“Ujian...?”
Han Yimo dan Qiao Jiajin serentak tertegun, “Ujian apa?”
“Hei!” Chen Junnan menggelengkan kepala, menatap Han Yimo sambil tersenyum, “Dasar kau, cukup dirimu sendiri yang tahu. Jangan bocorin ya.”
Qiao Jiajin merasa ada yang aneh setelah mendengar: “Junnan-zai, masih ada hal yang kausembunyikan dariku?”
“Bagaimana mungkin aku menyembunyikan sesuatu darimu? Aku cuma mempermainkan Xiao Han, jangan percaya.” Chen Junnan tersenyum pahit.
“Oh? Benarkah?”
Han Yimo merasa terharu. Tak disangkanya Chen Junnan masih menutup-nutupi untuknya di saat genting seperti ini. Dalam hati ia bertekad, 「uji」 kali ini pasti akan dilewatinya tanpa mengecewakan harapan Chen Junnan.
Qiao Jiajin membimbing Chen Junnan ke dinding untuk duduk. Saat mengangkat kepala, barulah ia sadar 「layar」 rumah mereka sudah hancur. Mulutnya langsung menganga.
“Bangsat...” Ia terpaku, “Gawat! Kok bisa rusak?! Ini bagaimana?!”
“Situasinya memang agak rumit...” Chen Junnan menahan 「sakit」 di tubuhnya berkata, “Kita bukan cuma diserang sampai 「layar」 hancur, bahkan dikepung. Gerombolan bocah itu bikin 「garis pertahanan」 di luar, belum tentu kita bisa berlarian keluar.”
“Penipu mana?!” Qiao Jiajin bertanya lagi.
“Lao Qi terperangkap di dalam 「game」, tidak bisa keluar untuk sementara waktu.” Chen Junnan menjawab, “Lao Qiao, kamu gimana……? Luka di tubuh masih sakit?”
“Luka di tubuhku……Kalau diceritain bener-bener ajaib lho Junnan-zai!” Qiao Jiajin melihat tangan dan kakinya, “Sepertinya cuma ada beberapa memar, sudah tidak terlalu sakit deh!”
“Oke……baguslah kalau begitu……”
“Ini sebenarnya apa yang terjadi?” Qiao Jiajin berpikir sejenak, tiba-tiba membelalakkan mata, “Ah! Aku tahu……Mungkin karena pemilik tubuh ini 「tidak tahu sakit」? Dipukul segini nggak sakit, itu benar-benar luar biasa...”
“Dia sakit atau tidak aku nggak tau……Aku yang beneran sakit nih.” Chen Junnan menggelengkan kepala pasrah, bergumam pelan, “Kayaknya agak kebanyakan nahan……Seharusnya tadi nahan lebih sedikit.”
“Kamu ngomong apa?”
“Nggak apa-apa……” Chen Junnan cepat-cepat menggelengkan kepala.
“Kamu harus semangat, Junnan-zai!” Qiao Jiajin melihat Chen Junnan tertegun, menepuk punggungnya dengan keras hingga hampir membuatnya terjatuh, “Di momen krusial ini, kita harus cari cara menang dalam game meski layarnya sudah pecah!”
“Baik… baik… Tunggu Laozi istirahat sebentar… Setelah tulang rusukku tidak terlalu sakit, aku akan pergi.”
Setelah berkata demikian, Chen Junnan menoleh melihat Qiao Jiajin dan menyadari meskipun mulutnya nekat bilang 「tidak sakit」, tapi tangan dan kakinya gemetaran.
Bisa dibilang dibandingkan rasa sakit yang menusuk hingga pingsan tadi, kondisi Qiao Jiajin ini dianggapnya 「tidak sakit」.
「Pengganti Dosa」-nya sendiri yang menanggung hampir separuh luka saja sudah hampir tak bisa berdiri, bagaimana mungkin Qiao Jiajin bisa selamat tanpa cedera?
“Lao Qiao, kamu benar-benar tidak apa-apa?” Chen Junnan bertanya.
“Aku sudah sadar, apa lagi yang akan terjadi?”
“Pokoknya dasar kau jangan terlalu nekat, harus istirahat kalau perlu.” Chen Junnan membuka mulut, “Bisa menjatuhkan Zhang Shan sudah termasuk hasil yang cukup baik.”
“Ngomong-ngomong soal Si Badak... Bagaimana keadaannya?” Qiao Jiajin bertanya dengan nada uji coba.
“Dia...”
Chen Junnan terdiam sejenak. Baru saja melewati 「sungai」, dia memeriksa kondisi Zhang Shan. Tak ada lagi tanda vital, napas dan detak jantungnya sudah berhenti, bahkan denyut nadipun sunyi senyap.
“Dia sudah 「membebaskan」 diri sementara.” Chen Junnan menjawab dengan bahasa halus.
“Begitu ya...” Sorot mata Qiao Jiajin redup sesaat.
“Jangan dipikirin, pasti akan bertemu lagi.”
“Kuharap bisa bertemu. Aku pernah janji padanya, akan membawanya melihat keluasan langit dan bumi.”
