?”
“Bisa gitu?” kata Chen Junnan, “Kamu pria dewasa kok mau merebut benda dari tubuh gadis?”
“Bukan… kamu…” Han Yimo terdiam sejenak, “Kita kan satu kapal, aku juga tidak bisa merebut 「karakter」 dari tubuhmu kan?”
Chen Junnan mengangguk: “Lagipula kamu juga tidak bisa mengalahkanku.”
“Eh……” Han Yimo menelan ludah, “Lalu aku tidak bisa melakukan aksi? Sekarang aku tidak punya 「karakter」 di tubuh, hanya bisa terperangkap di 「area persiapan」. Bagaimana aku bisa membantu pihak seberang meraih kemenangan?”
“Cari saja Lao Qi,” kata Chen Junnan, “Rebut 「karakter」 si bocah Lao Qi itu, bukankah semua masalah akan selesai?”
Han Yimo menggaruk kepalanya setelah mendengar, raut wajahnya terlihat canggung sesaat.
Merebut 「karakter」 Qi Xia?
Jika benar bisa dilakukan, pasti sudah dia lakukan tadi.
Sorot mata Qi Xia terlihat seperti orang yang pernah membunuh, bahkan ancaman singkat pun membuat seluruh tubuhnya gemetar, apalagi harus merebut 「karakter」 langsung darinya.
“Lebih baik aku duduk di sini sebentar……” Han Yimo menundukkan kepala dengan ekspresi kesulitan, “Antara mati cepat atau mati lambat, aku memilih tidak mati.”
“Kubilang…… targetmu kan meruntuhkan tim Qi Xia dari dalam?” Chen Junnan berkata, “Ngapain sih sibuk urusin 「karakter」? Harusnya langsung melawan orang dong?”
“Melawan orang……?” Han Yimo setelah mendengar raut wajahnya berhati-hati melihat sekeliling, lalu mendekat ke depan Chen Junnan berbisik, “Aku kasih tahu diam-diam, jangan bilang siapa-siapa. Sebenarnya aku ada perjanjian dengan tim lawan…… sekarang butuh banget sebuah 「karakter」, asal bisa dapetin ini, pasti bisa dapat kepercayaan mereka!”
“Ss……” Chen Junnan mengerutkan mulit, “Seberapa penting?”
“Beneran! Aku sudah janji sama mereka!” Han Yimo membuka mulut, “Aku tadi sudah sengaja kasih 「karakter」ku sendiri ke mereka, tapi mereka masih butuh 「karakter」keduaku. Tapi setelah aku kembali…… Qi Xia entah kenapa nyuruhku istirahat di sini, nggak boleh gerak.”
“Iya, Lao Qi mungkin lagi sakit. Kalau kamu terus nggak muncul…… nanti tim lawan curiga gimana?” Chen Junnan sambil main-main, otaknya mencerna maksud Qi Xia.
Tapi dia segera menyadari satu hal: Baik 「karakter」 milik Qi Xia sendiri maupun yang ada di tubuh Qiao Jiajin adalah barang langka yang belum pernah didapat pihak seberang. Secara alami tidak bisa diberikan ke Han Yimo.
Tampaknya Qi Xia sudah lama tahu konsekuensi menyerahkan 「karakter」 ke Han Yimo.
Dan dengan sengaja meninggalkan dirinya bersama Han Yimo di sini, strateginya pun sudah dirancang. Dirinya hanya perlu mengikuti rencana ini untuk maju.
「Jika begitu... bukankah ini kesempatan untuk Laozi?」 Chen Junnan bergumam sambil berpikir.
「Kesempatan……?」
「Benar, maksud Laozi... kesempatan untuk membantu pihak seberang.」 Chen Junnan mengeluarkan sebuah 「karakter」 dari sakunya. 「Xiao Han, harusnya dari awal bilang kalau ada transaksi dengan pihak seberang. 「Karakter」 ini sudah lama Laozi berikan, sekarang jadi agak kaku begini.」
「Ah?」
Han Yimo memandang tajam. Di tangan Chen Junnan tergeletak sebuah 「」.
「Ini... untukku?」 tanya Han Yimo.
“Iya, awalnya kan 「jenderal」, tapi ada yang narik dua goresannya, tinggal sisa 「」 doang. Dipaksain pake aja.”
Han Yimo dengan hati-hati menerima 「karakter」 itu, menahan diri lama sekali, lalu perlahan berkata pada Chen Junnan: “Benar-benar terima kasih...”
“Woy! Nggak usah sungkan-sungkan hahaha!” Chen Junnan tertawa lebar, “Xiao Han, kita ini 'satu tali kaos kaki'. Lu jalan aja, kalo ada masalah, Laozi yang tanggung!”
“Kali ini beneran ngebantu banget.” Sorot mata Han Yimo berkelip sedih setelah bicara, “Tapi mungkin kamu lupa, begitu aku menang... seluruh timmu akan mati. Identitasmu sekarang...”
“Wakakak! Gak apa-apa!” Chen Junnan tersenyum, “Lupa kita saling mencintai dan membunuh selama tujuh tahun? Laozi sering mati, ini belum seberapa. Yuk, cepetan pergi!”
Sorot mata Han Yimo penuh rasa syukur, berulang kali bilang dirinya bertemu orang baik.
“「Orang yang membantu atau bukan, aku tak berani bilang.」” Chen Junnan menggelengkan kepala, “Karena Laozi sudah kasih 「karakter」 padamu, ada satu hal yang kuminta bantuan.”
“Kita sudah jadi rekan setim, tak perlu basa-basi.” Han Yimo mengangkat 「karakter」 di tangannya, “Atas dasar ini, selama syaratnya tidak keterlaluan, aku setuju.”
“Wah, bagus sekali.” Chen Junnan berkata, “Sebenarnya bukan hal besar...”
Dia menoleh menunjuk Qiao Jiajin di belakangnya.
“Kau tahu teman dekatku ini, normalnya sangat menjaga muka.” Chen Junnan memeluk bahu Han Yimo sambil tersenyum, “Sekarang bertarung sampai kedua pihak terluka, kalau tersiar kabar bisa jadi bahan lelucon.”
“Lalu apa maumu?”
“Aku pikir setelah kau keluar, jangan sebut soal dia dipukul sampai pingsan.” Chen Junnan berpikir sejenak lalu menambahkan, “Kalau bisa, karang sedikit cerita heroik tentang si lu, biar dia tetap bisa jaga muka. Bagimu juga kan cuma urusan sepele, ‘kan?”
“Oh, ini tidak masalah.” Han Yimo berkata, “Kalau sudah saudara seperjuangan yang minta, urusan ini serahkan padaku. Kamu bantu aku sekali, aku bantu kamu sekali.”
“Bukan, bukan, justru kamu yang selalu membantuku.”
“Kamu terlalu sopan.” Han Yimo menggelengkan kepala, “Serahkan saja masalah ini padaku.”
“Baik! Satu kata satu janji!” Chen Junnan kembali tersenyum lebar, “Ingat ya! Si gagah perkasa itu!”
“Pasti gagah perkasa!”
Setelah berulang kali mengucapkan terima kasih pada Chen Junnan, Han Yimo pergi dengan seenaknya dari 「area persiapan」.
Di tengah perjalanan, dia bertemu Zheng Yingxiong dan memberitahukan niatnya untuk menghitung urusan dengan Wen Qiaoyun, lalu segera melintasi 「sungai」.
