Bab 3 Langsung ke Kamar
15 menit sebelumnya, saat bibir tipis Jiang Jun menyentuh dahinya yang mulus, karena tubuhnya kaku, dia tidak merasakan apa-apa kecuali aliran dingin yang melayang.
Tak disangka, di detik ini, setelah jawabannya, Jiang Jun malah menunduk dan dengan presisi menangkap bibirnya.
Selama dua puluh tiga tahun, karena sibuk bekerja, dia belum pernah pacaran, meski tak kekurangan pengagum di sekitarnya.
Jadi, ini adalah ciuman pertamanya.
Dulu pernah membayangkan ciuman pertama akan terjadi dalam adegan romantis dengan orang yang dicintai, mana sangka justru hilang seperti ini.
Tapi, aromanya benar-benar harum.
Saat membungkuk, napas hidungnya seakan dipenuhi kesegaran mint yang terselip aroma tembakau samar.
Bibir tipisnya menempel, dingin membeku, tapi sensasi tak terucapkan mulai terbentuk dalam tubuhnya.
Lalu, ia mulai menggunakan tenaga.
Meremas, menjilati, menggigit...
Lidahnya tak masuk ke mulutnya, tapi di mata orang luar, mereka terlihat berciuman penuh gairah.
Nyonya Direktur Jiang melihat adegan ini, tersenyum kecil sambil menarik suaminya, bersama kepala rumah tangga dan pelayan meninggalkan ruangan diam-diam.
Otak Gu Qingyou dipenuhi kabut, belum pernah mengalami ini sebelumnya, pipinya memerah tiba-tiba. Seketika, tubuhnya terangkat - barulah sadar dirinya sedang digendong horizontal oleh Jiang Jun.
Saat ini Jiang Jun telah meninggalkan bibirnya, memandangnya dengan tatapan dalam seolah mengendap ribuan bintang.
Tangannya melingkari lehernya, bibir merah ceri yang sudah diciumnya kini terlihat kemerahan, dada naik turun pelan, matanya yang kebingungan bertemu dengan sorot mata gelapnya.
Sekitar tiga detik kemudian, Jiang Jun menggendongnya menaiki tangga marmer kekuningan yang megah di Rumah Jiang.
Gu Qingyou hanya bisa erat memeluk lehernya agar tidak terjatuh, namun jantungnya berdegup kencang bagai genderang, pikirannya kosong.
Jiang Jun menggendongnya melewati koridor lantai dua, langsung menuju kamar.
Dua pelayan di depan pintu kamar segera membukakan pintu saat melihat mereka, lalu menutupnya kembali setelah Jiang Jun masuk.
Di kamar megah yang luas, baru setelah sampai di tepi ranjang, Jiang Jun meletakkannya perlahan.
Saat diturunkan, Gu Qingyou terengah-engah.
Tubuh Jiang Jun yang tinggi tegap membuatnya harus mendongak untuk melihat wajahnya, namun saat matanya bertemu, penyesalan langsung menyergap.
Wajahnya terlalu tampan. Jantungnya berdegup kencang tak karuan. Dalam keheningan kamar ini, ia yakin Jiang Jun bisa mendengar deru jantungnya.
Ini sungguh memalukan.
“Tadi kau tampil cukup baik, sepertinya selama dua minggu ini kau sudah belajar dengan sungguh-sungguh.”
Saat sedang kesal dalam relung hati, telinga Gu Qingyou menangkap suara dingin Jiang Jun yang jernih, tenang dan merdu.
Gu Qingyou menundukkan kepala, menggigit bibirnya pelan, lalu menjawab dengan suara lembut, "Aku sudah melakukan segala yang bisa."
"Cukup bagus, setidaknya pada pandangan pertama saat kulihat dirimu, hampir tidak bisa kubedakan dengan aslinya."
Mendengar itu, Gu Qingyou ingin mengangkat kepala untuk melihat ekspresi Jiang Jun saat ini, namun karena takut melihat wajahnya, terpaksa tetap menunduk.
Kemudian, Jiang Jun menjauh dari tepi ranjang. Tampaknya ia masih kelelahan setelah turun dari pesawat, melepas mantel jas, melonggarkan dasi, dan membuka dua kancing kemejanya.
Gu Qingyou berdiri di tepi ranjang memandangnya dari kejauhan.
Di bawah cahaya lampu kristal kekuningan kamar, siluetnya tampak semakin tinggi ramping. Jari-jarinya yang bersih membuka kancing kemeja, memperlihatkan sedikit dada yang kekar dan berotot.
Pipinya tanpa sadar memerah lagi. Segera ia memalingkan kepala ke samping dan bertanya kecil, "Sekarang apa yang kita lakukan di dalam kamar ini?"
Jiang Jun melepas arloji di pergelangan tangannya dan meletakkannya di meja kecil di sebelahnya, baru kemudian mengangkat mata jernihnya untuk menyapukan pandangan padanya, "Pengantin baru yang tidak bertemu selama dua minggu, menurutmu apa yang harus dilakukan di dalam kamar?"
