Bab 4 Malam Pertama
Gu Qingyou seketika membatu.
Meski belum berpengalaman, tentang hal ini ia tetap memahaminya.
Tapi...
Sekarang?
Dia sama sekali belum siap. Dia mengira setidaknya tidak akan terjadi di hari pertama.
Saat Gu Qingyou masih merenung, Jiang Jun sudah pergi ke kamar mandi.
Gu Qingyou membeku di tempat selama beberapa saat. Ketika sadar kembali, Jiang Jun sudah berada di dalam kamar mandi. Telinganya menangkap gemericik air yang deras.
Perlahan dia duduk di tepi ranjang. Karena tegang, tangannya tanpa sadar mencengkeram seprei tipis.
……
Ketika Jiang Jun keluar dari kamar mandi mengenakan robe tidur beludru hitam yang masih basah, Gu Qingyou sudah berdiri di pintu sambil memeluk robe putihnya.
Jiang Jun meliriknya sejenak. Tanpa berkata apa-apa, saat dia hendak masuk ke kamar mandi, pria yang sedang bersiap menelepon di depan sofa itu bertanya datar, "Pertama kali?"
Gu Qingyou kembali merasakan sensasi membatu. Tubuhnya kaku seketika. Untunglah posisinya membelakangi pria itu, meski wajah anggunnya memerah padam.
Entah berapa lama, baru terdengar suaranya yang gemetar menjawab perlahan, "Ya."
Jiang Jun tak melanjutkan percakapan. Mengambil ponselnya, ia kembali membicarakan urusan bisnis.
Gu Qingyou tak berani menoleh. Setelah menjawab, ia segera menyelinap ke kamar mandi.
Membiarkan air dingin yang menusuk mengaliri tubuhnya yang panas tak karuan, setelah mandi Gu Qingyou masih ragu-ragu apakah akan menyemprotkan parfum di atas lemari itu.
Parfum ini adalah hadiah dari sahabat An Yaruo. Katanya, setelah disemprotkan bisa membuat Neurotik seseorang rileks, efeknya mirip dengan aromaterapi yang membantu relaksasi.
Tapi sebelumnya dia tidak menyemprotkan parfum, tiba-tiba sekarang menyemprotkannya lagi. Jangan-jangan ini membuat ia salah paham?
Setelah bolak-balik mempertimbangkan, Gu Qingyou akhirnya meninggalkan botol parfum itu. Menarik napas dalam-dalam, dia melangkah keluar dari kamar mandi.
……
Gu Qingyou keluar dari kamar mandi. Jiang Jun sedang duduk di sofa kamar sambil menelepon.
Berbeda dengan penampilan sebelumnya yang rapi dengan setelan jas formal, saat ini ia mengenakan robe tidur dengan rambut basah agak berantakan, memancarkan pesona pemberontak.
Gu Qingyou duduk di depan meja rias mengeringkan rambut panjangnya, lalu membuka selimut dan berbaring di ranjang besar yang putih bersih.
Awalnya mengira mandi bisa membuatnya sedikit rileks, tapi ternyata detak jantungnya masih begitu kencang.
Agar nanti tidak terlalu tegang, Gu Qingyou mematikan lampu meja di meja samping tempat tidur, membuat area ranjang menjadi remang-remang. Ini membantunya membersihkan harapan-harapan dalam pikiran.
Dalam kelas yoga terbaru ada pelajaran tentang meditasi. Gu Qingyou menutup mata, mulai menggunakan metode pernapasan untuk mengusir pikiran kacau dari kepalanya.
Tanpa disadari, tubuhnya perlahan rileks, detak jantung pun kembali ke irama normal.
Setelah lama, selimut Gu Qingyou disingkapkan, tubuh hangatnya segera tertutupi oleh sosok dingin yang berat.
Matanya langsung terbuka, sekejap itu, bertemu dengan sorot mata hitam yang dalam bagaikan obsidian dalam kegelapan malam.
Dia menarik napas tajam, secara insting berusaha menahan dada yang menindihnya, namun kedua tangannya dengan sigap dipatok di sisi kepala.
Tangannya sangat kuat, membuatnya sama sekali tak bisa bergerak.
Tatapan saling beradu, hatinya tegang sampai puncak, terpaku melihat profil dinginnya yang semakin tampan dalam cahaya remang, tiba-tiba menyadari dia tak memakai baju.
Jika ingatannya benar, tadi dia masih memakai robe tidur utuh, berarti... sekarang bagian bawah tubuhnya juga tidak mengenakan pakaian.
Menyadari hal ini, Gu Qingyou malu memalingkan wajah, seluruh tubuhnya mengeras, bahkan dalam cahaya redup sekalipun terlihat jelas kulitnya memerah.