Mendengar kalimat ini, Chen Junnan tak bisa menghindari 「kesedihan」.
Kalau sekarang Zhang Shan menutup mata, apakah dia sudah melihat keluasan langit dan bumi?
Benda yang terlihat saat membuka mata di tempat seperti ini bukanlah 「dunia nyata」... Hanyalah sangkar raksasa yang mampu mengurung tak terhitung nyawa.
……
Qi Xia dan Yan Zhi Chun berjalan dari Ruangan 「Shen」 menuju「sungai」saat wajah Yan Zhi Chun sudah benar-benar pucat pasi.
Sebuah game menebak password yang terlihat sederhana——
Setiap orang menentukan password empat digit yang hanya terlihat oleh diri sendiri, lalu bergantian menebak nomor di tangan lawan.
Setiap ronde, pemain harus memberi tahu lawan berapa tebakan posisi yang benar dan berapa tebakan ukuran yang benar. Orang pertama yang berhasil menebak nomor lawan akan menang.
Karena Yan Zhi Chun sudah bermain satu ronde dengan Zhang Chenze, dia langsung meminta wasit meningkatkan password setiap orang menjadi enam digit.
Tapi Qi Xia justru mengusulkan permainan dengan password sepuluh digit, lalu membuat Yan Zhi Chun kalah telak dalam waktu sangat singkat.
Dia tidak hanya bisa menebak keaslian lewat ekspresi mikro lawan, tapi juga mengarahkan logika lawan melalui retorika dan sugesti. Yan Zhi Chun tahu kekalahannya memang pantas.
“Ini tujuanmu?” Qi Xia menggenggam 「batu」 yang dimenangkannya dari Yan Zhi Chun, ekspresinya tak terlihat bahagia, “Sebagai lawanku, bertanding secara adil denganku, lalu kalah dalam game.”
“Awalnya ingin menjadi rekan setimmu untuk melihat kemampuanmu.” Yan Zhi Chun membuka mulut, “Sayang, aku dipilih oleh Chu Tianqiu, terpaksa menjadi lawanmu.”
“Kurasa game tebak password ini takkan membuatmu paham kemampuanku.” Qi Xia melanjutkan, “Meski kalah, kau tak menyerah, benar?”
“Benar.” Yan Zhi Chun mengangguk tegas, “Aku akui kau lebih cerdas, tapi juga akui banyak orang di dunia ini lebih pintar dariku. Aku tunduk pada Kakak Domba... bukan hanya karena kecerdasannya.”
“Akan kuperlihatkan kemampuanku padamu.” Kata Qi Xia, “Jika bertemu Chu Tianqiu setelah pulang, sampaikan aku akan menunggunya di 「sungai」, dan di sini akan kuhadiahkan kegagalan untuknya secara langsung.”
“Apa……？” Yan Zhi Chun tertegun, “Qi Xia, apakah Chu Tianqiu akan setuju datang ke 「sungai」 untuk menemuimu?”
“Dia akan datang. Dia tidak punya pilihan. Beri tahu dia kali ini aku bertaruh dengan semua 「karakter」 yang dimiliki tim saat ini, dia juga harus melakukan hal yang sama.” Qi Xia membuka mulut, “Sekarang aku harus kembali untuk menenangkan rekan setim, sekaligus menunggu kabarmu.”
“Menenangkan rekan setim……?”
Yan Zhi Chun tak mengerti maksudnya, dia hanya melihat Qi Xia membawa 「batu」 yang dimenangkannya darinya berbalik pergi dari 「sungai」.
Dia menatap siluet Qi Xia sambil menghela napas, selama orang ini masih ada... tak ada satu pun 「game」 di sini yang bisa menghalanginya.
Ingatan yang panjang, pengalaman, dan pengetahuan yang cukup memungkinkannya memenangkan pertarungan melawan siapa pun di sini. Apakah Chu Tianqiu benar-benar memiliki peluang menang?
Yan Zhi Chun mencerna dengan seksama, untuk mengalahkan Qi Xia tidak bisa melalui cara konvensional. Harus menggunakan kekerasan fisik, atau memancing Qi Xia 「melanggar aturan」, atau pergi menghancurkan layar tim lawan.
Hanya tiga jalan ini yang mungkin membawa pada kemenangan yang begitu kecil peluangnya.
Ketika Yan Zhi Chun kembali ke 「area persiapan」, dia menemukan Chu Tianqiu berdiri kesepian di sini sambil menatap layar.
Melihat siluet Chu Tianqiu yang tertegun, firasat buruk menggelayuti 「hati」 Yan Zhi Chun. Ia buru-buru maju ke depan untuk memeriksa layar.
Untungnya hal yang dikhawatirkan tidak terjadi. Layar masih utuh, tetap terpajang di tempatnya.
Saat hendak berbicara dengan Chu Tianqiu, matanya menangkap barisan tulisan aneh di layar:
「Upaya penciptaan ke-7 Faksi Hitam gagal, skor akhir dikurangi tujuh」.
